the last part zeenin

1.4K 154 46
                                    

hanya karena pernah tersakiti bukan berarti kamu harus menutup hati untuk yang lain, karena watak orang berbeda dan takdirmu tak selamanya buruk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

kalian bisa dengerin ini selama baca, reza darmawangsa : yang kurasa.

seseorang menatap lurus kearah langit yang berwarna biru, dia tengah duduk di salah satu kursi di pinggir pantai, senyum manisnya tidak pernah luntur. dia sesekali melihat orang orang yang berlarian di pinggir pantai. sesekali juga melihat orang orang yang sedang surfing, zee hanya melihat tanpa berniat bergabung.

anin sisca dan juga gaby tengah membangun istana dari pasir, mereka lucu seperti anak kecil. sedangkan shani sedang izin ke toilet.

zee melihat marvel baru selesai surfing, itu menghampiri anin mengacak rambut wanita itu yang sedang asik membangun istana pasir. pukulan pada lengan kanan marvel diberikan secara percuma karna anin memang tidak suka rambutnya di acak, sedangkan pelaku hanya terkekeh kecil tanpa merasa bersalah.

zee menoleh ke arah samping, melihat aldo serta cio dan gito tengah mengubur cio di dalam pasir, ketiganya tengah bersenda gurau, semuanya merasa bahagia tidak ada kesedihan di hati mereka. zee selalu bersyukur atas apa yang tuhan berikan padanya itu.

"gee" panggil shani dari arah toilet berjalan mendekati kekasihnya itu.

"kenapa by?" tanya cio sambil membuka kacamata hitamnya itu sambil mendongak ke atas kearah shani.

"gapapa, kamu udah selesai mainnya?" tanya shani.

"udah by, kamu kangen ya sama aku?" tanya cio menggoda shani.

"engga, aku mau ngajak kamu beli kopi"

cio akhirnya mengganguk dan berusaha bangkit, lalu membersihkan badannya itu dari tanah dan memakai kaos tanpa lengan yang berada di kursi.

"bucin akut" sorak aldo.

"kayak lo engga aja ke ka sisca" cibir cio yang berjalan menjauh dari kedua temannya itu.

"zee ikut atau mau nitip?" tanya shani yang melewati zee yang terlihat enggan beranjak dari kursi itu.

"engga ci, aku gamau jadi nyamuk. have fun" cengiran khas itu muncul saat zee menujukan wajah bodohnya.

seperginya cio dan shani, aldo dan juga gito menghampiri zee ikut bergabung di kursi itu, ketiganya diam tidak ada yang membuka suara satupun, mereka menikmati segemilir angin yang membuat mata mereka terlihat sayu mengantuk.

"zee" panggil anin yang menghampiri ketiganya itu.

"kenapa?" zee menoleh ke arah anin.

"kita mau makan, kamu sama yang lain mau ikut?" tanya anin sekali lagi.

"engga, tapi gatau yang lain. aku masih kenyang kak" jawab zee.

"engga kak, entar kalo laper nyusul" timpal aldo.

"ikut, laper" gito beranjak dari duduknya dan berjalan merangkul pinggang gaby, gaby terlonjar kaget karna perlakuan gito itu, pasalnya gito jarang memperlihatkan sisi bucinnya di depan banyak orang. baru kali ini.

"oh, kulkas berjalan gue bisa bucin toh" ledek zee.

"dia mah bucinnya di private" timpal aldo lagi.

"beb, kamu beneran gamau makan?" sisca yang membuka suara.

"engga aku disini, kalo udah kamu kesini aku mau ngajak kamu main jetski" balas aldo.

kelimanya berlalu mengganguk dan masuk ke salah satu resto yang memang ada di daerah pantai ini, tempatnya juga terlihat sangat terprediksi. pengunjung bisa menikmati pemandangan pantai pada siang hari dan saat sore menuju malam pun bisa melihat sunset, sungguh zee betah berlama lama dibali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dia Istimewa [END]Where stories live. Discover now