Chapter 23

255 41 23
                                    

Malamnya, Yn tak bisa tidur. Pikirannya merambat kemana-mana hingga membuat kepalanya terasa pusing. Lelah berbaring, ia pun mendudukkan dirinya di ranjang dan menyalakan ponselnya.

"Min Yoongi." Panggil Yn setelah panggilan telponnya di angkat lelaki itu

Diam, tak ada sahutan dari seberang sana hingga membuat Yn mendengus kesal menunggunya. "Kenapa diam saja? Tak merindukanku? Padahal aku sedikit merindukanmu."

"Aku juga merindukanmu."

Yn tersenyum simpul setelah mendengar balasan yang ia harapkan dari Yoongi. Kemudian gadis itu merebahkan tubuhnya di ranjang dan mengeratkan selimutnya tanpa ada niatan mematikan sambungan teleponnya.

"Aku sudah membuka hadiahmu. Cantik dan aku suka." Ucap Yn, sedangkan Yoongi diseberang sana hanya bisa tersenyum mendengarnya

"Tapi-aku merasa tak berhak menyimpan benda secantik itu." Sambung Yn hingga membuat senyum yang tadinya terpatri di wajah Yoongi memudar

"Kenapa?" Tanya Yoongi namun Yn hanya diam dan menunggu saat yang tepat untuk menjawab pertanyaannya

Yn menggeleng kecil, berbalik menghadap ke arah lain sembari memeluk erat selimutnya. "Tak ada alasan yang tepat. Aku merasa kalung yang kamu beli untukku terlalu indah untuk aku simpan. Kamu tahu kan, aku sangat jahat padamu, dan orang sejahat aku tak berhak memiliki kalung itu."

"Bagiku kamu berhak memilikinya. Sama seperti yang ku katakan dulu, mau bagaimana pun dirimu, perasaanku tetap sama. Aku tetap menyukaimu walau kamu menyakitiku." Balas Yoongi dan Yn hanya diam mendengarnya

Gadis itu tak bersuara, melainkan memikirkan perkataan Yoongi yang menurutnya amat sangat menenangkan.

"Kalau begitu, apa kamu bisa menungguku?" Tanya Yn tanpa sadar, dan Yoongi diseberang sana hanya bisa menghela napas sembari mengangguk pelan

"Tentu. Aku akan menunggu." Jawab Yoongi yang mampu membuat senyum Yn sekali lagi mengembang

.

Yn mematikan ponselnya setelah perasaannya mulai membaik. Namun hal itu tak bertahan lama setelah mendapatkan pesan singkat dari Jungkook.

- Apa kamu sudah tidur? -

- Tolong keluar lah. Ada yang mau aku katakan. Ku mohon -

"Hah. Melelahkan." Gumam Yn setelah mendapatkan pesan yang ke-dua kalinya dari Jungkook

Perlahan gadis itu pun bangkit dari ranjangnya, berlalu keluar dari sana untuk menemui Jungkook yang ternyata sudah menunggunya-berdiri di depan pagar rumahnya seorang diri.

Yn menghembuskan nafas panjang sebelum menghampiri Jungkook. "Ada ap-" Belum sempat gadis itu menyelesaikan pertanyaannya, Jungkook sudah menarik dirinya ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat, sewaktu-waktu Yn bisa saja pergi meninggalkan dirinya di sana

"Jungkook, lepaskan. Aku kesulitan bernapas." Ucap Yn di dalam pelukan Jungkook yang begitu erat

Sedetik kemudian, Jungkook pun melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Yn dengan lembut-menatap sang gadis yang juga tengah menatapnya.

"Ada apa?" Tanya Yn sekali lagi, tak mau terlalu lama di luaran sana bersama Jungkook, mengingat mereka sudah tak memiliki hubungan lagi, dan juga tak mau lelaki itu kembali salah paham dengan hubungan mereka sekarang

"Apa aku sama sekali sudah tak memiliki kesempatan untuk bersamamu?" Tanya Jungkook dan Yn hanya diam setelahnya-sebab kenyataannya memang seperti itu, Jungkook sudah tak memiliki kesempatan lagi untuk bersamanya

"Kenapa diam saja? Benar aku sudah tak memiliki kesempatan?" Tanya Jungkook sekali lagi, dan kali ini Yn pun mengangguk mengiyakannya

Lelaki itu seketika menunduk lesu, sedih mengetahui sang gadis sudah benar-benar tak memiliki perasaan untuknya.
"Kalau begitu masuklah. Hanya itu yang ingin aku ketahui darimu." Ucap Jungkook sembari tersenyum tipis - mencoba terlihat tegar dihadapan Yn

"Maaf." Balas Yn kemudian berbalik masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Jungkook yang terdiam sembari memandanginya dari ujung sana

.

Esoknya, Yn berangkat ke kantornya seolah-olah tak ada yang terjadi semalam. Baik ketika ia menghubungi Yoongi, ataupun bertemu dengan Jungkook.

Sesampai di kantor, gadis itu sesekali menyapa sesama karyawan di sana hingga matanya tak sengaja menangkap sosok sang kekasih, Kim Seokjin yang tengah berjalan bersama sekertaris Kim.

Yn tersenyum simpul, hendak menghampiri Seokjin namun sedetik kemudian langkah kakinya terpaku ketika melihat seorang wanita menghampiri Seokjin dan lantas memeluk pria itu dengan erat.

"Siapa orang itu? Kenapa Seokjin terlihat biasa-biasa saja ketika ia mencium pipinya?" Gumam Yn bertanya-tanya tak kala wanita itu mengecup pipi kanan dan kiri Seokjin seusai memeluknya tadi

Cemburu, Yn lantas berbalik dan pergi dari sana dengan langkah kaki yang cepat-malas melihat interaksi Seokjin bersama wanita tadi.

.

Yn duduk seorang diri di taman dekat kantor Seokjin. Masih kesal dengan apa yang dilihatnya tadi hingga kehadiran seseorang mengalihkan perhatiannya.

"Sekertaris Kim." Ucap Yn dengan sedikit keterkejutan ketika sosok sekertaris sang kekasih tiba-tiba saja datang dan duduk di sampingnya

Sekertaris Kim tersenyum tanpa menoleh sedikitpun ke arah Yn. Pandangan lelaki itu hanya fokus ke arah depan, melihat indahnya langit biru di atas kepalanya.

"Tak usah cemburu. Wanita tadi hanya rekan bisnis CEO Kim." Ucapnya setelah terdiam cukup lama, kemudian menoleh ke arah Yn yang menunduk malu dibuatnya

"Benarkah? Kalau begitu baguslah. Ku pikir Seokjin sudah tak menyukaiku lagi." Sahut Yn, tersenyum lega lalu menoleh ke arah sekertaris Kim dan tersenyum cerah setelahnya

Sekertaris Kim ikut tersenyum kemudian berdiri dari duduknya sembari mengulurkan tangannya pada Yn. "Ayo, kembali ke kantor sebelum CEO Kim semakin mengkhawatirkan mu." Ajaknya tapi Yn hanya diam saja sambil memandangnya

"Kenapa bukan dia yang kemari jika dia memang mengkhawatirkan ku?" Tanya Yn dengan santainya, mengingat bukan sang kekasih lah yang berada di hadapannya sekarang, melainkan sekertaris nya

"Hah." Sekertaris Kim menghela napas panjang, memandang Yn yang masih menunggu jawaban dari pertanyaannya

"Baiklah. Aku akan kembali." Ucap Yn setelah tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan dari sekertaris Kim

Gadis itu lantas berdiri dari duduknya, kemudian berjalan mendahului sekertaris Kim. Kembali ke kantor, mengingat ia sudah buang-buang waktu di luaran sana dengan duduk di taman sepeda orang bodoh-mencemburui seseorang yang tak seharusnya ia cemburui.

.

Kini Yn tengah duduk di meja kerjanya sembari memikirkan kembali hubungannya dengan Seokjin yang menurutnya akhir-akhir ini terasa hambar. Bahkan ia yang tadinya ingin serius dengan pria itu, sekarang mulai kehilangan arah dibuatnya.

Sekarang Yn tak tahu harus bersikap seperti apa tentang hubungannya dengan Seokjin. Apalagi semalam ia malah menghubungi Yoongi dan meminta lelaki itu untuk menunggunya.

"Aku benar-benar tak tahu apa yang aku inginkan." Gerutu Yn sembari menjatuhkan keningnya di atas meja dengan pelan

"Dan juga, kenapa Yoongi harus memberiku kalung berlian? Karenanya, hatiku malah luluh lagi." Sambungnya, mengangkat wajahnya dan melirik ke arah ruang kerja Seokjin-dimana saat ini pria itu tengah membahas pekerjaan bersama wanita yang sempat membuatnya cemburu tadi

"Haruskah aku juga putus dengannya?" Tanya Yn dengan suara yang lirih ketika Seokjin menoleh ke arahnya dan kemudian tersenyum simpul kepadanya melalui kaca ruang kerjanya yang transparan

"Haruskah?" Tanya Yn sekali lagi dengan ekspresi tak yakin












Tbc

I Have Four BoyfriendWhere stories live. Discover now