02

1K 96 2
                                    

"Aku, aku mau menempati rumah itu"

"Pfft dan menjadi santapan para pria berhidung belang seperti tadi?"

Jay bergidik, membayangkannya saja sudah membuatnya ngeri.

"Kenapa kau bicara seperti itu?! jangan berusaha menakutiku!" teriak Jay dengan kesal.

"Terserah" Heeseung bangkit lalu membuka jaket kulitnya.

"Pergilah jika mau, pintuku akan selalu terbuka untukmu" lanjutnya sebelum masuk kedalam kamarnya.

"Aku benci karena orang asing sepertimu lebih peduli padaku di bandingkan keluargaku sendiri" lirih Jay dengan mata yang siap menumpahkan bulir beningnya.

•••

Heeseung menatap punggung itu yang menghilang di balik pintu.

"Ck keras kepala" dengan tergesa ia memakai kembali jaket kulitnya lalu menyusul kemana pria mungil itu pergi.

Sudah sampai depan gedung Jay berjalan namun ia menghentikan langkahnya. Heeseung melihat punggung itu bergetar, suara tangis menyedihkan menggema kedalam gendang telinga si pria bermata bambi.

Heeseung menghela, menarik tangan yang lebih muda lalu memeluk tubuh itu dengan tenang.

"Jangan keras kepala Jay, aku peduli padamu jadi tinggallah disini"














Jay membuka matanya perlahan, pandangannya mengedar ia terbangun di atas kasur empuk dan di tutupi oleh selimut yang hangat, sudah lama rasanya ia tak merasakan tidur senyaman ini. Si pemilik kasur pergi entah kemana.

Semalam setelah membujuk Jay habis-habisan hingga si empu mau tinggal di apartemennya Heeseung meminta Jay untuk tidur di atas kasur bersamanya walaupun pada awalnya Jay tak merasa nyaman sama sekali namun karena sudah terlalu mengantuk akhirnya ia menurut.

Kaki jenjang Jay melangkah menuju ruang tengah, tak ada siapapun disana lalu iapun memutuskan untuk pergi menuju dapur, mengambil air lalu meminumnya. Indra penciumnya menghirup sesuatu yang lezat hingga matanya melihat sebuah sup jagung yang masih hangat di atas meja makan, sebuah kertas tergeletak di dekatnya.

Makanlah, lakukan semua hal yang kau inginkan disini. Jangan sungkan!

-Heeseung

Begitulah tulisan yang tertera disana.

"Sekali lagi aku mempertanyakan ini, mengapa kau percaya begitu saja pada orang yang baru kau temui?"

•••

Langkah kaki berat menghampiri seorang pria paruh baya yang sedang duduk seorang diri di halaman belakang rumahnya, pria paruh baya itu tengah melempar makanan ikan kedalam danau luas yang ada disana.

"Ayah"

Pria paruh baya itu menoleh kebelakang menatap putranya yang berdiri dengan tegap di hadapannya.

"Hee, kemarin kau bilang akan membawa kekasihmu kehadapan ayah tapi mengapa kau tak kunjung membawanya kemari?"

Heeseung hanya menghela napasnya sebelum berbicara.

"Dia tiba-tiba saja sakit kemarin sampai aku tak sempat memberi tahu ayah" alasan Heeseung, walaupun berbohong wajah dan nada bicara Heeseung selalu tenang maka siapapun akan percaya dengan ucapannya.

Ayah Heeseung alias Lee Jungkook hanya bisa menghela napasnya kemudian berjalan masuk kedalam rumah diikuti sang putra.

"Lalu bagaimana keadaanya sekarang?" Jungkook menyerahkan toples berisi makanan ikan pada pelayan lalu mengambil jus jeruk yang sudah di siapkan oleh pelayan tersebut.

ɪ'ᴍ ᴊᴜꜱᴛ ᴀ ꜰᴏʀᴇɪɢɴᴇʀ || heejayTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon