tujuh - chaos

48 3 0
                                    

Yuda memasuki rumahnya dan dikejutkan dengan suara pecahan dari arah dapur.

PRANGGG

"BUNDA?!" Yuda segera berlari menuju dapur dan melihat bunda dengan sosok yang dulu selalu ia banggakan.

Yuda berlari memeluk bundanya yang terjatuh dengan pecahan piring di depannya.

Bunda menangis membuat hati Yuda teriris.

"AYAH NGAPAIN KESINI LAGI?" Bentak Yuda dengan emosi yang menggebu.

"Ayah ada urusan sama bunda kamu Yuda!" Jawab lelaki itu.

"AYAH UDAH GAK PUNYA URUSAN LAGI SAMA YUDA SAMA BUNDA!" Balas Yuda berteriak dengan matanya yang mengeluarkan air mata.

"YUDA KAMU GAK SOPAN TERIAK PADA AYAH KAMU SENDIRI?!" Lelaki itu balas teriakan Yuda.

"APA MASIH PANTES ORANG KAYA AYAH DISEBUT AYAH?!" Balas Yuda dengan matanya yang terus mengeluarkan air mata.

"APA PANTES ORANG YANG MENINGGALKAN ANAKNYA DAN ISTRINYA DEMI WANITA LAIN MASIH DISEBUT AYAH?!"

"YUDA!!!"

"Yuda gak mau melawan ayah, Yuda sayang sama ayah, tapi kenapa ayah justru seperti ini pada Yuda dan bunda?" Yuda benar-benar menangis, ia meluapkan semua emosinya.

"Yuda udah sayang." Bunda berbicara pada Yuda namun Yuda menggeleng.

"Yuda, ayo ikut bersama ayah."

"GAMAU!" Yuda membentak, "Yuda gamau tinggalin bunda!"

"YUDA NURUT SAMA AYAH!"

"ENGGAK!"

Yuda menangis sambil terus memeluk erat sang bunda.

"Ayah udah merusak kebahagiaan bunda, kakak, sama Yuda! Yuda gamau sama ayah!" Ucap Yuda dengan suaranya yang tidak terlalu berteriak namun tetap tegas.

"Sekarang Yuda tanya, kemana kakak?" Ucap Yuda.

Ayahnya terdiam.

"KAKAK KEMANA AYAH?!"

"Kakak kamu sama ayah, makanya kamu ikut sama ayah!"

"Gak! Yuda tau kakak juga dipaksa oleh ayah kan?" Ucap Yuda.

"Yuda mau ketemu kakak untuk yang terakhir kalinya, yah."

"Ikut ayah, dan kamu bisa terus bersama kakak kamu!"

Yuda menggeleng, "Yuda emang sayang dan ingin terus bersama kakak, tapi Yuda gak akan tinggalin bunda!”

"Bunda kamu udah gila ngapain masih kamu urusin?"

Emosi Yuda meluap.

"BUNDA GAK GILA! BUNDA SEPERTI INI KARENA AYAH! AYAH SADAR GAK, AYAH SUDAH MEMBUAT MENTAL BUNDA RUSAK! BAHKAN MENTAL YUDA DAN MENTAL KAKAK JUGA RUSAK KARENA AYAH!"

"TERUS KAMU MAUNYA APA SEKARANG YUDA?"

PRANGGG

Yuda melindungi sang bunda dari pecahan kaca yang baru karena ayah tadi melempar gelas sehingga pecahan kacanya menyebar.

"Yuda mau bersama bunda, tapi Yuda mau bertemu kakak dulu."

Ayahnya berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak.

"Yuda, kalo kamu gak mau ikut bersama ayah, ayah juga gak akan mau temui kamu dengan Yura sampai kapanpun, bahkan jika kamu memohon-mohon pun ayah gak akan izinin," Ucap sang ayah licik, "Ayah akan melarang kamu bertemu dengan Yura selamanya!"

"Yura itu kakak Yuda yah!"

Sang ayah mengangguk, "Tapi sekarang Yura sudah menjadi hak ayah jadi kamu tidak bisa membantah."

Setelah itu sang ayah berdiri lagi melihat anak lelakinya yang menangis.

"AYAH JAHAT!"

"Yuda.."

Yuda menoleh ke arah pintu dapur dan mendapati Yura sang kakak berdiri disana dengan wajah yang terlihat jelas sudah menangis.

"Kakak!"

"Yura masuk mobil!"

Yura tersentak kemudian pergi meninggalkan Yuda dengan perasaan sedih untuk memasuki mobil.

Sang ayah pun ikut pergi meninggalkan Yuda.

"Yuda, kejar kakak kamu." Ucap sang bunda yang diangguki oleh Yuda.

Setelah itu Yuda berlari menyusul ayah dan kakaknya.

"KAKAK!" Panggil Yuda ketika matanya melihat sang kakak di dalam mobil yang akan pergi.

Kakaknya ikut menatap Yuda sambil tersenyum dengan air mata yang terus mengalir.

Mulutnya mengucapkan kata maaf berkali-kali.

"KAK KALO KAKAK PERGI SIAPA YANG TEMENIN YUDA LIAT ARUNIKA?!" Teriak Yuda sambil mengejar mobil yang sudah maju.

"KAK YURA!"

Yuda menangis sambil terus mengejar mobil yang semakin lama menjauh.

Yuda sudah tidak kuat mengejar mobil itu yang semakin mengebut, akhirnya lelaki itu berhenti dengan air mata yang terus mengalir.

"Kakak, Yuda sayang sama kakak." Gumam Yuda sambil terus memperhatikan mobil putih yang semakin menjauh sampai tidak terlihat lagi.

"Jika Yuda dipertemukan lagi dengan kakak, Yuda akan mengajak kakak melihat arunika lagi, walaupun arunika kemarin dan hari ini terasa sangat menyakitkan."

ARUNIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang