Menuju Ritual

420 70 13
                                    

Jam 10 malam, saat Taehyung selesai nonton film di bioskop bersama Jin. Taehyung membawa Jin ke sebuah gubuk, yang kata Taehyung itu adalah tempat Taehyung menyendiri. Tidak ada satupun yang tahu tempat itu, ibunya, Sehun, bahkan Jungkook tidak pernah Taehyung bawa ke tempat spesialnya ini.

Gubuk itu berada di tengah hutan, seluruh dindingnya terbuat dari bambu, pintu dan jendelanya terbuat dari kayu mahoni tua warna coklat tua dengan garis kemerahan yang melengkung.

Jin tidak mengerti kenapa Taehyung membawanya ke tempat itu. Dia hanya mengikuti apa yang Taehyung inginkan, sesuai dengan rencananya untuk membuat Taehyung jatuh hati padanya.

Ada satu kursi tua di tengah ruangan sempit itu, terbuat dari rotan. Kursi yang mencurigakan, sebab tidak ada perabot berharga di dalam gubuk itu kecuali kursi dengan lingkaran di tengahnya. Sebuah tali tambang di dinding dan tungku perapian yang kosong. Persis seperti gubuk nenek sihir di cerita dongeng.

Taehyung menyuruh Jin duduk yang dibalas anggukan, oleh si tuan muda. Pemuda dingin itu tidak banyak bicara, dia mengambil tali yang berada di dinding kemudian mengikat tangan Jin ke sisi kursi.

"Kau ingin melakukan apa?" tidak ada sirat ketakutan di mata sayu itu, Jin hanya penasaran apa yang akan diperbuat Taehyung padanya.

Setelah ikatan yang dipasang Taehyung selesai, pemuda itu mengambil sebuah pisau lipat di sakunya. Dari benda tajam yang mengkilat oleh cahaya lilin itu, Jin yakin Taehyung akan menggores lengannya seperti yang pernah dia lakukan dulu di kastil.

"Aku ingin sedikit darahmu Tuan," pinta Taehyung dengan suara rendah, dan itu terdengar seksi di telinga Jin, sehingga tuan muda yang arogant itu menganggguk setuju.

Taehyung membuat goresan kecil di lengan Jin hingga berdarah, Taehyung mendekatkan bibirnya ke kulit Jin, mengecap rasa unik dari darah bangsawan. Taehyung menyukai aromanya juga, Taehyung mengendus sesekali sebelum akhirnya menghabiskan tetesan yang mengalir hingga Taehyung merasa puas dengan rasanya.

Jin tersenyum melihat Taehyung puas. Namun, bangsawan moroi tidak bisa berlama-lama di tempat itu. Dia harus kembali ke apartemen Luhan untuk mengembalikan tenaga.

Dengan kekuatan moroi bangsawan, Jin menutup mata dan memusatkan kekuatannya agar bisa sampai di tempat tujuannya dengan satu kedipan mata. Jin berteleportasi dengan baik, tiga detik kemudian dia telah menghilang dari tempat Taehyung.

Taehyung tertawa rendah, mengusap sudut bibirnya. Sekelebat sosok hitam muncul di hadapannya. 

"Kau memang cerdas Kim Taehyung," puji sosok tinggi di depan Taehyung.

"Kau berpura-pura patuh padanya, dan mengambil keuntungan," suara itu menyeringai dalam gelap.

Taehyung mengangkat sudut bibirnya.
"Dia kira bisa semudah itu lepas dari pembalasanku."

"Demi kaum kita." Sosok hitam dengan suara tegas, menghasut Taehyung secara tak kasat mata.

"Kau boleh membunuh semua moroi di kastil itu, kecuali dua orang, Jeon hyung dan Lu hyung." Taehyung dengan aura yang tidak biasa.

Sosok itu tertawa lagi, kali ini dia mengangkat wajahnya hingga mata merahnya terlihat, berkilat oleh sinar rembulan yang masuk lewat jendela.

"Tentu saja, tidak sia-sia aku mengembalikan ingatanmu, kau tahu sekarang siapa orang-orang yang kau hargai."

Taehyung tidak menjawab, dia yang paling paham posisi Jeon di hatinya, bukan sekedar hyung atau guru matematika. Sejak usianya 4 tahun, Jeon adalah pemilik hatinya.

Untuk Luhan, dia berniat menyelamatkan pria cantik itu, karena Luhan adalah adik Jeon dan calon kakak iparnya. Dia tidak ingin saudara kembarnya sedih, jika kehilangan orang yang dikasihi. Selebihnya, tidak ada yang penting lagi.

Different DNA (Sudah Dibukukan) Where stories live. Discover now