64. Nilai Matematika

61 14 32
                                    

--Aldi & Aubry--

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

--Aldi & Aubry--

🐝🐝🐝







Kedua kelopak mata Aubry berkedip pelan. Seraya merasakan kehangatan di sekitarnya, senyum merekah ketika ia menemukan kedua orangtuanya berdiri berdampingan. Irwan dan Ayda (Kim Haera) menampilkan wajah cerianya berjalan mendekati putri mereka. Ayda kemudian mengulurkan telapak tangannya yang menyimpan bunga-bunga berkelopak ungu, itu bunga aubrieta.

Aubry menerima bunga-bunga itu dengan senang hati. Ayda mendekati gadis itu, lalu memeluknya penuh kasih sayang. Menyisakan Irwan yang tersenyum haru di tempatnya. Aubry memejamkan mata, membiarkan pelukan hangat ibunya membekas di tubuhnya untuk kemudian disimpan dalam memori.

"Mama... Sayang Aubry," ucap Ayda dengan nada suaranya yang tidak biasa. Kini Aubry percaya bahwa ibunya benar-benar orang asing.

"Aubry juga sayang Mama."

Diusapnya lembut kepala putrinya, Ayda tak hentinya merapalkan kata 'putriku' dengan mata berkaca-kaca.

"Aubry, Mama bangga sama kamu. Mama akan selalu bangga sama semua pencapaian kamu, sayang. Jangan terlalu takut dengan kesendirian ya, sayang. Karena kamu tidak sendirian, banyak yang sayang sama kamu."

Aubry mengangguk-angguk cepat. "Maksud Mama bilang gitu pasti karena Aubry selalu kangen Mama ya?"

Ayda menoleh pada Irwan dengan raut tak terbaca, lalu kembali lagi menatap Aubry.

"Mama jangan khawatir," sangkal Aubry. Dia meraih punggung tangan ibunya dan menciumnya lama. "Aubry nggak akan menangis lagi kalau kangen Mama, soalnya Papa selalu membawa memori hangat Mama di antara kita."

"Kalau kamu menemui kegundahan dalam hidup, maka ingatlah pesan Mama ya. Tidak apa-apa kamu merasa sekitarmu gelap, asal jangan sampai kamu diam di tempat gelap itu. Terimalah uluran tangan dari orang-orang yang menyayangimu. Ya, sayang?"

Aubry hanya mengiyakan pesan ibunya walaupun dia masih tidak paham. Namun yang dia percaya hanya satu, saat ini ibunya tengah memberinya nasihat sebelum mereka berpisah kembali.

Mimpi itu berakhir ketika Aubry membuka mata dan tersadar dirinya kembali ke kenyataan. Langit-langit kamarnya yang ia lihat pertama kali adalah pertanda bahwa pertemuan singkat dengan sang Mama tadi hanyalah bunga tidur.

Sepuluh menit berlalu, Aubry pun telah siap dengan seragam sekolah dan tas punggungnya. Langkahnya memelan menghampiri Irwan yang sedang menghidangkan sarapan.

"Morning..." ucap Irwan.

Raut ceria Aubry naik ke permukaan, gadis itu melompat untuk memeluk ayahnya. "Morning, Pa. Aubry sayang Papa..."

"Kok? Apa ini? Tiba-tiba?"

"Hehe..." Aubry melepaskan pelukannya, lalu menghampiri tempatnya biasa duduk untuk makan. "Hari ini aku mau bilang itu ke Papa."

Hi, Aubry : What's The Password? [Completed]Where stories live. Discover now