1•

445 25 4
                                    


Pagi hari yang cerah, cahaya mentari menyinari sebuah kamar dengan dengan eloknya. Mengarah pada tubuh seorang yang senantiasa terbaring di atas kasurnya. Dengan mudahnya menunjukkan indahnya lekuk tubuhnya yang menggoda. Seraya ia bermimpi.

Seorang itu bangun dari tidur lelapnya. Duduk menghadap ke jendela kamar dengan gorden yang telah terbuka. Mata indahnya menatap inci jalanan yang ramai dengan pengendara motor dan mobil, juga dengan orang yang bersepeda. Tak luput dari pandangan nya.

Terdiam di sana. Hingga suara seorang wanita paruh baya memanggilnya dengan panggilan rumahnya. Sudah sejak kecil ia di panggil dengan sebutan itu.

"Hyo. Bangun ini sudah siang," Panggilnya seraya tangannya yang masih sibuk dengan wajan di atas kompornya, "hm." Sebuah deheman kecil keluar dari mulutnya.

Dengan berat hati juga raga dan jiwanya. Ia berjalan kearah pintu, lalu turun dari lantai 2 dengan kaki di tambah tangga yang menjadi alat untuk turun. Dengannya yang masih mengucek matanya seperti orang yang baru bangun tidur.

Sorot matanya tertuju pada seorang pria di kursi makan dengan tenang, tangan yang memegang koran dan satunya membawakan cangkir kopi untuk di minumnya. Seorang Laki-laki yang berumur sekitar 42 tahun, dengan kaca mata yang menempel pada lekuk hidungnya.

Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan pria tua di depannya. Pria itu sedikit melirik anak bungsu nya, yang juga menatap nya balik. Entah kenapa jika dua orang ini bertemu selalu saja. Tidak punya topik.

Hingga seorang wanita dengan surai merah muda yang sangat mirip dengan Anaknya yang berhadap-hadapan dengan ayahnya. "Sarapan siap" Ujarnya, mencoba mencairkan suasana dingin dari keduanya. Seketika mereka menengok serempak.


Ia duduk di tengah-tengah antara keduanya lalu menyiapkan piring dengan cantik. Yang setelah itu mereka memakannya, tak lupa dengan doa yang mereka ucapkan. Seperti halnya keluarga lain, mereka juga punya peraturan khusus di rumah. Yaitu jangan berbicara saat makan, karena mereka menganggapnya tidak sopan.

Semua orang sudah selesai dengan waktu sarapannya. Kini meja telah bersih dengan perginya piring-piring di meja. Dan langsung saja sang kepala keluarga berbicara. "Chigiri kau akan ku masukan di SMA Blue Lock. Sekolah yang mungkin akan cocok untukmu. Karena tidak akan ada razia rambut di sana," Celetuknya dengan membenarkan dasi yang terikat di lehernya. "Omong-omong masakan mu selalu enak sayang." Pujinya yang kemudian pergi keluar dengan membawa tas kerjanya.

Seorang wanita yang berada di dapur kini tersenyum manis di sana.

Kemudian chigiri kembali ke kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur sambil menatap hp nya "Enaknya ngapain ya?"
Gumamnya pada dirinya sendiri.

Setelah berabad-abad lamanya chigiri ahirnya punya ide

(Bujed lama amat lu mikir chi)
(Yo ndak tau kok tanya saya)
(Lah🗿)

"Jalan jalan enak kali"- pikirnya

Kemudian chigiri meminta izin pada ibunya agar chigiri bisa jalan" Ibunya mengiyakan

"Jalan jalan ke mana ya?, ke taman enak kali" Ujarnya kemudian keluar

Chigiri pun berjalan jalan di taman tidak jauh dari rumahnya

Kekasih Ku || BL || EndWhere stories live. Discover now