Part 17. Hampir Menyerah.

10 11 0
                                    

Pagi yang sedikit mendung membuat susana terasa sejuk. Hawa dingin menusuk kulit Bella ketika ia berjalan menuju kelas. Pagi ini pukul setengah tujuh, kondisi sekolah masih sangat sepi dibarengi dengan suara sapu yang berasal dari Pak Arif selaku tukang bersih-bersih di sekolah itu.

Ketika Bella membuka pintu kelas dia kira dirinya yang masuk paling awal. Ternyata ada satu orang yang masuk terlebih dahulu sebelum Bella. Tampak laki-laki itu terlihat sedang menelungkupkan kepala di antara kedua tangannya.

"G-ga?" Ucap Bella ragu.
Angga masih belum menjawab panggilan dari Bella. Melihat Angga yang begini membuat Bella semakin takut.

Sebelumnya Bella tidak pernah begini, entah apa yang membuat tubuhnya menjadi bergetar hebat.

"Ga?" Panggil bella sekali lagi. Kali ini Angga langsung mengangkat kepala nya sambil menghembuskan nafas secara kasar. Terlihat dari raut muka Angga bahwa dirinya sedang tidak ingin di ganggu.

"Kenapa?" Tanya Angga singkat tanpa memperhatikan muka Bella.

"G-gue minta maaf" Ujar Bella kepada Angga . Hanya meminta maaf bahkan membuat Bella sedikit ragu.

"Buat?".

"Lo kemaren berantem".

Angga membuang nafas secara perlahan, mulai memposisikan duduknya agar benar. Mencoba memahami wajah Bella.

"Bel, semenjak lo kenal Alastar , lo jadi gini? Lo itu ga salah bel  yang salah itu gue sama Alastar. Jadi kenapa malah lo ngewakilin kesalahan punya Alastar". Ucap Angga dengan sorot mata yang berbinar-binar.

" Gue suka ga sama Alastar, gue gak bisa biarin dia terjebak di dalem masalah gitu aja, walaupun gue tau, ini gak ada sangkutan nya sama gue tapi gue juga gak tega sama dia" Ucap Bella sambil menundukan kepalanya.

"Berarti lo tega sama gue?" Tanya Angga mendadak. Hal ini sontak langsung membuat Bella terkejut . Bagaimana bisa dia mengajukan pertanyaan seperti itu.

Bella terdiam mencoba memahami kata perkata yang Angga lontarkan . Dada Bella terasa sesak seperti mengempat banyak masalah. Ada dua insan yang hanya mampu diam, ke-tidak enak hati saat ini yang mereka rasakan. Sembari berjalannya waktu, tiba pukul tujuh pagi. Satu persatu murid datang secara bergantian.

Terlihat isi kelas yang sudah ramai. Namun tersisa satu bangku yang masih kosong. Ya.. Bangku dimana Alastar duduk. Pagi itu dia tidak masuk, tanpa keterangan apapun.

Bella yang dari tadi hanya menatap kosong ke arah papan tulis, menarik perhatian shera yang sedang bersama teman-teman yang lain. Shera menghampiri Bella dengan jantung yang berdegub kencang.

"Bel Alastar ga berangkat ya?" Tanya Shera sambil mengambil bangku untuk duduk di sebelah Bella.

"Iya" Ucap Bella dengan singkat.

"Lo kenapa si cerita aja sama gue" Ujar Shera kepada Bella yang masih melamun.

" Gue kepikiran Alastar, nanti bantu antar gue nemuin dia " .

Shera membuang nafas sedikit lega. "Hftt oke".

Angin sepoi-sepoi di sore itu lumayan menusuk kulit Shera yang hanya menggunakan kaos oblong. Shera memang tipe orang yang suka berpenampilan sederhana. Cukup menggunakan celana pendek dan kaos oblong bahkan sendal yang ia kenalan sudah cukup nyaman. Berbeda dengan Bella yang suka menggunakan pakaian tertutup. Seperti menggunakan hoodie dan celana jeans saja dan tentu sepatu.

Mereka berhenti di salah satu taman, terlihat sosok cowok tampak menggunakan jaket favorit nya tidak lain adalah Alastar. Shera berniat untuk ikut menghampiri Alastar bersama Bella. Namun Bella melarang nya.

DIPERTEMUKAN KEMBALI || ENDWhere stories live. Discover now