05. Kesialan.

105 18 5
                                    

Secret
—05. Kesialan—

------

Hanya rahasia, kita menyembunyikan kebenaran menyakitkan.

------

Malam hari di detik-detik terakhir sisa hari minggu, Deyno menghabiskan waktu untuk melamun diteras rumah. Menikmati udara dingin yang semakin menusuk kulitnya, membuat bibir nya bergetar menggigil.

Deyno memeluk tubuhnya sendiri, mengusap lengannya yang terasa dingin. Deyno mendongak untuk menatap langit gelap yang ditaburi bintang indah. Memilah salah satunya untuk ia jadikan patokan. Bunda pasti melihat ku dari sana.

Tidak pernah terbayang sebelumnya kalau insiden berdarah itu akan merenggut semua kebahagiaan bocah kecil berusia 10 tahun dikala itu, Deyno kehilangan segalanya dalam waktu semalam. Masih teringat jelas bagaimana raut panik sang ayah ketika memerintahnya untuk pergi sembunyi, namun ia malah berlari mendekat saat mendengar teriakan sang bunda.

Manik bulat itu menutup berbarengan dengan air mata yang menetes deras, Deyno tersengal menahan tangis yang semakin mendobraknya. Dalam batin ia terus saja menerka kesalahan apa yang diperbuat keluarganya dimasa lalu sehingga berujung seperti ini. Deyno sendirian, ditinggalkan oleh yang lain.

Berulang kali menyumpahi dirinya sendiri mengapa tidak cepat menyusul keluarganya, Deyno sempat dilanda ketakutan besar mengenai meninggalkan dan ditinggalkan. Deyno akan ikhlas apabila ditinggalkan dengan cara yang normal, tidak dengan keadaan ia melihat sendiri tubuh orangtuanya dikoyak ganas oleh ujung pisau.

"Arghh sialan sialan sialan!!" Deyno menjambak rambutnya sendiri, telinga nya berdenging mendengar bisikan-bisikan aneh entah darimana.

"Diem hiks! Diem! Gue nggak mau mati!" Deyno mulai meracau, memukuli kepalanya berulang kali.

Deyno menangis keras, mengeluarkan semua unek-uneknya pada malam hari itu. Hingga tanpa sadar seseorang sudah mengamati nya sedari tadi, tidak berniat mendekat atau sekedar menenangkan Deyno yang diserang ketakutannya sendiri.

Deyno hendak memukuli kepalanya lagi sebelum sebuah genggaman pada pergelangan tangannya berhasil menghentikannya, Deyno mendongak dan menemukan Reyto yang menatapnya penuh amarah. Deyno meringis merasakan sakit pada pergelangan tangannya, ia memberontak berusaha melepaskan tangan Reyto.

"L-lepas hiks! Lepasin gue!"

Sedangkan Reyto kini mengeraskan rahangnya, menekan emosinya agar tidak semakin menyakiti Deyno. Ia menarik tangan Deyno hingga pemuda itu bangkit lalu menyeretnya untuk masuk kedalam rumah.

"Apa yang lo lakuin, huh? Jangan lukai diri lo sendiri bang!" Ujar Reyto kesal.

Deyno menunduk, mengusap kasar jejak air mata di pipinya. "M-maaf, gue nggak—"

"Lo nggak sendirian bang, berhenti nyalahin diri lo sendiri. Lo punya kami yang siap jadi pendamping lo kapan aja, stop bertingkah seolah lo manusia paling kuat!"

Deyno terdiam, merasa tertohok dengan ucapan Reyto. Ia sedikit malu mengingat dirinya yang lebih tua namun masih saja mendapat teguran seperti ini dari adik-adiknya. Deyno mendongak merasakan usapan lembut di kepalanya.

Meski masih kesal, Reyto tetap memaksakan senyum tipis untuk menenangkan Deyno yang pasti saat ini sedang gelisah karena ketahuan olehnya.

"Lo masih sakit bang, jangan siksa diri lo sendiri."

Deyno mengalihkan perhatian, tidak berani menatap Reyto yang lebih tinggi darinya. Dan Reyto yang mengerti itupun hanya bisa menghela nafas, tau jika Deyno tidak akan semudah itu membagi masalahnya meskipun dengan orang terdekatnya.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang