WAMIL

164 18 0
                                    

Hari ini, Jin Hyung akan berangkat Wajib Militernya. Perasaanku sangat aneh karena dia adalah orang pertama yang harus pergi. Kami terbiasa ber-7. Dua tahun bukan waktu sebentar. Aku berharap kami bisa melewati ini.

Untuk pertama kalinya aku melihat Suga hyung lagi. Dia nampak jauh lebih kurus. Dia menutup wajahnya dengan sempurna. Aku sama sekali tidak ada kesempatan untuk menyapanya. Canggung itu sangat jelas. Kami memang bercanda bersama, tapi sama sekali tidak ada kontak mata atau pun sentuhan. Aku sedikit merindukannya.

Hari-hari pertama aku putus dengannya, aku menghabiskan waktuku untuk menangis. Mengenang moment terbaik ku bersamanya. Aku berjalan-jalan sendirian ke tempat-tempat yang pernah kami kunjungi bersama. Aku bahkan pernah berdiri di luar apartementmya beberapa jam. Aku ingin melihatnya. Tapi saat aku melihat siluetnya, aku pergi. Aku takut akan goyah dengan keputusanku ini. Aku takut perkataan Mejiwo terjadi. Aku meyakinkan diri bahwa penyesalan itu tak akan pernah ada. Aku cukup yakin keputusanku adalah yang terbaik.

"Hobi Hyung, kau nampak sangat sibuk." Sapa V.

"Yah...aku mengerjakan single terakhirku. Membuat MV sangat menguras tenaga." Jawabku.

"Gwencana?" tanyanya.

"Tentu, aku baik-baik saja. Jadwalmu juga padat bukan?"

"Tentu tapi tak sepadat dirimu." Jawabnya sambil tertawa. Aku senang hubungan kami tetap baik-baik saja setelah kejadian di masa lalu.

"Jin Hyung, berjanjilah kau akan baik-baik saja." Ujar ku saat aku berada dekat dengan Madyung kami.

"Tentu.Kau juga harus menjaga dirimu." Katanya sambil merangkulku.

"Aku akan merindukanmu." beberapa tetes air mata tak bisa lagi ku bendung.

"Hoseok-ah. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Bersenang-senanglah." kata Jin.

"Aku melakukannya. Hyung, secepatnya aku akan menyusulmu." Jawabku. Jin Hyung menatapku. Dia nampak sedikit terkejut tapi tak mengatakan apa-apa.

"Hey, waktuku sudah tiba. Aku harus pergi. Jaga diri kalian. Dan jaga Jungkook untukku." Pesannya kepada kami semua.

"Ne, Hyung."

Kami semua menatap kepergian Seokjin. Ada rasa kehilangan yang pertama kali ku rasakan. Jungkook bahkan tak mampu untuk sekedar tersenyum. Aku berharap waktu berjalan dengan lebih cepat.

"Hoseok-ah. Apa kau ada waktu. Kami ingin minum-minum bersama." kata Namjoon.

"Kalian semua?" tanyaku.

"Ya Hyung, ayo ikut. Aku merindukanmu" Ajak Jimin

"Ach,,,mianhae. Aku ada urusan setelah ini. Mari kita rencanakan di lain waktu." Kataku.

"Ach...arrasso. Berhati-hatilah di jalan."

"Oke..oke. Bye." Aku melambaikan tangan meninggalkan mereka terlebih dahulu. Aku berusaha keras untuk tidak memandang Suga.

Dia nampaknya baik-baik saja dengan perpisahan ini. Yah...aku harap dia selalu baik-baik saja.

Pov:Min Yoongi

Perpisahanku dengan Hoseok, sangat menyakitkan. Aku merasa kosong. Dan terluka. Aku dicintai, dicampakkan dan sekarang aku bisa melihat dengan jelas dia sudah melupakanku. Selain tubuhnya yang menjadi lebih kurus, semuanya nampak baik-baik saja. Dia tak berusaha untuk sekedar menyapaku dan aku juga tak punya keberanian untuk melakukanya. Aku takut tidak bisa mengontrol diriku sendiri.

Kami berlima memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan minum bersama. Aku mendengar saat Namjoon mengajaknya, dan dia menolak. Entah kesibukan apa yang dia lakukan, aku tak berniat untuk mencari tahu.

"Hyung, aku merasa sangat sedih." Kata Namjoon yang duduk disebalahku.

"Yah...aku juga merasakannya." Jawabku.

"Aku cukup terkejut dengan perubahan ini,dulu kita bersama-sama. Bertahun-tahun. Tapi sekarang, hanya sekedar minum bersama pun kita tak bisa melakukannya." lanjutnya.

"Yah...kegiatan solo memang sangat menjengkelkan." Gurau ku.

"Hoseok, sangat memprihatinkan."

"Wae." Tanyaku. Entah kenapa mendengar namanya saja, aku masih berdebar.

"Aku mengunjungi dia di studionya. Aku menemukan studio yang seperti kapal pecah. Sungguh seperti bukan Hoseok yang kita kenal. Sepertinya dia mencoba menulis lirik."

"..........."

" Pemilik studionya juga sangat berantakan. Dia mengatakan beberapa hari menginap disana. Kau pasti bisa membayangkan sekeras apa dia bekerja." Kata Namjoon lagi.

"Sejak dulu dia juga begitu." Jawabku.

"Aniyo, dia lebih mengkhawatirkan sekarang."

"Jjinja."

"Ne, Dia lebih mirip mummy daripada manusia.

Aku merasakan rasa nyeri di dadaku. Aku tak tau, harus mengatakan apa. Jika ku katakan, aku tidak peduli. Aku bohong. Tapi jika ku katakan aku peduli, itu pun juga tak berarti apa-apa.

Blood, Love & TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang