Bab LB! || 17

30 8 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum semuanya...
Alhamdulillah masih dipertemukan kembali, untuk melanjutkan mimpi.

—Happy reading

•••

17. Indahnya Islam untuk Alaska!

•••

Tangisan memang terdengar wajar oleh mereka yang sedang berkeluh dengan masalah. Suara dari pria yang bahkan tak pernah terdengar suaranya.

"G-gue minta maaf," ujar Alaska sambil terisak kepada Aksa.

"Hey kenapa? Ada apa? Cerita aja!" pinta Aksa.

"Gue takut, Sa. Gue takut kalau lo gak mau dengerin cerita gue—"

"—Kata siapa? Gue siap jadi telinga buat lo!"

"Gue lebay banget deh..." ucap Alaska tak suka dengan dirinya sendiri.

"…Gak, manusia memang mempunyai fase mood dirinya sendiri. Kalau sedih, diutarain, kalau cemas jangan dipendam, kalau senang coba jabarkan dengan yang lain. Gue udah bilang kalau lo, punya gue, punya Farez, punya Gibran, punya Natta—" Aksa menjeda pembicaraannya, dia berbicara dengan lembut memberikan pengertian dan sambil menepuk pundak Alaska, memeluknya.

"—lo bisa jadiin kita rumah yang bukan hanya tempat singgah, oke? Pintu kita bener-bener besar banget. Muat kalau numpang lo dengan segala sesuatu tentang lo, entah sedih atau senang." Lanjutnya.

"Ayo! Ikut gue, dirumah gue!" ajak Aksa.

Aksa mengajaknya menuju pondok, waktu juga akan memasuki adzan Ashar.

Mereka mengendarai motornya, berjalan mengikuti jalannya agar tak tersesat adanya.

Suara adzan terdengar menghangatkan hati Alaska, entah sudah berapa kali hati Alaska menghangat mendengarnya.

"Semoga suatu saat lo dapet hidayah dari Tuhan gue, Ka!" batin Aksa meminta.

Pemandangan santri yang saling berjajaran untuk bersalaman dengan sang guru adalah hal biasa di pondok. Begitu pula yang saat ini sedang terjadi, santri yang melihat kedatangan Gus mereka langsung terdiam menundukkan kepalanya.

Mereka bergantian mencium tangan Aksa dan Alaska yang tentunya ditolak oleh mereka.

"Ternyata begini indahnya Islam. Benar kata Aksa kalau Islam terdapat banyak keindahan yang terkadang hanya bisa dimengerti lewat pembuktian," batin Alaska terharu.

"Padahal gue disini hanya sekedar teman dari Aksa, tapi mereka tetap menghormati gue layaknya guru mereka," lanjutnya dalam hati.

"Langsung ke masjid ya! Nanti kita mulai jama'ah habis ini," perintah Aksa yang langsung dituruti oleh santrinya.

"Nggeh, Gus." Para santri berjalan mundur untuk meninggalkan tempat, pergi ke masjid.

"Sa, gue jalan-jalan sekitar pondok ya!" ucap Alaska meminta ijin.

"Iya, kalau sholat nya udah selesai ikut kultum bentar ya!" ajak Aksa diangguki Alaska.

Aksa dan Alaska berpisah dengan tujuan mereka yang berbeda. Aksa dengan kewajibannya dan Alaska dengan mencari Rahmat Allah semata.

Alaska berjalan disekitar pondok kawasan santriwan. Dia melihat sekitar, pemandangan yang sejuk memenuhi penglihatannya, pojok buku dengan pesona tersendiri nya dan qoutes yang menempel di mading dinding.

Alaska membaca beberapa qoutes yang tertempel di mading.

"Dunia adalah tempatnya berkeluh, didalamnya hanya terisi fatamorgana yang tak ada batasnya. Maka, jika engkau melibatkan Allah dalam segalanya, engkau menemukan amerta didalam ke fanaan dunia."

Langkahku Bersamamu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang