7: Siapkan Peledakan

1.9K 81 6
                                    


Karena seluruh kandidat itu berstatus sebagai anjingku, mereka menyantap makanan dari pet bowl besar tanpa boleh menggunakan tangan sama sekali. Makanannya sih manusia. Ada nasi, lauk, sayur, dan lain-lain. Tapi hanya mulutnya yang boleh menghampiri untuk menyantap makanan itu. Mereka akan bersujud di depan pet bowl-nya, pantat nungging ke atas, mulutnya melahap makanan yang tersaji.

Untuk pemenang tantangan semalam, makanan yang disajikan berbeda. Makanannya sama persis denganku. Satu set English Breakfast yang lengkap dan lezat. Telur mata sapi, black pudding (sosis darah dari babi), sosis sapi, kacang panggang bersaus, bacon, tomat dan jamur bakar, roti goreng, dan kentang tumbuk. Segelas besar English breakfast tea juga menemani sarapannya.

Aku menyantap sarapanku pukul tujuh pagi di balkon depan kamar yang luas, disinari mentari pagi yang hangat. Aku menghadap laut biru yang luas, tanpa ada pulau-pulau lain di hadapanku. Nicky ada di atas lantai, menyantap sarapan yang sama dengan mulutnya ke pet bowl secara langsung. Kalau kuusap-usap belahan pantatnya dengan jari, Nicky akan menggosokkan kepalanya ke betisku.

Aku hanya mengenakan bathrobe mandi tanpa memakai apa pun di dalamnya. Kubuka bathrobe itu agar tubuh telanjangku terpapar sinar mentari. Sesekali aku mengambil bacon di pet bowl Nicky, lalu kuletakkan ke atas kontolku.

"Makan ini," titahku.

Nicky dengan patuh mencengap bacon di kontolku, tentunya sambil melumat kontolku juga sebelum dia mengunyah bacon-nya.

Aku tidak tahu apa yang disajikan kepada sembilan kandidat lain, tapi aku yakin enggak seenak makanan Nicky di sini. Aku begitu menikmati sesi sarapan itu, menghabiskan sosis satu per satu, sambil menonton Tiktok lewat hape, sambil aku menggaruk-garuk punggung Nicky dengan garpuku.

Pukul delapan pagi, aku selesai dengan sarapan itu. Nicky juga. Dia sedang duduk dengan patuh di atas lantai, ikutan berjemur di bawah matahari. Garuda Satu muncul beberapa saat kemudian, lengkap dengan setelan serba hitam dan topeng "ayam" yang enggak pernah lepas dari wajahnya.

"Selamat pagi, Tuan Tama," sapanya.

"Kamu sudah sarapan?" todongku langsung.

"Sudah, Tuan. Sembilan kandidat lain juga sudah selesai dengan sarapan mereka."

"Oke. Acaraku jam sepuluh nanti. Tolong siapkan semua peralatannya sesuai petunjukku. Barusan kukirim detailnya lewat Drive."

"Baik, Tuan." Garuda Satu mengangguk. "Mohon informasi, apakah kita akan mengembalikan Nicky berkumpul bersama kandidat lain?"

Aku menoleh ke arah Nicky yang masih menunggu dengan patuh. Wajahnya memelas. Tampaknya berada bersamaku, meski tetap diperlakukan sebagai anjing, adalah hal paling nyaman yang bisa kandidat-kandidat itu dapatkan.

"Ya. Bawa dia kumpul sama yang lain. Samuel sama Bima juga suruh gabung. Mereka boleh pemanasan sebelum tantangan jam 10 di pantai nanti."

"Baik, Tuan." Garuda Satu memberi kode ke belakang. Seorang pengawal menarik pergi Nicky dari sebelahku. Lalu, pintu kamar menuju balkon ditutup oleh Garuda Satu. Dia berdiri di sampingku sambil berbicara dengan nada pelan. "Ada satu hal penting yang harus saya diskusikan dengan Tuan, segera."

Aku mendongak menatap Garuda Satu. Namun mataku silau oleh sinar matahari, jadi aku menyipitkan mata. "Apa?"

Garuda Satu membungkuk lebih dekat agar pembicaraan kami lebih private. "Garuda Tujuh mencurigai adanya pembelot di antara sepuluh kandidat itu."

Aku mengerutkan alis. "Maksudnya?"

"Informasi ini belum valid, tetapi beberapa bukti menunjukkan hipotesa kami mungkin akurat. Garuda Tujuh masih memantau, mengobservasi, dan menyusun strategi. Seseorang di antara sepuluh kandidat ini kemungkinan seorang mata-mata. Bisa jadi dia berbahaya atau mungkin bersenjata. Kami tidak tahu siapa atau apa yang akan dia lakukan di sini. Namun pesan yang dia kirim mencurigakan."

Mencari Budak SetiaWhere stories live. Discover now