CHAPTER EMPAT PULUH TIGA

137 25 4
                                    

Daniel menahan tawanya sambil menatap satu kotak besar berbungkus kertas kado berwarna merah muda di atas meja dapur. Ia ingin menertawakan dirinya sendiri, entah karena kelakuan anehnya yang tiba-tiba terpikir untuk memberikan hadiah kepada Leanna, atau karena isi dari hadiahnya ini.

Sekali lagi, Daniel melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 20:30 WIB. Sudah lebih dari dua jam, Leanna seharusnya sudah pulang. Sudah waktunya juga bagi Daniel untuk menelepon Leanna. Bagaimana pun Leanna harus segera membantunya menandatangani novel-novel eksklusif nya. Meskipun sebenarnya itu hanya alasan.

Sayangnya, Leanna tak menjawab teleponnya. Tiba-tiba Daniel merasa khawatir. Apa Leanna pulang dengan berjalan kaki? Atau naik ojek online? Daniel bersiap untuk menyusul Leanna sambil berusaha menelepon Martin. Ini memang agak berlebihan, tapi Leanna tetaplah seorang gadis yang baru beberapa bulan tinggal di Jakarta.

"Martin, maaf saya mengganggu malam-malam. Apa Leanna sudah pulang?"

"Sudah sejak satu jam lalu, Dan. Apa dia belum sampai di apartemen?"

"Belum. Ponselnya juga gak bisa dihubungi. Apa kamu ingat dia pulang naik apa dan ke arah mana?"

"Astaga, Dan. Dia bukan anak kecil. Well, tadi dia berjalan kaki, aku sudah berusaha mengajaknya pulang bersama, tapi dia menolak."

"Pasti menolak," gumam Daniel gemas.

"Apa?"

"Ya sudah, kalau begitu ..."

Daniel tak melanjutkan kalimatnya saat ia mendengar suara pintu apartemen terbuka. Ia mengakhiri sambungan teleponnya, lalu berjalan ke depan. Daniel sudah hampir mengomeli Leanna, tapi tiba-tiba ia terdiam karena ternyata Leanna tidak datang sendirian.

Bagaimana bisa Daniel marah, ketika mood-nya sudah terlanjur turun ketika melihat Leanna menggendong seekor kucing sambil nyengir kuda bersama Arka di sebelahnya yang berwajah kusut.

"Dia yang narik gue ke sini," ucap Arka menjelaskan pada Daniel.

"Ya, dia emang sering bawa hal-hal gak penting ke apartemen," balas Daniel yang tak disahuti oleh Arka.

"Dan, tahu gak? Ada film baru lho di Netflix. Nonton bareng yuk, saya udah bawa makanan dari luar," ajak Leanna berjalan masuk dan mengisyaratkan Arka untuk mengikutinya masuk.

"Apa ini apartemennya sekarang?" gerutu Daniel pelan. Dan anehnya ia tak bisa mengusir Arka karena Leanna.

"Apa di apartemen mu gak ada TV?" sindir Daniel.

Arka tak menjawab, ia malah mengambil alih kucingnya dari Leanna lalu duduk dengan santai di sofa.

Leanna yang merasa tak enak pada Arka maupun Daniel, akhirnya berusaha mencairkan suasana.

"Ya ampun kapan lagi sih kita nonton bareng-bareng? Ka, tunggu bentar ya, aku ambilin minum dulu."

Leanna menarik Daniel untuk mengikutinya, awalnya Daniel menolak, tapi Leanna memaksa. Sehingga mau tak mau Daniel pun mengikuti Leanna ke dapur.

"Ngapain sih bawa dia ke sini? Nonton film apa? Kamu lupa kita harus kerja?" tanya Daniel memprotes.

"Sstt!" peringat Leanna sambil menaruh jari telunjuknya di bibir. Ia melirik ke arah Arka yang hanya diam sambil mengelus-elus kucingnya.

"Perusahaan tempatnya kerja udah nipu dia, hasil foto-foto Arka di akui hasil karya fotografer mereka. Intinya, Arka cuma dimanfaatin."

"Terus?"

"Terus? Dan, kamu tega lihat dia begini? Lebih baik saya ajak ke sini daripada di bengong-bengong sendirian di taman, atau berdua aja sama kucingnya."

"Apa kamu pikir gara-gara masalah ini dia akan nekat lompat dari balkon apartemen?" sindir Daniel sukses membuat Leanna menepuk pipinya sampai Arka refleks menoleh ke arah mereka.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang