[CHAPTER 3]

190 15 3
                                    


"Kehilangan akan mengajarimu bagaimana caramu untuk menghargai sesuatu yang masih ada."

————————————————————

Danda dan Satria tiba di suatu tempat yang gelap dan diterangi hanya dengan beberapa lampu temaram saja. Mereka berdua memarkirkan motornya di luar dan lalu masuk ke dalam cafe tersebut.

Pemilik tempat tersebut sepertinya sangat mengenali pelanggannya ini. Danda dan Satria disambut oleh pria yang sedikit tulen sambil memeluk mereka erat.

"Yaampun anak Mami kenapa baru ke sini sih? Kan Mami jadi rindu," ucap Mami Miranda, pemilik cafe tersebut.

Danda dan Satria sudah biasa mendapatkan perlakukan seperti ini dari Miranda, karena Miranda adalah mantan ketua Broken Family yang dulu yang berubah profesi menjadi seorang pemilik cafe.

Sebenarnya nama aslinya adalah Rama, yang dulunya terkenal sangat garang dan menakutkan . Namun, kini dia telah berubah menjadi seorang wanita cantik.

Danda dan Satria bukannya risi, mereka justru terlihat kasian kepada Rama. Setelah rasa sakit yang begitu bertubi-tubi dia rasakan, kini dia memilih jalannya sendiri dengan cara seperti ini.

"Bang Rama, nggak mau balik ke tongkrongan lagi?" tanya Danda sedikit ragu.

Tatapan Rama berubah, dari tadinya riang kini menjadi sendu.

"Gue masih takut, gue jauh lebih aman di sini." Suaranya berubah, dari yang yang lemah lembut kini menjadi sedikit berat.

Rama mencoba mencairkan suasana, ia mengajak Danda dan Satria untuk masuk ke dalam cafenya.

"Ayo masuk! Lo berdua mau di sini terus?"

Masuk ke dalam tempat tersebut, mereka disambut dengan beberapa pelanggan yang saling bercengkrama satu sama lain. Danda dan Satria memilih tempat duduk di sekitar pojok ruangan, karena itu tempat favorit mereka.

"Mau berapa gelas?" tanya Rama pada Danda dan Satria.

Cafe Miranda milik Rama bukan seperti cafe pada umumnya. Cafe Miranda selain menjual beberapa menu makanan dan minuman, cafe tersebut juga menjual beberapa minuman keras yang harganya cukup terjangkau. Oleh karena itu, cafe tersebut menjadi tempat favorit untuk kaum anak muda yang mempunyai uang pas-pasan seperti mereka berdua.

"Dua aja, bang," jawab Danda.

"Oke, tungguin ya.."

Tak perlu menunggu lama, pesanan mereka akhirnya datang. Dua gelas minuman berwarna cokelat bening itu datang menghampiri mereka berdua.

"Ini spesial buat kalian, plus udah dikasih cinta sama gue," ucap Rama dengan suara berat sambil meletakkan dua gelas itu di atas meja.

"Makasih, Bang," ucap Danda dan Satria bersamaan.

"Yaudah gue capcus dulu ya says, dahhh..." Rama kembali menggunakan suara nyaringnya.

Setelah Rama pergi, Satria segera menengguk minuman itu. Dia masih jengkel dengan Kakaknya, bagaimana mungkin dia dibiarkan tinggal di rumah yang selayaknya seperti neraka. Dia kira hidup di rumah tersebut ia bisa hidup dengan tenang, damai dan bahagia? Tentunya tidak. Satria selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik dan tidak meniru Kakaknya, tapi dia tidak bisa, dia hanya seorang anak biasa yang tidak dianugerahi kespesialan apapun oleh Tuhan.

Danda tak mau kalah dengan Satria, ia menengguk minuman dalam beberapa tenggukan saja, dan di akhir ia meletakkan gelas tersebut dengan keras hingga menimbulkan suara.

SAMPOERNA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang