02. "Baik Ya?"

163 27 5
                                    

Taufan memayunkan bibirnya. Ia duduk di antara Blaze dan Thorn dengan lesu membuat kedua sahabatnya itu terheran-heran.

"Kenapa lagi lo?" Blaze bertanya seraya menatap Taufan yang menghela nafasnya panjang.

"Lagi kesel sama orang," balasnya membuat kedua sahabatnya mengerutkan kening mereka.

"Pan berantem sama orang?" Pertanyaan dari Thorn membuat Taufan menggeleng kecil.

"Serius?" sahut Blaze merasa tak yakin. Lagi-lagi Taufan hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Wajah gadis itu nampak tak bersemangat hari ini.

Thorn menatap kearah Blaze, bingung dengan tingkah laku Taufan. Blaze hanya menggelengkan kepalanya tanda tak tau. Keduanya kembali memakan makanan mereka tanpa memperdulikan Taufan yang nampak lesu.

Taufan mencebikkan bibirnya, kesal melihat respon teman-temannya yang tidak peduli padanya. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengeluarkan nafasnya dengan suara yang keras.

"Haaaaaahhhhhhhh!"

Blaze menghela nafasnya, lalu tersenyum manis. Ia menoleh kearah Taufan. "Lo kenapa? Cerita sama kita dong," bujuk nya dengan sangat amat terpaksa.

"Iya, kita bakal bantu nyelesain masalah Pan, kan Blaze?" Blaze mengangguk, mengiyakan kalimat Thorn.

Taufan menatap kedua nya dengan raut wajah sedih. "Janji bakal bantuin gw?" tanyanya.

"Iya janji!" Thorn menautkan jari kelingkingnya pada kelingking kiri milik Taufan.

"Blaze?"

Blaze menghela nafasnya, lalu ikut melakukan hal sama seperti apa yang Thorn lakukan. "Iya, iya janji!"

Senyum Taufan tiba-tiba merekah, diiringi dengan raut wajah semangat yang kembali bergejolak pada dirinya.

"Bantuin gw deketin Halilintar!" pintanya senang membuat Blaze dan Thorn terkejut.

"Gak bisa gitu dong Pan!" Blaze bangkit dari duduknya dengan raut wajah kesal.

"Tapi kalian udah janji," jawabnya.

Blaze berdecak kesal, merasa sudah terjebak. Ia kembali mendudukkan dirinya di kursi dengan malas. Thorn terdiam, mencerna kalimat Taufan tadi. "Loh? bukannya Halilintar udah punya pacar ya?" herannya.

Taufan terkekeh. "Baru pacar Thorn, belum istri. Masih bisa direbut kok," jawabnya diakhiri dengan kedipan sebelah mata.

"Emang boleh kayak gitu?" Thorn semakin heran.

"Tau lah ya Thorn, sifatnya emang agak gila," balas Blaze seraya memutar bola matanya.

"Ayolah, please ... mau ya?" Taufan membujuk keduanya. Ia mengeluarkan jurus andalannya yaitu keimutan yang ia pelajari dari Thorn.

"Mau gak mau, kita kan udah janji," ucap Blaze yang langsung dibalas dengan anggukan kepala.

Thorn mengaduk gelas minumannya. "Emang kenapa Pan mau deketin Halilintar?" tanyanya penasaran. Pembicaraan itu mampu membuat Blaze tertarik, jujur saja ia pun penasaran sejak kemaren.

Taufan berpikir sejenak, mencoba merangkai kata-kata untuk menjawab pertanyaan dari Thorn. "Gw deketin dia supaya dia putus sama Ying."

Jawaban itu tentu saja membuat Blaze dan Thorn semakin terkejut. "Bukan karena lo suka sama Halilintar?" tanya Blaze. Ia heran, kenapa berbeda dari alasan Taufan kemaren.

Taufan tersenyum. "Gw suka sama dia, bahkan gw cinta ... tapi kalo sebatas itu, masih bisa gw tahan. Gw mau dia bahagia, tapi gw gak mau dia masih ada hubungan dengan Ying," jelasnya membuat kedua sahabatnya semakin tak paham.

I Love, but... [HALITAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang