Part 5 ; Mengenang Kembali

1.1K 144 5
                                    

Happy Reading

.....

Renjun langsung mendorong tubuh Haechan menjauh darinya ketika mendengar perkataan lelaki itu. "Jangan membuat aku lemah dan terlihat jahat, Haechan," ujar Renjun dengan bibir bergetar. Dan, air mata yang mulai lolos membasahi kedua pipinya.

"Akulah yang bersalah, bukan kau. Akulah orang lemah di dalam hubungan ini. Aku tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankan cinta kita. Sehingga aku memilih mengakhiri kisah ini, di hari ulang tahunmu." Renjun langsung berjongkok menyembunyikan wajahnya, ketika kembali mengingat hari itu.

Hari di mana?
Hubungan kandas dan hancur.


Flashback

...

Hari ini Haechan sudah merencanakan acara ini dari jauh-jauh hari. Ia bahkan rela membohongi keluarganya, hanya demi merayakan hari bahagianya bersama Renjun. Bahkan ditengah jadwal padatnya, Haechan rela mengorbankan waktu tidurnya. Untuk bisa melewati waktunya hanya demi bisa berduaan dengan Renjun.

Ia juga telah menyiapkan banyak makanan, lalu membereskan apartemen ini. Meskipun tadi Haechan sempat mimisan. Namun hal itu tak mengurangi niatnya melewati hari bahagianya bersama Renjun.

Cuman sudah Lima belas menit Haechan menunggu kedatangan sang kekasih. Lelaki itu, belum juga kelihatan batang hidungnya. Padahal waktu yang mereka janjikan sudah lewat, tapi kenapa? Renjun belum datang.

Dengan wajah khawatir Haechan mencoba mengambil ponselnya di kamar, lalu menghubungi nomor lelaki itu. "Apa dia ketiduran?" gumam Haechan sembari meraih ponselnya di ranjang-berniat menghubungi nomor Renjun.

Namun Haechan tak jadi menghubungi nomor Renjun, karena mendengar suara pintu terbuka dari apartemen. Sehingga ia langsung berlari keluar untuk memeriksanya, dan benar. Renjun datang memasuki ruangan itu dengan membawa Hadiah di tangannya. " Sayang," sambut Haechan langsung berlarian memeluk tubuh Renjun manja.

Hanya saja Renjun tak membalas pelukan itu. Ia hanya diam sembari menatap kosong dinding di depannya.

Aku takut, sangat takut, batin Renjun masih dalam posisi Haechan memeluk erat tubuhnya. Aku takut, menyakitinya. Namun jika aku egois, ia juga akan sakit.

Renjun benar-benar berada di dalam kekacauan saat ini. Hatinya bahkan terasa sakit, hanya saat menarik nafasnya.

Namun ia harus tetap melakukan hal ini. Sehingga tanpa Haechan minta, Renjun langsung mendorong tubuh lelaki itu menjauh dari dirinya.

Hal itu tentu langsung mengundang tatapan heran dari Haechan. "Kenapa, sayang?" tanya Haechan sambil meraih tangan Renjun, dan menggenggamnya erat.

Renjun tidak menjawab. Ia masih berdiri sambil menatap mata Haechan begitu dalam. Seolah-olah ada banyak ucapan yang sedang berusaha ia sampaikan melalui tatapan itu.

Apa ini waktu yang tepat? Renjun bertanya kepada dirinya. Sejujurnya, ia masih menimbang-nimbang untuk tidak mengatakan hal ini di hari bahagia Haechan, namun.

Ia tak memiliki kekuatan untuk melawan.

Sehingga Renjun terpaksa melakukan hal kejam ini kepada lelaki yang begitu ia cintai.

"Renjun?" panggilan Haechan membuat Renjun tersadar dari lamunannya.

"Hmm," sahut Renjun sambil menatap tangannya yang berisi hadiah untuk Haechan. Setelah itu, ia kembali memandang lelaki di hadapannya sembari tangannya bergerak menyerahkan hadiah itu kepada Haechan.

Haechan mengambil hadiah pemberian Renjun dengan bahagia. Tepat setelah melihat lelaki itu sudah memegang hadiah itu ditangannya, Renjun pun langsung berkata, "Ayo putus Haechan," ujarnya sesudah yakin pada keputusannya.

Haechan benar-benar syok mendengar perkataan Renjun. Ia bahkan sampai mengira bahwa kata-kata yang dilontarkan oleh lelaki di depannya hanyalah sebuah lelucon untuk mengerjainya di hari ulang tahunnya.

Tapi Haechan salah.

Renjun ternyata serius akan perkataannya, karena setelah ia mengatakan kalimat itu. Renjun tak lagi bicara, ia hanya berdiri diam sambil menunggu reaksi Haechan.

"Kau serius?" tanya Haechan mencoba kembali memastikan.

Renjun menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Haechan.

"Kenapa??" tanya Haechan, tanpa sadar melepaskan hadiah Renjun yang berada di dalam genggamannya.

Renjun tersenyum pahit saat melihat hadiah pemberiannya terjatuh ke lantai. Namun ini bukanlah saatnya memperdulikan hal itu, karena niat awalnya datang ke tempat ini hanyalah mengakhiri hubungan percintaan mereka yang sudah terjalin cukup lama, dan secara diam-diam itu. Karena sebuah alasan yang hanya Renjun ketahui.

"Renjun, kenapa?" Melihat Renjun tidak menjawab pertanyaannya, membuat Haechan frustasi sampai rasanya ia ingin menjerit.

"Aku takut kalau hubungan kita akan terungkap, Haechan," bohong Renjun, sambil mengalihkan pandangannya ke samping karena air matanya mulai jatuh. Dan, ia tak mau Haechan melihatnya.

"Renjun, aku mampu menangani segalanya." Haechan berusaha meyakinkan lelaki di depannya. "Jika anggota kita tahu, aku akan menjelaskannya. Jika perusahaan tahu, dan melarang hubungan ini, aku akan bernegosiasi kepada mereka. Agar mengizinkan kita melanjutkan hubungan ini, kau tidak perlu khawatir." Haechan masih berusaha membuat Renjun yakin kepada dirinya, meskipun tatapan yang diarahkan oleh lelaki itu sudah mampu meruntuhkan segala keyakinan yang sedang Haechan bangun.

"Lalu,. Bagaimana jika orang tua kitalah yang menentang hubungan ini, Haechan? Apa kau mampu menanganinya??" Renjun sengaja mengajukan pertanyaan ini, karena ia ingin mendengar jawaban dari bibir Haechan.

Hening.

Haechan terlihat tertunduk bingung, namun hanya sesaat sebelum ia kembali mengangkat wajahnya menatap Renjun dan berkata, "Aku akan mempertahankan hubungan ini, lalu mencari jalan keluarnya-jika hal itu terjadi. Jadi aku mohon tarik kembali kata-katamu, Renjun." Haechan masih terus memohon kepada lelaki itu.

Namun Renjun malah mengambil langkah mundur dari Haechan. "Tapi aku tidak bisa menerima semua resiko itu, Haechan. Apalagi, beberapa hari yang lalu. Ibumu sempat memergoki kita berdua, karena kau lebih memilih menghabiskan waktu bersamaku, daripada keluargamu." Renjun kembali mengingatkan Haechan akan kenangan pahit itu.

"Aku tidak peduli!!" seru Haechan setengah berteriak.

"Tapi aku peduli," kata Renjun sambil menangis. Ia merasa sangat sakit, bahkan benar-benar sakit, karena mengetahui kenyataan bahwa dirinya adalah penyebab dari rasa sakit lelaki di hadapannya.

"Renjun ...." lirih Haechan penuh rasa sesak di dalam dadanya.

Namun dengan kejamnya. Renjun menutup matanya dari kenyataan itu.

"Tolong terima keputusan ini, Haechan." Renjun memohon untuk terakhir kalinya. Karena setelah ini ia harus segera pergi dari tempat ini--- sebab jika Renjun lebih lama melihat rasa sakit Haechan, ia takut kalau dirinya akan lemah. Sehingga pada akhirnya, Haechan-lah yang akan terkena masalah karena mencintainya.

"Aku tidak mau! Aku tidak mau mengakhiri hubungan ini!" Tegas Haechan.

Jika harus merendahkan harga diriku, hanya demi membuat kau bertahan di sisiku. Maka aku akan melakukannya. Love Is Love, Haechan.

TBC 🐻🦊

LOVE IS LOVE || Tamat Di PDF✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora