Falling Into You

245 24 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Shakila melihat keberadaan Dante yang terbujur di atas ranjang. Pintu itu tidak tertutup rapat sehingga Shakila bisa melihatnya.

Naren yang melihat Shakila duduk di sofa segera berjalan menuju kamar mandi. Dia harus segera membersihkan diri dari bau yang sudah tidak sedap ini.

Lima belas menit akhirnya Naren keluar dari kamar mandi. Dia melihat Shakila yang masih menonton televisi yang menjadi salah satu fasilitas hotel tersebut.

"Mbak ngga ngantuk?"
Tanya Naren yang masih mengusap rambut basah miliknya. Dia mengambil duduk di single sofa yang ada di samping Shakila.

Perempuan itu menggeleng pelan. Dia mengkode Naren untuk mendekat ke arahnya. Naren yang melihat itu sedikit bingung, tetapi cowok itu akhirnya menurut.

"Duduk".
Ucap Shakila tertuju pada karpet yang ada di bawa sofa. Naren yang masih bingung segera duduk tepat di bawah Shakila yang duduk di sofa. Perempuan itu melipat kedua kakinya di atas sofa. Membiarkan Naren dapat bersandar pada sofa bagian bawah.

Shakila segera merebut handuk kecil dari tangan Naren. Perempuan cantik itu segera mengusap rambut Naren yang masih basah.

"Mbak saya bisa sendiri".
Naren berucap kaku. Dia merasa tidak enak hati membiarkan Shakila mengelap rambutnya.

"Aku pikir selama ini aku bantuin kamu itu buat rasa tanggung jawab. Kecelakaan yang bikin tangan kamu patah, itu tanggung jawab aku kan. Ternyata setelah sembuh pun aku ngga bisa hilangin rasa khawatir aku buat kamu".
Naren mendengarkan. Dia tidak tau kemana arah pembicaraan perempuan itu.

"Kamu selalu ada buat aku. Kamu nolongin aku dan menghibur aku saat aku sedih".
Gerakan tangan Shakila terhenti sebentar. Naren jadi bingung. Dia mendongakkan kepala hingga tatapan keduanya bertemu. Dia dapat melihat bola mata indah milik Shakila karena perempuan itu pun menunduk ke arahnya.

"Semua itu kamu lakukan karena kamu memang baik sama semua orang atau apa Ren? Apa aku sama seperti orang lain yang kamu tolong. Ngga ada yang spesial dari aku?"
Di sini Shakila ingin mempertegas perasaannya pada remaja itu. Dia ingin Naren tau perasaannya. Setelah Bu Wina menceritakan tentang Naren, Shakila semakin yakin untuk mengungkapkan perasaannya.

Naren masih diam. Dia segera menundukkan kepala. Bingung harus menjawab apa.

"Mbak..-"

"Stop call me like that. I don't like when you put distance between us".
Ucap Shakila segera.

"Aku cuma mau bilang kalo aku cinta sama kamu Ren. Diri kamu. Semua yang ada dalam diri kamu".

"Semua orang bilang kalo kamu ngga berani ambil langkah karena status kita. Mereka bilang umur kita terpaut jauh. Tapi aku ngga peduli sama itu".

"I'm falling into you".

Shakila berhasil mengatakan semuanya. Dia merasa cukup lega saat perasaannya tersampaikan pada cowok yang dia suka.

Naren segera membalikkan badannya. Dia menggenggam erat tangan perempuan yang menarik hatinya itu. Terasa tidak menyangka bahwa Shakila memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

"Shakila".
Naren berdehem pelan saat mengucapkan itu. Dia merasa sedikit aneh memanggil nama perempuan itu saja.

"Perasaan saya juga sama. Buat Shakila bukan lagi sebuah pertolongan tetapi memang karena saya rasa perlu menjaga kamu. Melihat kamu dalam bahaya, sedih, bahkan membutuhkan seseorang di samping kamu, saya ingin menjadi orang itu. Orang yang selalu ada di samping kamu".

"Tapi perkataan mereka ngga salah".
Naren menatap ke arah Shakila. Perempuan itu terlihat menunggu perkataan selanjutnya dari Naren.

"Status sosial kita yang berbeda dan jarak umur yang terpaut jauh menjadikan kita akan sulit untuk bersama".
Shakila menggeleng mendengar itu. Dia tidak peduli.

"Saya ngga bisa merubah usia yang ada diantara kita. Banyak hal yang belum kamu tau mengenai saya".
Naren memberikan beberapa alasan agar Shakila dapat berpikir realistis.

"Kamu pikir aku peduli. Kamu adalah kamu. Kamu yang aku kenal adalah kamu yang sekarang ada di sini. Dan itu yang buat aku jatuh cinta sama kamu".

"Umur? Siapa yang peduli. Aku yang jalanin hidup. Umur itu hanya soal angka. Mereka akan habis pada akhirnya".
Lanjut Shakila.

"Aku udah batalin pertunangan aku Ren. Salah satu alasannya adalah kamu. Aku ngga bisa menerima laki-laki lain saat hati aku cuma terpaut buat kamu".

"Kalo untuk status sosial? Memang ada ukuran status sosial yang tinggi? Itu ngga akan ada habisnya. Aku bisa hidup tanpa status sosial itu".
Naren terkekeh mendengar segala ocehan dari Shakila. Perempuan itu terlihat memerah saat berkata dengan menggebu.

"No. Saya ngga mau kamu harus menurunkan status sosialmu, Shakila. Sebagai laki-laki, saya rasa saya perlu menggapai kamu. Karena ngga mungkin sebuah bintang turun menghilangkan sinarnya. Dia harus tetap bersinar di atas langit. Di tempat seharusnya dia digapai".
Ucap Naren. Mungkin ini adalah salah satu keputusan besar yang Naren ambil.

"Kamu mau bantu saya meraih bintang?"
Shakila berkedip bingung. Apakah ini sebuah ajakan untuk menjalin hubungan? Dia tidak pernah mendengar yang seperti ini.

"Saya jatuh untuk kamu. Tetapi saya mau bisa bangkit juga untuk kamu".

"Jadi kita pacaran?"
Tanya Shakila tanpa basa-basi. Naren menggaruk belakang kepalanya bingung.

Dia sudah gugup sejak tadi mengatakan banyak hal. Tetapi perempuan di depannya ini bergerak sangat cepat. Tidak terlihat ragu sama sekali.

"Kalo mbak mau menganggapnya begitu. Saya terima".
Shakila terkejut mendengar itu. Dia segera melepaskan tangan Naren yang memegang tangannya.

"Aku bukan mbak kamu. Lagian kenapa kamu yang nerima. Aku ngga nembak kamu".
Shakila melipat kedua tangannya di dada. Malas menatap Naren.

"Bukan gitu maksud saya Sha..kila".
Masih sulit membiasakan panggilan itu.

"Saya pikir kamu tidak suka mengatakan pacaran untuk sebuah hubungan dewasa. Jadi saya pikir ngga perlu untuk menembak kamu".
Naren meringis malu. Dia tidak cukup berpengalaman menghadapi perempuan yang berbeda usia cukup jauh dengannya.

"Okee ngga masalah. Sekarang kamu sama aku adalah pasangan. Deal?"
Shakila mengulurkan tangannya yang disambut bingung oleh Naren.

"I love you".
Shakila memeluk leher sang kekasih yang masih terduduk itu. Hingga kepala Naren terbenam di antara perut rata perempuan itu.

Dia tidak menyangka akan memiliki pacar yang memiliki perbedaan jauh dengan dirinya. Naren harap semua berakhir seperti yang dia inginkan.

°°°~~~°°°

Bagian 44 JADIAN GESS

Gimana pendapat kalian??

Aku sih yes
Gitu kata mas Arman eh Anang

Happy Reading

Ziii🤗

Falling Into You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang