🎬 Post-Credit Scene (1)

253 21 10
                                    
























⚠️ ALUR CEPAT ⚠️

























Langkah Heejoo terasa ragu saat memasuki salah satu gedung di fakultas seni, dimana Kanghyun di indikasi berada disana, kata salah satu mahasiswa yang baru saja ia temui.

Heejoo menarik napas panjang. Ia tidak pernah segugup ini menemui Kanghyun. Ia mengintip dari balik pintu yang terbuka dan Kanghyun memang sedang berada disana. Di ujung ruangan dan sedang fokus pada kanvas didepannya. Penampilan Kanghyun berbeda saat terakhir ia bertemu. Rambutnya tidak lagi panjang, Kanghyun memilih memotong rambutnya pendek seperti tentara. Namun yang membuat Heejoo sedih adalah tatapan Kanghyun yang terasa begitu dingin.

Heejoo memberanikan diri masuk ke dalam ruangan dan dengan langkah perlahan mendekati Kanghyun. Ia masih tidak terganggu dengan kedatangan Heejoo. Gerakan tangannya terhenti ketika ia menatap Heejoo yang berdiri tepat didepannya.

"Oppa, jal jinaesseo?" Ucap Heejoo dengan senyuman di wajahnya.

Kanghyun tidak terkejut. Ia hanya bergeming dan menatap Heejoo dengan dingin. Jantung Heejoo berdegup dengan cepat takut akan ditolak lagi.

Laki-laki itu kembali pada kegiatannya dengan diam. Heejoo diabaikan.

"Oppa... Mianhaeyo." Heejoo merasakan suaranya bergetar menahan air mata yang mulai menggenang.

"Pergi."

Kanghyun kembali berucap dengan dingin tanpa menatap Heejoo. Tangannya kembali mencampur warna di palet dengan kuas. Heejoo mengepalkan jari-jarinya. Ia sudah bertekad tidak akan menyerah sampai Kanghyun memaafkannya.

"Tidak mau pergi?" Tanya Kanghyun lagi, kali ini menatap Heejoo yang matanya sudah berkaca-kaca. Tatapan Kanghyun benar-benar dingin dan menusuk. Ia lalu meletakkan palet dan kuasnya dengan sedikit kasar, melepas apron lalu meraih tas dan jaket dibelakangnya.

Ia berjalan melewati Heejoo begitu saja. "Merusak moodku saja, ish."

Pintu tertutup dengan suara keras. Saat itu air mata Heejoo meluncur dengan deras tak terbendung lagi. Ia jatuh terduduk di lantai.

Dibalik ruangan, Kanghyun berdiri bersandar pada tembok putih. Air matanya sudah meluncur bersamaan dengan pintu yang baru saja tertutup. Ingin sekali ia memeluk Heejoo dan melepaskan semua kerinduannya, namun ia tak bisa.

Mendengar rintihan tangisan Heejoo dibalik tembok sangat menyiksanya. Kanghyun sadar bahwa apa yang ia lakukan sekarang sama-sama menyakiti dirinya dan Heejoo. Ia juga sadar, selama waktunya menghindari Heejoo, bahwa ini semua bukan kesalahan gadis itu. Egonya masih tidak mau menerima semua ini.

Kanghyun menghapus air matanya dan memilih umtuk pergi menjauh, tak sanggup mendengar suara tangisan Heejoo lagi.















🎬🎬🎬













Heejoo diam-diam kabur ke rumah mertuanya dalam rangka bentuk protes karena kekesalannya pada Hayoung. Bisa-bisanya laki-laki itu ikut membantainya saat sidang kelulusan, bukannya menolongnya. Membantunya saja Hayoung enggan dan beralasan itu akan menjadi hasil kerjanya, bukan Heejoo. Ia hanya menawarkan diri untuk memeriksanya saja. Memang tidak salah, namun jiwa manja Heejoo sedang tidak bisa di ajak bekerja sama.

"Myeoneuri!" Han Youngsook seketika memeluk Heejoo saat mendapati gadis itu berada di depan pintu rumahnya. "Aigo..."

"Eommeonim, Abeonim jal jinaesseoyo?"

My Professor [Kim Namgil] ✅Where stories live. Discover now