7. Menjadi Saksi Nikah di Cikarang

290 83 17
                                    

Selamat malam. 👋

Ayo kita merapat ke cerita inspirasional yang lain. 💜

Ada beberapa percakapan dalam bahasa Sunda dan doa dalam agama Islam, kalau ada yang salah atau typo, mohon dimaafkan. 🙏

Happy reading.

🌴🌴🌴

Malam itu aku berniat pulang ke rumahku. Posisiku saat itu berada di daerah Bekasi Timur sehabis mengantarkan penumpang di daerah itu dan menuju pintu tol menuju Jakarta. Aku melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 19.11.

Aku punya standar jam kerja yang harus aku penuhi dan harus tiba di rumah sebelum jam 21.00. Karenanya aku berpikir lebih baik pulang daripada nanti aku dapat orderan yang lebih jauh.

Selagi aku konsentrasi melihat jalan dan akan mematikan aplikasiku tiba-tiba notifikasi di handphoneku berbunyi.

Sebuah orderan masuk.

Dalam perjalanan yang agak ramai dan susah mencari tempat berhenti, aku pikir akan membiarkan orderan itu lewat. Ternyata orderan itu tetap masuk, dan aku pikir, yah sudahlah mungkin orderan ini harus aku ambil karena ada penumpang yang mungkin saat ini sangat membutuhkan jasa transportasi.

Sesaat setelah aku mengambil orderan tersebut, handphoneku langsung berdering.

"Halo, selamat malam ..." sapaku.

"Malam, Pak. Saya Kano yang order. Posisi saya di depan Penitipan Motor Pardes ya, Pak. Saya sudah di depan berdua sama bapak saya."

"Oh oke, sesuai titik ini ya?" Aku bertanya sambil menekan tombol penunjuk arah di GPS handphoneku.

"Iya, Pak," jawabnya lagi.

Aku memacu mobilku dan mengikuti GPS. Daerah ini lumayan macet, karena merupakan pintu keluar tol Bekasi Timur. Tidak perlu waktu lama, aku menemukan titik penjemputanku. Dari kejauhan aku bisa melihat ke arah Tempat Penitipan Motor PARDES. Cukup mudah menemukannya, karena ada plang nama sesuai dengan yang dikatakan oleh calon penumpangku. Aku memilih memutar mobilku terlebih dahulu di depan Pondok Hijau Permai dan baru merapatkan mobilku ke kiri ke tempat Penitipan Motor itu.

Ternyata penumpangku sudah melihatku dan bersiap di pinggir jalan. Seorang anak muda dan bapaknya naik ke mobilku di bangku belakang. Anak muda ini mengenakan jas warna hitam dengan menggunakan sepatu pantofel dan membawa tas ransel. Sedangkan bapaknya mengenakan baju batik warna coklat dan memakai sepatu yang sama dengan anaknya. Keduanya sama-sama rapi seperti orang yang akan ke kondangan.

Aku melihat ke aplikasiku dan membaca keterangan yang ada. Order atas nama Kano Limanov, titik penjemputan di Penitipan Motor Pardes dengan titik tujuan Warung Mama Kembar, Desa Karang Asih, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.

Hal ini kulakukan untuk memastikan apakah mereka penumpang yang ada di aplikasi atau bukan. Karena kalau salah bawa penumpangkan merugikan kedua belah pihak, artinya driver rugi dan penumpangpun rugi.

Rugi waktu dan rugi biaya.

"Atas nama Kano Limanov ya, Mas?" Aku memulai pembicaraan.

"Iya, Pak."

"Tujuan sesuai titik ya? Warung Mama Kembar, Desa Karang Asih ya?"

"Iya Pak, tapi itu patokannya aja. Soalnya di GPSnya nggak tahu mau nulis apa."

"Dekat-dekat situ?"

"Bukan, Pak. Justru saya kasih patokannya agak jauhan supaya bapak nggak rugi."

"Oh gitu, baiklah."

When I Was a Driver (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang