11 🌸

179 28 33
                                    




.

.

.







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



🌸



Lelaki payah.








Dulu, ia seringkali melabeli para prajurit dengan sebutan itu di medan perang. Akibat mereka dilanda rindu berkepanjangan pada istri atau sang kekasih hati.

Sekarang giliran Tanjirou berada di posisi itu. Pada kenyataannya, hal tersebut cukup mengganggunya.

Belum genap satu Minggu ditinggal pergi sang istri. Rasa rindu berkepanjangan menderanya begitu kuat. Menyerang lebih parah daripada serbuan seribu anak panah beracun.
Menimbulkan rasa tidak nyaman. Melenyapkan ketenangan akibat hilangnya kewarasan, sebab akal sehat singgah pada presensi seseorang nun jauh di sana.
Rasanya menyesakkan. Di sisi lain terasa menyenangkan bagai candu.

Kendati demikian, sang Pangeran hanya mampu memendam gejolak kerinduannya di tengah kegiatan yang berlangsung.
Memaksa ia mengais sisa-sisa kesadaran nya jika tidak ingin kalah oleh serangan Inosuke Hashibira.

Konsentrasi yang terpecah dan pikiran yang mengawang. Dua kombinasi sempurna untuk mampu melucuti Katana di genggaman sang pangeran.
Bisa dipastikan nyawanya akan melayang. Andai hari ini bukan jadwal untuk latihan bertarung dengan pria bernetra hijau.

Mendapati keadaan sang pangeran yang tidak fokus dan memprihatinkan. Terpaksa sang Panglima menghentikan latihan fisik.
Langkahnya mulai terayun. Menghampiri pria berhelaian merah yang dilihat dari segi manapun tengah dilanda rindu membuncah.



"Payah. Kau payah, Pangeran. Dasar pria lemah. Kondisimu tidak prima. Menyebalkan sekali melawan orang lemah." terdengar Inosuke sekali.

Tanjirou memilih mengabaikan komentar sarkas itu. Lebih baik memungut Katana miliknya yang terempas jauh beradu dengan tanah.
Yang mengatai, Inosuke Hashibira. Panglima sekaligus sahabat kentalnya. Kalau prajurit lain, bakal Tanjirou hukum gantung di alun-alun Kota.

"Kau belum menikah, Panglima Inosuke. Masih awam. Tidak kenal yang namanya rindu."

Dengan cepat Inosuke membalas, "Apa kau lupa, Pangeran, Aoi juga berada di tempat jauh. Tapi, aku tidak merindukannya."

"Kau itu, dingin sekali. Aku jadi kasihan padanya. Jika aku menjadi Aoi, barangkali aku akan membantaimu sebelum punya kesempatan untuk menyentuhku."

"Hah! Konyol sekali. Jika sebegitu rindunya pada sang Putri, kenapa tidak pergi saja menyusulnya?"
"Kau seorang Pangeran yang memiliki kuasa. Dan kita tidak sedang berada dalam keadaan pelik."

Wonderwall ✔️ || TanjiKana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang