13. Kerja kelompok

164 46 318
                                    

Periee🧚‍♀️

dimana? buruan! awas aja kalau lelet

lo yang buruan cuy

gue udah sampe

uda sampe?

hooh

yaudah, gue otw

cepetan ya

Menaruh ponselnya kedalam tas, Sean bercermin sesaat untuk membenarkan poninya sebelum berangkat ke rumah Lingga untuk yang pertama kalinya. Setelah di rasa puas dengan penampilannya, Sean menuruni anak tangga, kemudian berpamitan dengan Liya dan Ares yang tengah bersantai di ruang keluarga.

Mengenakan helm, lalu menyalakan mesin motor vespa nya. Sean segera menjalankan motornya sesuai alamat yang sudah Lingga sherlock ketika masih di sekolah tadi.

Lima belas menit perjalanan dari rumahnya ke rumah Lingga, kini Sean tengah menatap rumah megah di hadapannya dengan tatapan berbinar binar. Rumah mewah bertingkat dua, namun sayang terhalang pagar raksasa.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pria yang mengenakan seragam satpam.

"Apa benar ini rumahnya Lingga?"

"Den Kalingga? Benar, tadi sore juga den Lingga sudah memberitahu saya, bahwa akan ada dua orang gadis, temanya yang akan berkunjung kesini."

Dengan segera pria tersebut berlari untuk membukakan pagar dan mempersilahkan Sean untuk masuk. Dengan senang hati, Sean memasukkan motornya kemudian mengucapkan terimakasih.

"Gila, ternyata Lingga konglomerat cuy."

Memencet bel sekali, Sean sedikit merasa curiga dengan Verie. Verie bilang gadis itu sudah sampai, tetapi tidak ada tanda tanda keberadaannya, bahkan mobil yang biasa Verie pakai pun Sean tidak melihatnya. "Sial! Dia ga bohongin gue, kan?" Sean menoleh kesana kesini, berharap dirinya bisa menemukan keberadaan mobil Verie.

Sean merogoh tas nya, berusaha mengambil ponselnya untuk menghubungi Verie. Tapi belum sempat dirinya menemukan ponselnya, tiba-tiba saja pintu berwarna coklat dengan sedikit ukiran itu terbuka lebar. Memperlihatkan betapa indah dan tampannya Kalingga dengan kondisi rambut lepek akibat baru selesai keramas. Sean memejamkan matanya sekilas, menikmati aroma vanilla dari tubuh Lingga. "Kembaran satu ini kenapa parfumnya soft soft banget sih," batin Sean.

Entah mengapa, melihat Sean yang terlihat menikmati aroma parfumnya membuat Lingga merasa gemas. Lingga menggelengkan kepala kasar, berusaha menepis pemikiran itu. "Masuk," ucap Lingga.

Menurut, Sean hanya mengikuti kemanapun Lingga pergi. Bahkan ketika Lingga ingin menaiki tangga ke lantai dua untuk mengganti baju di kamarnya, Sean masih mengekorinya. "Lo mau ngapain?" tanya Lingga heran.

"Ngikutin lo, emangnya gue harus kemana? lo sih enggak nawarin gue duduk. Linglung kan jadinya."

Menepuk wajahnya frustasi, Lingga hanya mampu menggeram rendah menahan emosi. "Lo duduk di sofa itu aja, sampai gue balik lagi. Paham?" jelasnya yang hanya di balas anggukan polos Sean.

Lingga meninggalkan Sean sendiri di lantai bawah. Gadis itu merenggut kesal ketika baru menyadari bahwa Verie tengah mengerjainya. Berdecak kesal, Sean berjalan mendekati sofa sembari menghentak hentak kan kakinya keras. Bergumam tak jelas, bibirnya tak henti henti merutuki Verie yang telah membohonginya. Namun, mendadak atensinya teralihkan ketika tak sengaja melihat sebuah foto keluarga yang terpampang jelas dengan figura yang melindungi foto besar itu. Terlihat di dalamnya ada satu orang wanita, satu orang pria dewasa serta dua anak laki-laki yang tengah tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putih bersihnya. Menggemaskan.

Sean's True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang