bonus chapter 6 : Haobin

948 141 35
                                    

Minjae saat ini duduk di depan Hanbin dan Seeun. "Jadi nak Minjae apa saja yang kau tau?"

"Aku sedang jam kosong di kelas, aku melihat segerombolan anak kelas sebelah berjalan di lorong atas tempat lantai adik tingkat belajar. Karena penasaran aku menelusuri lorong itu dan ketika sampai di kamar mandi aku menemukan Seeun sudah basah kuyup di salah satu bilik." Ucap Minjae tanpa melebihkan atau mengurangi isi cerita.

"Anak kelas sebelah? Berarti anak seangkatanmu?" Tanya Hanbin.

"Iya, aku juga hafal dengan wajah mereka."

Hanbin tersenyum ramah pada Minjae. Ah, anak ini benar-benar sangat membantu. "Sebentar yaa, mama telepon om Ricky dulu."

Lagi dan lagi Seeun membelalakan mata sipitnya. Anak itu menarik ujung baju Hanbin. "Mama jangan nanti Seeun bakal dikata-katain tukang ngadu maa."

"Engga, mama hanya akan berbincang sedikit mengenai sekolah yang yayasan miliknya kelola." Ucap Hanbin. Pria manis itu lalu meninggalkan dua anak itu di ruang tamu.

Seeun menyenderkan badannya sambil menghela napas berat. "Bagus berkatmu aku akan dicap sebagai anak pengadu." Ucapnya sambil menunjuk Minjae.

"Jadi selama ini mama mu tidak tau apa yang terjadi di sekolah?"

Tanya Minjae. Ia kira anak seperti Seeun akan langsung mengadu ketika diganggu sedikit. Belum lagi anak itu diganggu cukup parah seharusnya ia bilang pada orang tuanya.

"Ngga...aku tidak mau merepotkan mama dan papa baruku." Lirihnya.

"Tapi bukan berarti kau harus diam saja. Lagipula mama mu terlihat peduli."

"Tau apa kau soal mamaku! Jangan ikut campur." Bentak Seeun.

Minjae terkejut, ia melihat sorot mata ketakutan di mata adik kelasnya itu. Ah, ini jadi semakin menarik. Minjae berdiri dan berjalan ke arah Hanbin sedang menelpon.

Melihat itu tentu Seeun tidak tinggal diam, anak itu mengangkat badan Minjae. Mencegah apapun yang akan anak itu bilang pada mama Bin-nya.

"Dasar gila lepas, mama mu harus tau semuanya."

"Gak boleh, yakk Kim Minjae kau lebih gila!" Seeun melepaskan Minjae ketika kakak kelas nya itu berusaha melepaskan diri dengan cara mencakar wajahnya.

Minjae berlari ke arah Hanbin yang baru selesai menelpon.

"Aku mau memberi sebuah pengakuan. Akhir-akhir ini Seeun sering diganggu oleh anak kelasannya. Ia dilempari telur mentah setiap hari ketika sedang jam istirahat. Terkadang mereka juga merobek pekerjaan rumah Seeun agar Seeun dihukum."

Minjae lalu membuka tas punggungnya. Dan menyerahkan buku tulis sobek yang bertuliskan nama anaknya. Tentu saja hal itu membuat Hanbin terkejut. Rupanya anaknya menyembunyikan masalahnya sendiri.

"Seeun, kenapa kamu gak mau jujur sama mama bin?" Tanya Hanbin pada Seeun.

"Dulu Seeun juga sering diganggu, tapi mama...mama seeun dulu bilang kalau itu hal yang wajar. Dan seharusnya Seeun melawan bukan mengadu dan mengganggu mama bekerja." Lirih Seeun.

Hanbin menghela napas dan mengusap surai anaknya. "Sekarang kalau sama mama Bin kamu bebas cerita apapun jadi kalau ada masalah seperti ini Seeun wajib cerita yaa."

Seeun mengangguk lalu memeluk erat Hanbin. Hanbin tersenyum lalu balas memeluk anaknya. Dalam moment itu Hanbin melirik ke arah Minjae dan berterima kasih. Karena anak itu, ia jadi tau masalah Seeun di sekolah.

Sudah petang, Minjae pulang menggunakan mobil dan supir yang Hanbin sediakan. Anak itu menurunkan kaca mobil. Melambai ke arah Seeun yang ternyata dibalas oleh adik kelasnya itu.

Manifesting-HaobinWhere stories live. Discover now