4

92 16 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Beberapa waktu yang lalu

Ciel yang tengah tiduran di kasur empuknya sedikit mengerutkan keningnya karena dari arah pintu kamar nya terdengar sedikit kegaduhan namun tidak terlalu terdengar

Ciel pun memutuskan untuk beranjak dari kasurnnya tersebut dan berjalan menuju pintu kamar nya dan menempelkan telinganya di pintu dan mencoba mendengarkan

Ciel dapat mendengar teriakan teriakan para penjaga dan pelayan yang biasannya setia menunggu di balik pintu kamar nya ini

Ciel walaupun tidak terlalu peduli pada mereka dan tidak terlalu mengingat wajah mereka satu persatu tapi Ciel mengingat suara mereka

Jika begitu, itu pasti

Krekk

Pintu kamar Ciel terbuka sedikit dan dari celah kecil Ciel mendapatkan tatapan dingin dan mengintimidasi

"Keluar" perintah orang tersebut pada Ciel setelah menyadari bahwa ciel telah melihatnya

Bukan teriak atau menangis, Ciel Hanya terdiam dan menuruti nya

Orang tersebut sedikit terkejut dengan reaksi Ciel yang begitu tenang

Bagaimana bisa seorang bocah yang baru akan menginjak usia 7 tahun bisa setenang ini setelah melihat kejadian yang kejam tersebut

'dia bukan anak biasa' batin orang tersebut

Sementara itu Ciel tidak peduli akan hal apapun, dirinya mengetahui masa depannya akan seperti apa danenurut Ciel hidupnya yang 6 tahun ke belakan sudah sangat membuatnya puas dan jika dirinya mati itu pun tidak ada penyesalan

Toh Ciel sudah puas

'jika Ciel yang asli, aku yakin dia pasti akan berteriak dan menangis saat ini, huf.. bocah yang malang'

Ciel pun mengikuti orang tersebut hingga di depan pintu yang langsung mengarah ke aula

"Masuk kedalam" perintah orang tersebut dan Ciel pun melangkahkan kakinya mendekati pintu tersebut untuk memenuhi keinginan orang tersebut

Sebelum Ciel membuka pintu tersebut, terdengar suara keluargannya dan suara-suara yang baru saja ia dengar tengah berdebat

'oh.. mereka debat ya..'

Ciel pun menarik nafas dalam-dalam dan berkata

"Ayah.. ibu .. kak Tristan.. kak Ivan, kalian dimana?" sambil membuka pintu tersebut

"Ayah.. ibu?"

.
.
.
.
.
.

Aurora dan Ivan langsung bangkit dan menghampiri ciel dan memeluknya

Sementara itu Eric dan Tristan memandang para pengikut kuil dengan tatapan tegang sekaligus marah

'ini pasti ulang mereka!' batin Eric yang meremas tangannya sendiri dengan sangat kuat dan Tristan mengertak gigi nya karena saking marahnya dia

Sedangkan Aurora memeluk tubuh kecil Ciel dan Ivan mencoba menghalangi pandangan mereka untuk melihat ciel dengan memasang badan

Aurora yang sedari awal memiliki insting yang kuat dan penciuman yang tajam bisa mencium bau darah dan insting nya mengatakan bawa ini semua tidak beres dan pasti ada dalang di baliknnya

Walaupun hanya samar-samar tapi Aurora yakin pada penciuman dan instingnya tersebut

Aurora pun mencoba untuk tetap tenang dan mengusap dengan lembut Ciel dan bertanya "Ciel.. ada apa sayang? Mengapa kamu keluar?"

l Was Born To Be Sacrificed[Hiatus]Where stories live. Discover now