Chapter 9

781 131 26
                                    

DLDR
.
.
.
Lan Xichen menatap wajah serius Jiang Cheng yang ada didepannya dan mengangguk.

"Ya... Saya menyadari nya, walaupun saya tidak yakin pada awalnya." Memang benar bahwa Lan Xichen tidak yakin dengan apa yang di lihatnya, ia berfikir tidak mungkin tuan muda Jiang ada di sana, tapi setelah di fikir lagi dan mengingat kabar yang beredar bahwa tuan muda Jiang menghilang, ia berfikir apa yang ia lihat bisa saja kenyataan.

"Aku juga, aku tidak menyangka akan bertemu dengan tuan muda pertama Lan di tempat semacam itu." Dengan acuh Jiang Cheng berkata, walaupun kata-katanya terdengar seperti mengejek, namun tidak dengan nadanya.

"Yaa... Saya tidak memiliki pilihan." Lan Xichen tersenyum tidak berdaya.

"Hmm, tapi aku melihat kau tampak baik-baik saja dan senang." Jiang Cheng menyesap tehnya, bukan ia peduli, ia hanya tidak menyangka akan bertemu pria Lan itu di tempat semacam itu.

Jika ada orang lain yang mengenalnya dan mengetahui Lan Xichen sempat tinggal di tempat itu, maka mereka akan berfikir yang tidak-tidak.

"Hmm?" Lan Xichen menatap Jiang Cheng dengan bingung.

"Kau masih bisa tersenyum di saat seperti itu, bahkan tertawa dengan orang asing, tidak seperti tuan muda pertama Lan." Jiang Cheng menatap Lan Xichen ke matanya, tidak ada emosi apapun di sana.

Lan Xichen terdiam sejenak, menilai tatapan Jiang Cheng, namun lagi-lagi, ia kembali tidak bisa membacanya sama sekali.

"Ahh, dia bukan orang asing, dia orang yang menolong saya saat pelarian." Jelasnya singkat, Lan Xichen tidak ingin menjelaskan lebih lanjut.

"Hmm... Begitu kah." Ntah lah, Jiang Cheng merasa sedikit iri dengan pria bertubuh kecil itu, dengan sekilas ia bisa tau bahwa pria itu bukan orang yang baik, tapi kenapa dia bisa dekat sedangkan Jiang Cheng berusaha untuk menjaga jarak agar pria Lan itu tidak ternoda dengannya.

Tapi sudah lah, ia memutuskan tidak akan perduli lagi, perasaan kagum ini, akan ia kubur lebih dalam ke dasar hatinya dan tidak akan membiarkannya untuk muncul lagi.

Itu kesalahannya karena membiarkannya tumbuh, ia hanya berfikir bahwa ia bisa mengagumi Lan Xichen dari jauh, namun pada kenyataannya, hampir tidak ada bedanya dengan perasaan ingin di lihat dan di akui oleh ayahnya.

Lagipula jika di lihat pria Lan ini tidak ingin dekat dengannya dan tidak memiliki alasan untuk dekat dengannya.

Jiang Cheng melihat ruang segelnya bermaksud ingin mengambil pakaian untuk ganti.

"Aa." Jiang Cheng sedikit tecengang.

"Tuan muda Jiang? Ada apa?" Lan Xichen bertanya dengan bingung.

"Ku rasa aku lupa membawa pakaian ganti, aku langsung ke sini setelah mengurus murid lain. Apa kau punya pakaian lain?" Jiang Cheng kembali menatap Lan Xichen
.
.
.
Lan Xichen keluar sekaligus membawa nampan mangkuk milik Jiang Cheng tadi dan kembali ke kamarnya untuk mengambil pakaiannya yang masih layak untuk di gunakan.

Karena mereka juga habis mendapat kekacauan dari sekte Wen, mereka belum sepenuhnya kembali seperti semula, jadi mereka tidak punya pakaian baru yang belum pernah di gunakan.

Lan Xichen membawa pakaian lamanya yang sudah tidak digunakannya lagi dan saat ia sampai di kamar Jiang Cheng, ia mengetuk pintu dan Jiang Cheng membukanya.

Saat ini Jiang Cheng hanya menggunakan jubah polos berwarna putih dan terlihat sangat tipis, bahkan Lan Xichen bisa melihat lekuk tubuh Jiang Cheng.

Sejujurnya ia cukup terkejut dengan penampilan Jiang Cheng yang sangat terbuka, dari sini ia bisa melihat sisik berwarna hitam keungun di bahu kanannya, namun ia memilih untuk tidak mengatakan apapun, masih dengan senyumannya, ia menyerahkan pakaiannya.

NewOnde histórias criam vida. Descubra agora