Chapter 22. Be a mate 🔞

1.9K 127 150
                                    

Warning! Mature contents 🔞🔞🔞

Maaf, malah keterusan bikin yang panas-panas. Happy reading...

.

.

.

Tangan itu bergerak meraba mencari sesuatu yang seharusnya ada di sampingnya. Hanya terasa seprei kusut serta bantal dan guling yang dapat ia raba. Ia mengerang sedikit mencoba membiasakan diri dengan sinar lembut mentari yang masuk lewat celah jendela yang telah terbuka. Satu matanya terbuka mencari sosok lain di kamar ini, tapi nihil.

Dia tak mendapati wanitanya.

Pria itu akhirnya beranjak turun dari ranjang empuk miliknya yang hangat. Meskipun ia masih merasakan pening di kepala karena tidur larut untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya yang menumpuk, namun nampaknya dia lebih memilih untuk mencari istrinya yang entah dimana daripada kembali tidur.

Bangun pagi tanpa ada wanita yang dicintainya bukan hal yang bisa ditolerir oleh pria bermarga Chou ini.

Dan tepat saat kakinya berhenti di dapur ia bisa menangkap sosok wanita berambut panjang nan kecokelatan yang sedang memunggunginya. Bibir itu sedikit menyeringai begitu mendapati sebuah tontonan menarik di pagi hari, bagaimana Sana yang memakai kemeja longgar diatas lutut miliknya begitu seduktif.

Tzuyu bergerak mendekat. Dua tangan itu melingkari pinggang si wanita, menariknya merapat hingga bersentuhan dengan dada bidang yang telanjang.

"Aku mencarimu, Honey." Tzuyu menenggelamkan kepalanya di pundak sang istri, mengendus aroma memabukkan dari Sana yang selalu bisa membuatnya semakin tergila gila. "Ku pikir kau pergi kemana pagi-pagi begini."

"Jangan berlebihan, Tzuyu. Aku haus dan hanya ingin minum susu ini." Sambil menunjukkan segelas susu vanilla yang barusan diaduk, Sana menoleh pada Tzuyu dibelakangnya. "Mau." Tawarnya dan dibalas gelengan kepala oleh suaminya.

"Kita punya banyak pelayan yang bekerja dirumah ini, kenapa kau repot sendiri hum?"

"Hanya membuat minum sama sekali tidak merepotkan Tzu."

Tzuyu menyerah, istrinya ini memang susah sekali untuk di beritahu.

"Ayo duduk, tidak baik minum sambil berdiri." Tzuyu menarik kursi di meja makan untuk mempersilahkan Sana duduk, tapi ketika Sana hendak duduk Tzuyu malah menempati kursi itu lebih dulu. "Tapi duduk di pangkuanku."

Seringai Tzuyu melebar begitu berhasil menggoda Sana. Ia menepuk-nepuk pahanya sendiri, sebuah tempat yang sudah dipersiapkannya untuk sang nyonya Chou.

Bermesraan di pagi hari untuk padangan suami istri bukan hal yang buruk bukan.

Dengan raut kesal Sana mengembungkan pipinya sebal, hari masih pagi tapi sang suami sudah menggodanya.

"Ya tidak akan cukup lah, kau mau mengejek perutku yang besar ini kan?" Bibir Sana mengerucut lucu menunjuk perutnya yang sudah membuncit besar itu, wajah polos itu sedikit memerah akibat godaan suaminya.

Kekehan Tzuyu terdengar semakin menjengkelkan bagi Sana.

"Kau belum mencobanya, bagaimana bisa tahu? Ayo cepat kemari." dengan tarikan lembut Tzuyu sudah berhasil memerangkap tubuh istrinya dalam pangkuannya. Menciumi wangi yang menguar lewat rambut yang tergerai.

"Aku akan memukulmu bila kau menjatuhkanku Tzu." ancam Sana.

"Itu tak akan terjadi, Sayang. Tapi... eumm rupanya kau benar, semakin gendut saja perut ini." ejek Tzuyu kembali.

OBSESSION - satzu (END)Where stories live. Discover now