Kasus Pertama

358 27 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gambar-gambar tak menarik dijajar di papan berwarna coklat dengan benang merah menyatukan antara gambar satu dengan yang lain.

Aprina, 21 th, Mahasiswi, UD -(unnatural death), luka lebam di wajah, perut, robek di alat vital.

Devi Ari, 20 th, Kasir Toserba, UD, bleeding, ada tanda-tanda melahirkan, tidak ditemukan bayi, keluarga menyangkal jika korban hamil karena tidak pernah bercerita mempunyai kekasih atau tengah hamil. Kos di daerah yang sama dengan Aprina.

Bangun Haryo, 56 th, ASN, UD, lebam, tubuh terbakar, warga sempat mendengar teriakan korban sebelum korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dibantaran kali.

Begitulah kiranya apa yang tertulis di bawah keterangan foto-foto di sana. Jangan pikir foto di sana adalah foto idol Kpop atau foto idol jepang yang disimpan para kpopers dan Wota.

Bening bergidik ngeri melihat apa yang terpampang di sana. Ia segera meletakkan apa yang harus ia letakkan di atas meja kerja Bumantara sebelum si pemilik kamar tahu dirinya menyusup.

Buma tak akan pernah suka jika ada orang yang masuk ke kamarnya.

"Bening! Kamu ngapain!"

Suara itu menggelegar. Bening sangat terkejut karena ia tak memprediksi Buma akan pulang secepat itu.

Tangan Bening gemetar.

"Bum, ngapain sih teriak? Kasian Cah Ayu. Ning, teh anget dong."

Suara lain terdengar. Dua sosok kakak beradik itu berdiri berjajar dengan raut wajah berbeda. Angkasa yang sumringah dan Buma yang garang.

"I-iya... Mas Bum juga mau teh?" tawar Bening.

Buma menggeleng. Ia meletakkan es beras kencur di atas mejanya. Entah dari mana tetapi akhir-akhir ini Buma memang sering membawa pulang minuman seperti itu.

Buma menyapu pandang ke seantero ruangannya dan menemukan hal yang tak seuai tempat.

"Lain kali nggak usah nyuciin barang-barangku lagi. Dan jangan sentuh apapun di ruangan ini. Sudah aku bilang, kan?" tegas Buma.

Bening terkejut karena Buma tahu dirinya mencucikan asbak yang ada di meja.

"Ma-maaf. Habisnya asbaknya penuh."

"Penuh atau tidak, bukan urusanmu. Bantu Umi saja kalau kamu memang kurang kerjaan."

Angkasa menyela. "Bantuin aku aja, Ning. Aku butuh temen hidup."

Lagi dan lagi, Angkasa tak lelahnya mengode Bening untuk menerima pinangannya.

Bening tak berani marah saat ada Buma, coba saja, jika tidak ada Buma, Bening yang semanis kucing bisa menyalak bak anjing yang tengah mengamuk.

Buma hanya geleng kepala. Ia mengembalikan asbaknya di titik yang tepat.

"Kenapa pake digeser segala?" tanya Angkasa.

Desus KasusWhere stories live. Discover now