13. FILOSOFI HUJAN

49 11 4
                                    

Jangan lupa like + koment.

Bye-bye

Selamat membaca 🖤

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
13. FILOSOFI HUJAN

"Hujan sebagai simbol harapan : Hujan selalu membawa harapan bahwa setelah hujan reda, akan ada pelangi."
.

.

.

"HALO, KETUA," sapa Angel ekspresif dengan senyum lebar khasnya, melambai tangan menyapa Langit yang berjalan di lantai bawah. Dia yang berdiri di tembok pembatas curi-curi pandang memerhatikan. "Ketua Angel udah dateng, terpantau masih ganteng kayak biasanya."

"Lol!" Begitu kata Langit kala menerobos bahu Angel yang langsung terhuyung ke samping.

Enggan untuk memudarkan senyum, dia dengan segenap semangat yang dipunya berusaha mensejajarkan langkah, mengamati wajah Langit dari samping yang seperti biasa tanpa ekspresi.

"Lol versi Lo itu gimana sih, Sayang? Laugh Out Loud juga?"

"Tolol," jawab Langit.

Masuk ke dalam kelas.

Langit yang biasanya langsung duduk anteng dan membaca buku menyempatkan menutup pintu agar akses Angel menemuinya tak ada lagi. Terbukti, dia mendengar suara benturan lumayan keras juga pekikan saat pintu itu tertutup tanpa aba-aba.

"Kok Lo tutup, Lang?" tanya Alpa yang duduk di kursi guru. Posisi itu memang selalu Alpa sukai, duduk di bangkunya membuat dia beda dari yang lain, saat semua sibuk menulis juga membaca buku, dia malah tertawa menonton Drakor yang ditontonnya.

"Ada kuman mau masuk," jawab Langit sekenanya.

"HALO, KETUA!"

Alpa meringis. Tidak bertanya lebih lanjut saat wajah yang lumayan familiar muncul di balik jendela kaca, melambaikan tangan dengan senyum khasnya yang manis, menatap penuh damba sosok Langit yang mengeluarkan headset dan memaikanya.

"Kumannya makin aktif aja," tutur Rizky menurunkan buku yang sempat dia baca. Menoleh ke jendela memperlihatkan wajah Angel di sana. "Cantik banget, sayang beda agama," tambahnya.

"Tapi nggak lebih cantik dari Ayla, kan?" tanya Alpa.

Rizky mengangkat bahu acuh. "Entahlah. Tapi Angel masuk kriteria tipe idaman gue." Kalimat Rizky tak sengaja terdengar oleh Langit dibalas decihan sinis. "Ekspresif, nggak menye-menye, nggak takut apapun, banyaklah pokoknya."

"Bener juga kata Lo. Jaman sekarang dapetin cewek kayak gitu lumayan susah," ujar Alpa.

Rizky kembali menjawab, "Kalo aja nggak beda agama udah gue perjuangin mati-matian." Menutup mulut selama lima detik, Rizky kembali mengimbuhkan, "Lo juga kan Al, menurut Lo Angel gimana?"

Alpa mengangguk. "Cantik, seksi, walau otaknya nggak seberapa kan sesama pasangan harus saling melengkapi. Gue contoh pasangannya misalnya."

Keduanya serempak menoleh ke arah Langit, ingin melihat perubahan ekspresi lelaki itu yang ternyata nihil, sama sekali tidak tertanggu ataupun tertarik, masih khidmat membaca buku dengan headset yang tak mengeluarkan suara apapun, dia tak mencoloknya.

Kebiasaan seorang Langit.

Alpa meringis. Benar-benar berhati dingin.

"Assalamu'alaikum ...."

ANGELWhere stories live. Discover now