🌼 37 🌼

1.2K 233 100
                                    

60+ komentar

Nggak usah banyak cuap-cuap lagi. Pokoknya di bab ini, yang di bab sebelumnya gondok sama kelakuan Bianca dan emaknya, kalian bakalan lebih gondok lagi.

Selamat membaca dan jangan lupa untuk selalu memberikan vote dan komennya.
                                                                       
🌼🌼🌼
                                                                       
Tanpa terasa waktu telah kembali terlewati dengan begitu cepat. Tugas yang surya yang bertahta di singgasana langit kini telah digantikan dengan sinar lembut sang rembulan yang menerangi langit langit.

Suasana terasa begitu sepi. Angin sejuk yang berhembus akibat sisa hujan tadi sore membuat siapapun sudah pasti tidak ingin keluar dari dalam selimut mereka. Ditambah lagi suara binatang kecil yang bisa terdengar dari kejauhan, seolah menjadi musik pengantar tidur yang melelapkan.

Setidaklah itulah yang terjadi pada penghuni penthouse Aiman Gifari.

Akan tetapi suara teriakan yang cukup keras terdengar pada akhirnya berhasil menarik Rafka dari alam mimpinya yang membuatnya merasa gila saat mengingatnya.

Kala menoleh ke arah samping kirinya, kening Rafka berkerut karena tak melihat Delfina yang berbaring di sana.

Rafka menoleh ke arah dinding, dimana jam terpasang di sana. Waktu yang telah menunjukkan lewat tengah malam membuat Rafka bertanya-tanya mengenai kemana Delfina pergi.

Apakah Delfina lebih memilih tidur dengan Bianca?

Bergegas bangun, Rafka langsung menuju ke arah suara yang dikenalnya itu berasal. Letak kamarnya yang cukup dekat dari asal suara membuat Rafka masih bisa mengenali akan siapakah si pemilik suara tersebut.

Kemudian, begitu langkah kaki Rafka terhenti di lorong yang hanya berisikan tiga ruangan saja di sana, dimana dua ruangan merupakan kamar sedangkan satu ruangan lainnya merupakan ruang kerja, tiba-tiba saja Rafka teringat akan pembicaraannya dengan Aiman Gifari kemarin pagi.

Helaan napas Rafka terdengar berat saat ia memutuskan melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan yang pintunya telah terbuka sedikit tersebut.

Pemandangan Delfina yang berdiri berkacak pinggang di pinggiran tempat tidur sementara Bianca yang duduk di atas tempat tidur dengan hanya mengenakan pakaian yang tidak pantas untuk dipertontonkan di hadapan orang banyak membuat Rafka merasa pusing sekaligus sesak napas.

Usianya sudah cukup tua untuk menyaksikan drama. Bahkan Rafka tidak tahu harus mengatakan apa dan lebih memilih untuk mengamati siatuasi yang ada.

"Bagaimana kau bisa bersikap nggak tau malu begini, Bi? Kau sendiri kan tau kalau Aiman Gifari akan menikah dengan adikmu, lalu kenapa kau malah tidur dengannya?"

"Aku juga nggak bermaksud seperti itu, ma. Tadinya aku cuma berniat ke dapur dan nggak sengaja ngeliat dia yang baru pulang. Niat aku cuma ingin menyapa, tapi siapa sangka kalau dia akan menyeretku masuk ke dalam kamar ini dan memaksakan kehendaknya padaku."

"Jangan mencari alasan untuk membenarkan kesalahan yang kau lakukan. Kau pikir, lelaki mana yang nggak akan tergoyahkan jika melihat penampilanmu seperti ini."

"Mama sendiri juga tau kalau memang seperti inilah pakaian yang aku kenakan setiap malamnya kalau sedang tidur."

"Cukup! Mama nggak mau lagi mendengar penjelasanmu yang nggak masuk akal itu. Lebih baik kita mendengar langsung penjelasan dari Aiman Gifari dan menanyakan langsung seperti apa tindakkan yang akan dia ambil nanti."

Milikku - [TAMAT]Where stories live. Discover now