2: Garuda Utama

3.6K 140 21
                                    


Apa misinya?

Mengapa aku dengan senang hati menerima hadiah dari Ayah?

Secara "singkat", hadiah ulang tahunku adalah ....

... menjadi master atas budak-budak kekar yang harus menuruti segala perintahku, sesuka hatiku. Tanpa batas. Tanpa syarat.

"Kita sudah mendapat izin terbang dari menara. Begitu Tuan naik, pesawat langsung taxi untuk lepas landas," ungkap Garuda Satu sambil memimpinku berjalan menyeberangi apron—tempat parkir pesawat.

"Oke."

"Biar saya bawakan ranselnya—"

"Enggak," kataku tegas. "Aku bukan bayi."

Akhirnya, aku berangkat bersama Garuda Satu menuju Bandara Avalon dan melewati proses imigrasi yang sangat eksklusif. Kami berdua berjalan menuju pesawat Boeing Business Jet yang terparkir cukup jauh di antara jet pribadi lainnya. Pesawat itu berwarna putih dengan logo grup perusahaan Ayah terlukis di bagian ekornya.

Ketika aku tiba di tangga pesawat, dua bodyguard menunggu dengan tegap. Di dalam pesawat, dua bodyguard lain menunggu dengan patuh. Semuanya mengenakan jas dan kacamata hitam. Biasanya ada pramugari seksi dalam jet pribadi ini. Namun karena mereka menjemputku, hanya ada kru laki-laki di sini.

Aku duduk di salah satu kursi besar di kabin utama, lalu memasang sabuk pengaman melingkari perut dan dadaku. Tangga pesawat langsung dilipat begitu aku duduk dengan nyaman. Pesawat melakukan pushback kurang dari lima menit sejak aku memasang sabuk pengaman. Kulihat Garuda Satu melakukan hal yang sama, tetapi dia melakukannya sambil menelepon Ayah.

"Sudah, Tuan. Tuan Tama sudah bersama saya di pesawat." Jeda sejenak. "Baik." Jeda lagi. "Baik." Garuda Satu menoleh kecil ke arahku. Dia menjawab pertanyaan Ayah dengan nada ragu. "Baik. Akan saya laksanakan." Lalu, telepon itu ditutup.

Pesawat pun bergerak menuju landasan dan terbang meninggalkan Australia. Perjalanan ini akan memakan waktu tujuh jam. Kami akan tiba di Jakarta sebelum matahari tenggelam. Selama tiga puluh menit pertama, hingga pesawat mencapai ketinggian jelajah, kami tak mengobrolkan apa-apa. Seorang bodyguard muncul dari galley dan menyajikan segelas tinggi Dom Pérignon keluaran 80-an untukku dan Garuda Satu.

Lalu, Garuda Satu memulai percakapannya. "Objektif utama hadiah ulang tahun ini, tentunya, untuk membuat Tuan senang," kata Garuda Satu. Dia mengklik sesuatu di kursi besarnya, lalu sebuah layar presentasi menggulung turun di depan kami. Proyektor di belakangnya menyala. Sebuah laptop disiapkan oleh satu bodyguard lain dari galley. Setelah laptop itu siap digunakan, bodyguard itu pergi meninggalkan kabin utama. Menutup pintu dengan rapat. "Tapi, Tuan Gardapati berharap, ada prajurit terpilih yang bisa masuk jajaran Garuda Utama. Keputusan Garuda terpilih, ada di tangan Tuan."

Karena dia dijuluki Garuda Satu, seharusnya kamu juga paham bahwa ada Garuda Dua, Tiga, Empat, dan seterusnya. Secara hirarki, Garuda Dua akan menjadi ajudan pribadi Ibu. Tiga, Empat, dan Lima masing-masing menemani ketiga kakak perempuanku. Garuda Enam bertanggung jawab atas diriku.

Sayangnya, aku menolak kehadiran Garuda Enam sepanjang berada di Australia. Yang bisa Garuda Enam lakukan adalah berada di Melbourne, tanpa terdeteksi sedikit pun olehku. Dia juga yang mengatur per-body-guard-an dan per-ART-an di kondoku tadi.

Karena aku berada dalam perjalanan pulang, aku menduga Garuda Enam juga ada dalam pesawat ini. Menjagaku di salah satu kabin secara diam-diam. Atau menjadi pilot. Atau menjadi salah satu bodyguard berkacamata hitam tadi—pura-pura menjadi bodyguard strata terbawah.

Mencari Budak SetiaМесто, где живут истории. Откройте их для себя