O1. Bakso dan hujan

27 6 0
                                    

Halo readers!
Siap masuk chapter pertama?
Oke, let's go!
Selamat membaca~



ɴᴏᴡ ᴘʟᴀʏɪɴɢ
Wicked Games - Kiana Ledé
00:36 ──•──────── 03:01
   ⇆      ◁     ❚❚     ▷     ↻

                              . . . 🌵🌵🌵 . . .

Derai hujan membasahi kota Jakarta sore ini, rintiknya mengalun merdu pada indera pendengaran siapapun penikmatnya. Mega yang semula putih berubah jadi biru kehitaman dilangit luas itu. Kata orang, jika sudah hujan itu artinya langit sedang menangis mendengarkan aduan pedih dari insan bumi, walaupun sangat jauh diatas tetapi langit adalah bentuk hal yang dengan setia mendengarkan.

Dibawah rintikan hujan itu, ada insan kerdil bumi yang menikmati cuaca alam tersebut. Gadis cantik dengan surai panjang terurai duduk diatas rumput hijau didepan rumahnya, ia menikmati setiap derai hujan yang membasahi kepala, sambil memejamkan mata membiarkan bayangan usang melintas dipikiran.

Sudah hampir satu jam ia berdiam diri menikmati ketenangan bersama rintikan hujan, tubuhnya sudah mulai menggigil kecil tapi ia tahan karena dengan begitu, ia tenang walau bayangan masa lalu selalu berputar tanpa dosa dipikiran. Gadis itu benar-benar menikmati takdirnya.

Dia, Seanna. Seanna Leunika G.

"Nonnn, yaampun non udah non, hujan hujanan nya udah dulu non. Nanti non sakit, ayo non sini non sama bibi" panggil wanita ber-daster rumahan dengan sapu tangan yang bertengger di bahu kirinya. Beliau Bi Lita, pembantu rumah yang sudah dianggap sebagai ibu oleh Seanna.

Tanpa membuka matanya, ia berucap
"Iya bi, sebentar lagi" sahut gadis itu sedikit berteriak akibat suara hujan yang semakin deras.

"Duh non, nanti non sakit. Bibi gamau non sakit, ayo non sini non udah atuh non hujan-hujanan nya" ucap Bibi diambang pintu dengan nada khawatir.

Gadis itu membuka matanya perlahan, menghembuskan nafasnya pelan. Lalu membalikkan badannya menghadap kearah sang Bibi yang sudah berdiri sejak tadi dengan wajah khawatir.

Gadis itu tersenyum melihat bibi yang sudah memegang erat sebuah payung ditangannya tetapi tidak berani mendekati karena suara petir yang mengagetkan.

"Astaghfirullahaladzhim!"

"YaAllah non, petir non! Sini non cepet non" ucap Bibi panik, ia terus berteriak khawatir sambil memanggil manggil nona nya agar cepat berteduh.

"Hahahaha, aduh bibi lucu banget. Iya iya ini Sea kesana." Bukan merasa takut, tetapi gadis itu malah menertawakan sang bibi yang terkejut dengan wajah lucu, lalu perlahan ia mendekati sang bibi.

"Aduh non, aya aya wae ih! Non sekarang mandi terus ganti baju, habis itu non kebawah bibi buatin teh anget ya" ujar Bibi sambil menepuk pundak nona nya, setelah memberikan handuk putih dengan gambar bebek kuning kesayangan nonanya, sang bibi berlalu.

Seanna tersenyum, lalu mulai pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Sesudahnya ia kembali turun menemui sang bibi yang sudah menyiapkan teh hangat seperti ucapannya beberapa menit yang lalu.

"Makasih, Bi." Bibi tersenyum menanggapi, "iya, habisin non. Biar badannya anget, ga dingin lagi" jawab Bibi sambil mengelus puncak kepala gadis itu.

Usai meminum habis teh nya, Sea termenung kembali. Ia melamun, pikirannya membawa ia ke masa lalu.

"Non"

"Nonn, non Sea?"

"Eh? Kenapa Bi?" Akhirnya ia kembali sadar dari lamunannya, Sea sedikit terkejut sebab sang bibi menepuk pundaknya dengan mimik wajah khawatir.

END?Where stories live. Discover now