Meet Him

1.2K 221 192
                                    

Zayn menatap dirinya di cermin. Ia menggunakan tuxedo berwarna putih, membuat dirinya terlihat semakin tampan.

"Ehem," seseorang berdeham.

Zayn menoleh ke arah pintu, dan mendapatkan seorang adiknya—-Waliyha.

Waliyha tersenyum tipis. "Siap untuk hari ini?" tanyanya.

"Insya Allah," jawab Zayn dengan tersenyum simpul.

Lalu, mereka berdua pun keluar dari kamar Zayn dan pergi ke gedung yang Zayn dan Perrie sewa untuk pesta pernikahan mereka.

—-

Louis telah siap mengenakan pakaian untuk pergi ke pesta pernikahan Zayn dan Perrie sedari tadi. Ia duduk menunggu ketiga sahabatnya itu.

"Cepatlah Liam, Harry, Niall." ucap Louis.

"Bersabarlah Louis! Biasanya kau juga sangat lama." kata Harry sembari merapihkan kerah bajunya.

"Aku sedang mengikat tali sepatuku, sebentar lagi Lou!" ujar Niall.

 "Aku selesai," kata Liam, lalu menghela nafas, "Tapi tunggu,"ucapnya.

"Ada apa Liam?" tanya Louis.

"Apa kau tak melihat kamarmu? Itu sangat berantakan Lou! Bajumu berserakan di lantai. Siapa yang akan merapihkannya? Kau kan pemalas." kata Liam dengan memutar bola matanya.

Louis menyengir, "Aku jadi ingat kau dan Zayn merapihkan kamar kita saat di X-Factor. Tenang saja, nanti ku rapihkan Liam." kata Louis.

"Baiklah, sudah siapkan? Ayo kita pergi." ujar Liam.

Mereka berempat pun pergi ke tempat pesta pernikahan Zayn dan Perrie.

+

[via Direct Message]

Louis_Tomlinson : Zayn, aku tak sabar bertemu denganmu. Sekarang kami sedang di dalam perjalanan.

Zaynmalik : Ya Lou, aku juga.

Louis_Tomlinson : =)

√ Just read

Louis menghela nafas. Lalu, ia memalingkan wajahnya dari ponsel ke arah jalanan. Dalam beberapa menit lagi mereka akan sampai di gedung tempat pesta pernikahan Zayn dan Perrie diadakan. Dan saat itu juga mereka akan bertemu kembali dengan Zayn.

—-

Louis, Liam, Harry, dan Niall pun sampai di gedung yang mereka tuju. Sebuah gedung yang lumayan besar dan berwarna dasar putih.

Mereka masuk ke dalam gedung yang telah ramai dengan banyak orang tersebut. Lalu, mereka berjabat tangan dengan orang yang di kenal.

Beberapa saat kemudian pun senyum mereka mengembang ketika melihat laki – laki yang memiliki darah Inggris – Pakistan itu—-Zayn—- yang sedang menggandeng tangan seorang wanita. Tanpa berpikir panjang mereka berjalan menghampiri laki – laki itu.

"Zayn?" panggil Niall sembari menepuk pundak Zayn pelan.

Zayn tersenyum simpul melihat keempat sahabatnya itu, "senang bertemu kalian lagi." katanya.

"Kami tak menyangka dari kita berlima kaulah yang menikah duluan, eh." kata Louis dengan menyengir.

"Selamat bahagia untuk kalian Zayn, Perrie." kata Liam.

Zayn dan Perrie tersenyum, "Thanks Liam." kata Perrie.

"Ternyata tak sia – sia aku memperkenalkan kalian dulu." kata Harry. Lalu Zayn dan Perrie pun terkekeh.

"Ehem," Louis berdeham, "Perrie? Boleh kami berbicara dengan Zayn sebentar? Tenang saja, kami takkan menculik Zayn dari kau. Karena Zayn hanya punya kau seorang." kata Louis dengan terkekeh.

Perrie tertawa pelan, "kau ini ada – ada saja Lou. Tentu saja boleh." katanya dengan tersenyum, lalu pergi meninggalkan mereka berlima.

"Boleh aku bertanya Zayn?" tanya Louis.

"Go ahead." jawab Zayn.

"Mungkin ini tak penting bagimu, tapi mengapa semenjak kau—-meninggalkan kami. Kau berubah menjadi lebih dingin? Mungkin bisa dibilang, menjadi orang yang tak ku kenal."

"Lalu, mengapa terkadang kau tak membalas DM dariku?" tanya Louis lagi yang disambut dengan mengkerutnya alis Harry, Niall dan Liam.

 "Maafkan aku Lou, jika itu membuatmu kecewa dengan—-sahabatmu ini? Maaf jika aku meninggalkan bekas luka yang dalam seperti yang kau bilang di DM itu," kata Zayn sembari menunduk menatap ke arah lantai.

"Maksud dari semua itu aku hanya ingin bisa terbiasa tanpa dirimu, Niall, Liam, dan Harry, karena sekarang aku tak bersama kalian lagi. Kita memiliki rencana masing – masing untuk kedepannya." ujar Zayn.

"Tapi, bukan berarti kita tak bisa seperti dulu kan?" tanya Louis.

"Ya, kita bisa seperti dulu. Akan tetapi, keadaan telah berubah Lou." kata Zayn.

"Kau tahu Zayn? Setiap kami berkumpul bersama, satu hal yang aku pikirkan adalah aku merindukanmu berkumpul bersama kami." celetuk Niall.

"Bisakah kita kembali seperti dulu, Zayn? One Direction menjadi berlima lagi. Kami merindukanmu Bad Boy from Bradford." kata Harry.

Zayn tersenyum simpul. "Tidak Harry, aku tak bisa kembali lagi bersama kalian. Kau harus ingat, meskipun aku tak bersama kalian lagi, kalian tetaplah One Direction. Kepergian ku bukan akhir dari One Direction. Dan juga bukan akhir dari pertemanan kita."

"Dan kau juga harus ingat Zayn. Meskipun kau tak bersama One Direction, kau tetaplah bagian dari One Direction. Ehm, bisakah kita berpelukan bersama lagi? Aku merindukan itu." kata Liam yang disambut hangat dengan tangan yang terbentang lebar, lalu mereka berlima pun berpelukan.

"We are One Direction." ujar mereka berlima.

—-

Lalalalala, setelah ini epilogue :v maaf absurd gile

Twitter ☀ ZouisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang