Part 2

3.5K 16 0
                                    

Gila, hampir semua 10 kursi duduk terisi cuma tersisa satu sahaja . Nah, itu dia ada satu yang kosong di sebelah seorang cewek yang cantik sekali, dia mengenalkan dirinya yang dia berketurunan Batak. Wajahnya mirip Prisia Nasution. Katanya ia sebaya denganku . Tapi astaga, ia memakai baju yang berdada rendah alias "you can see," dan rok jeans mini yang cukup ketat, sehingga menampakkan pangkal payudaranya yang berukuran cukup besar . Ia nampak memandangku dan tersenyum . Melihatnya aku menjadi minder . Wah, sainganku ini top sekali . Yang lain pun mengenalkan diri mereka masing-masing, ada dari 4 orang wanita suku melayu masing2 dari Riau, Jambi dan Medan, seorang orang Aceh, 3 orang batak termasuk yang berwajah mirip Prisia Nasution dan seorang dari Nias. Apakah mungkin aku terpilih menjadi foto model di sini? Satu persatu para pelamar dipanggil ke ruang pengetesan, sampai si batak di sampingku tadi dipanggil juga . Semua pelamar yang sudah dites keluar lewat pintu lain . Akhirnya namaku dipanggil juga .

"Widya, dipersilakan masuk ke dalam ."

aku pun masuk ke dalam dan disambut oleh seorang pria bertubuh agak gemuk .

"Kenalkan aku Adolf, direktur sekaligus pemilik agensi ini . Siapa nama kamu tadi? Oh ya, Widya, nama yang bagus, sebagus orangnya . Sekarang giliran kamu dites . Coba kamu berdiri di sana ."

aku pun menurut saja dan menuju tempat yang ditunjuk oleh Adolf, di bawah lampu sorot yang cukup terang dan di depan sebuah kamera foto .

"Coba kamu lihat-lihat contoh-contoh foto ini . Pilih lima gaya di antaranya . aku akan mengetes apakah kamu bisa bergaya . Jangan malu-malu, don't be shy!" kata Adolf sembari memberiku sebuah album foto . aku melihat foto-foto di dalamnya . Ah ini sih seperti gaya foto model di majalah-majalah! Mudah amat! Lalu aku memilih lima gaya yang menurutku bagus . Setelah itu, jepret sana, jepret sini, lima gaya sudah aku berpose dan dipotret . Tapi Adolf belum mempersilakan aku keluar ruangan . Dia kelihatannya seperti berpikir sejenak .

"Nah, sekarang, wid. Coba kamu buka kancing-kancing bagian atas dress kamu . Nggak usah malu . Biasa-biasa aja lah!"

Kupikir tak apa-apa lah kali ini . Kubuka beberapa kancing atas blusku sehingga terlihat BH yang kupakai . Mata Adolf sekilas berubah saat melihat pangkal payudaraku yang montok . Lalu aku dipotret lagi dengan pose-pose yang sensual .

"Nah, begitu kan widya . Sekarang coba buka baju kamu semuanya ."

Wah! Ini sih mulai kelewatan!

"Ayolah, jangan malu-malu!"

Sebenarnya dalam hati aku menolak . Akan tetapi biarlah, karena aku aku pikir ini cuma audisi. Pernah aku dengar cerita yang kalau mau jadi model harus sebegini.

Dengan perlahan-lahan kutanggalkan dress aku. Mata Adolf tanpa berkedip memandangi tubuh mulusku yang hanya ditutupi oleh BH dan celana dalam . aku sedikit menggigil kedinginan hanya berpakaian dalam di ruangan yang ber-AC ini . Namun Adolf tidak mengindahkannya . Ia malah menyuruhku menanggalkan busana yang masih tersisa di tubuhku . Ah, gila ini! Tapi cueklah, hanya berdua ini! Lalu dengan membelakangi Adolf, kulepas BH-ku . Kusilangkan tanganku di dada menutupi payudaraku .

"Wid, masa kamu balik badan begitu . Bagaimana aku bisa mengetesmu ."


ModelWhere stories live. Discover now