01

81.2K 3.5K 207
                                    

Ryan Maulana.

Cowo SMA biasa, wajah biasa, ekonomi biasa, dan ya pokoknya dia mah segala biasa kayak Remaja SMA lainnya.

"Yan, malem nanti lo ikutkan ke cafe?" tanya Zaki teman sekelas sekaligus sebangku dengan Ryan.

"Enggak bisa maaf Zak, gue lagi males lagian malem weekend mah gue ada niatan buat tidur aja." Tolak Ryan dengan halus lalu kembali melanjutkan kegiatan menulisnya.

"ohh oke, gue ngerti kok." Jawab Zaki mengerti dan melanjutkan menulis seperti Ryan.

Kelas tampak hening karena didepan seorang guru cukup killer tengah memerhatikan mereka yang sedang mencatat.

Ting!

Suara notifikasi ponsel terdengar yang berasal dari guru wanita berumur kepala tiga itu. Bu Wina pun memeriksa pesan yang masuk lalu mengangguk.

"Beres," Gumam Ryan setelah selesai mencatat paling pertama Ia pun hanya diam memerhatikan teman sekelasnya.

"Ryan!"

Raut wajah Ryan terkejut saat Bu Wina memanggilnya.

"I-iya bu?" tanya Ryan gugup.

"Tolong, kamu ke ruang guru ya, disana ada wali kelas baru untuk kelas ini. Jadi tolong kamu bawa ia kesini." Jelas Bu Wina membuat Ryan bernafas lega lalu mengangguk dan pergi dari kelas dengan sopan.

"Kaget gue." Celetuk Ryan dan dengan santai berjalan menuju ruang guru.

Saat sampai didepan ruang guru Ryan menghela nafas lalu berjalan masuk karena pintu tidak di tutup.

"permisi." panggil Ryan mengalihkan atensi seorang guru lelaki muda pak Bimo namanya.

"Eh, Ryan ya?" Tanya pak Bimo yang diangguki oleh Ryan.

"Mau apa ya?"

"itu pak saya di suruh bu Wina buat jemput wali kelas baru untuk Kelas XI-B. " Jelas Ryan.

"ohh, sebentar pak Albert sedang di toilet." Ucap pak Bimo kembali atensinya pada laptop.

"Albert?" Gumam Ryan penasaran dengan guru baru itu.

Cklek!

Suara pintu terbuka membuat Ryan yang menunduk menonggak, matanya tertegun melihat seorang lelaki mengenakan baju batik dan celana bahan, Kulitnya putih hidungnya mancung rambutnya pirang orang nya tinggi perfect pokoknya.

"Anjirr ganteng banget mana masih muda." Batin Ryan berteriak meronta ronta, apalah dia yang hanya serpihan rengginang.

"Pak Albert, Ryan akan mengantar anda kekelasnya." Ucap pak Bimo.

"Baik bolehkan kita pergi sekarang?" Tanya pak albert dengan bahasa indonesia kaku dan suaranya yang masih khas bule.

"E-em mari p-pak" gugup Ryan lalu berjalan dahulu keluar ruang guru diikuti Albert.

"B-bapak bisa berjalan duluan." Segan Ryan karena bagaimana pun tidak sopan bila kita berjalan didepan guru.

"Kita berjalan bersama sama saja." putus pak Albert melihat keseganan Ryan.

Sedang Ryan hanya mengangguk kaku dengan jantung berdetak kencang mereka pun berjalan bersama sama menuju kelas yang lumayan jauh jaraknya.

"Kamu umur berapa?" Tanya Albert membuat Ryan mengerjapkan matanya.

"S-saya um-ur 16 t-tahun." Jawab Ryan entah Ia merasa gugup.

"ohh." Pak albert hanya ber 'oh'Ria.

"K-kalo bapak, umur berapa?" Entah dorongan dari mana Ryan berani bertanya.

Guru Bucin || Mpreg [Ending]Where stories live. Discover now