04. Ingatan Perih

113 16 4
                                    

Secret
—04. Ingatan Perih—

------

Kita tidak pernah sendirian.

------

"Bang, lo udah bangun?"

TOK TOK TOK!

"Bang? Bang Deyno?"

Reyto menghela nafas, keningnya ia tempelkan pada permukaan pintu yang tertutup rapat. Sedari semalam ia masih belum melihat kehadiran Deyno yang masih betah mengurung diri dikamar milik Jeon hingga hari menjelang siang.

"Belum mau keluar juga? Dobrak aja bang, gue khawatir." Ujar Jayu, ia sedari tadi mengamati Reyto si pemuda blasteran yang uring-uringan ingin bertemu dengan Deyno.

"Tapi—"

"Udah dobrak aja, masalah pintu yang rusak gampang tinggal benerin pake duit lo." Jeon menyahut dengan gampangnya.

Reyto mendengus, ia kemudian mundur untuk mengambil posisi akan mendobrak pintu kamar Jeon menggunakan bahu nya.

BRAK!

Reyto meringis merasakan denyutan pada bahu nya, namun bibirnya mengulas senyum setelah melihat kunci pintu yang sudah berhasil dirusaknya. Tanpa menunggu lama ia lalu menendang kasar hingga pintu terbuka sempurna.

Jayu melihat itu dengan mulut menganga, membuat Jeon terkekeh.

"Sekarang lo tau kan apa manfaatnya olahraga di gym kayak Reyto?"

Jayu memutar bola matanya, ia segera melangkah mengikuti Reyto yang sudah masuk kedalam kamar Jeon. Dan disana ia bisa menemukan Reyto yang berusaha menyadarkan Deyno, kakak sulungnya itu nampak pucat dengan bibir yang tak berhenti menggumam ribut.

"Bang Deyno! Bangun bang!" Reyto panik, ia menepuk pipi Deyno berulang kali agar sang kakak bangun.

"Demam, kita bawa ke rumah sakit." Ujar Jeon setelah merasakan panas menyengat dari kening Deyno.

Reyto mengangguk cepat, hendak bangkit namun genggaman pada pergelangan tangannya berhasil menghentikannya. Deyno sadar, nafasnya terasa begitu lemah dan pelan.

"J-jangan."

"Bang, lo sakit." Ujar Jeon pelan, menyisir surai lepek Deyno yang menutupi kening.

Dengan lirih Deyno menggeleng. "Nggak, gue sehat."

Jeon menghela nafas, begitu hafal dengan keras kepalanya Deyno apabila sedang sakit seperti saat ini. Dengan begitu ia menoleh pada Jayu lalu memberi kode agar yang lebih muda mendekat.

"Ambilin kotak obat didalem lemari atas."

Jayu menurut, membuka lemari milik Jeon dan mencari kotak obat yang dikatakan Jeon. Setelah menemukannya Jayu pun membawanya kehadapan yang lain.

"Obat-obatan gue emang nggak lengkap, tapi gue rasa nggak ada salahnya buat penanganan pertama." Ujar Jeon, mengambil dua tablet obat yang berbeda.

"Gue ambilin makanan dulu, habis ini lo harus makan." Ujar Reyto, segera bangkit untuk mengambil makanan yang sempat ia beli tadi pagi.

Deyno hanya diam sedari tadi, pening pada kepalanya berhasil membuatnya tak berkutik. Deyno tidak begitu mengingat apa yang terjadi di malam tadi, ia hanya sadar sudah berada di kamar milik Jeon dengan kepala yang nyaris pecah merasakan sakit dan pusing.

Deyno menatap horor bubur ayam yang disiapkan oleh Reyto, nampak masih hangat pertanda belum lama sejak dibeli. Ia menggeleng untuk menolak bubur itu, namun sepertinya Reyto tidak suka dengan penolakan.

SecretOnde histórias criam vida. Descubra agora