19. Siapa Hyuuga Hinata?

540 90 18
                                    

Hinata membuka matanya, kepalanya agak pusing. Dia kenal tempat ini, matanya menatap jam dinding di kamar itu. Pukul 6 sore. Cukup lama juga gadis itu tertidur.

Gadis itu menyentuh pipinya. Sakit. Tiba-tiba saja dia teringat Sasuke. Tidak tahu kenapa hatinya sakit saat memikirkan pemuda itu. Apalagi sore kemarin mereka masih sempat berciuman di sekolah. Seharusnya aku tidak terlalu berharap padanya. Aku ini kenapa? Ada air mata yang mengalir dari bola matanya yang indah. Apa aku mulai menyukainya? Gadis itu memegang dadanya yang sakit. Dia sesegukan sendiri.

"Sudah bangun?" Suara Sai terdengar hangat menyapanya. Pemuda berkulit putih itu membawa semangkok bubur untuk Hinata lalu menyodorkannya.

Segera pewaris Hyuuga itu menghapus air matanya.

"Makan yang banyak, Hime. Aku sudah menelpon Kakekmu kalau kau bersamaku saat ini."

Hinata menatap sendu wajah Sai. Segurat senyum dia paksakan untuk dokter tampan itu. Pemilik manik bulan itu mulai menyendok buburnya kemudian memasukkan ke dalam mulutnya. Mengunyah sebentar lalu menelannya. Enak! Gadis itu kembali melakukan aksinya dengan cepat hingga bubur itu habis. Hinata berpikir dokter Shimura ini pintar memasak, sudah tampan, baik pula. Beruntung sekali orang yang menjadi istrinya kelak.

Sai menyentuh pipi Hinata pelan hingga membuat sang gadis memandang wajahnya. Pria itu mengelusnya pelan, dia tahu pipi itu masih sakit. "Jika ada yang ingin kau ceritakan, aku akan menjadi pendengar yang baik." Disentuhnya tangan itu lembut lalu digenggamnya.

Hinata menggeleng.

Sai mengerti, pemuda itu tersenyum sambil menepuk tangan Hinata. "Kalau begitu aku yang akan bercerita. Bukan cerita, tapi kabar baik, ya itu menurutku."

"Apa?" tanya Hinata penasaran.

"Tunggu sebentar, aku segera kembali." Pria itu meninggalkan Hinata, tak lama setelahnya Sai datang kembali sambil membawa beberapa tumpukan rajutan. "Kau masih ingat ini?" tanyanya sambil membeberkan satu-persatu rajutan itu.

"Inikan rajutanku musim dingin tahun lalu, kan?" ujar Hinata tak mengerti.

"Betul, bulan kemarin saat aku ke New York untuk seminar, aku bertemu seorang wanita cantik. Dia menatapku tiada henti sampai aku berpikir bahwa wanita itu jatuh cinta padaku." Sai tesenyum mengingat kejadian itu. "Ternyata aku salah, wanita itu justru tertarik pada sweater rajutan gadis ceroboh ini. Aku kecewa karena dia tidak suka padaku," canda Sai yang malah membuat Hinata tertawa. "Dia bertanya aku membeli di butik mana? Tapi aku jawab sweater ini adikku yang membuatnya."

"Benarkah?"

Sai mengangguk. "Aku bertemu kembali minggu lalu dan wanita itu bertanya soal rajutan ini, dia ingin memilikinya dan menjualnya. Dia tertarik dengan model yang kau buat."

"Hah?" Hinata menatapnya tak percaya. Bohong! "Apa karyaku sebagus itu?"

"Wanita itu memberikan kartu nama, dia memaksa ingin bertemu Hyuuga Hinata. Namanya Ayken Hatake, desainer asal Paris tapi berdarah Rusia dan Jepang." Sai bersedekap menatap Hinata intens. "Hime, tidakkah kau ingin mengembangkan bakatmu? Di bawah bimbingan Ayken Hatake, kau bisa jadi desainer terkenal. Aku tahu kau sangat berbakat soal merajut. Meskipun tidak pintar soal pelajaran tapi kau punya bakat yang tak semua orang bisa memilikinya."

[END] ✅ Oh, My PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang