5

8.9K 31 3
                                    

Kami tertawa bersama. Sore itu cukup melelahkan bagi kami. Namun mama tetap harus mengerjakan tugas kantor yang telah dibawanya.

Akhirnya hanya aku dan Naya yang berbaring di ranjang mama. mama telah mengenakan kimononya dan menuju ruang tengah untuk menyelesaikan tugasnya.

“besok kita ngesex yuk kak…” kataku.
“makanya kamu pulang cepat besok Dek…” kata Naya sambil mulai memejamkan matanya.

Rasa lelah ditubuhku mengundang rasa kantuk yang tak tertahan. Hari ini memang melelahkan, tapi hari ini sangat menyenangkan.

Bunyi detik jam dinding mulai menghipnotisku. Membuat rasa kantuk mengambil alih kendaliku. Mataku mulai terpejam, hanyut dalam buaian kenikmatan.

Tak seperti biasanya, pagi itu aku bangun kesiangan. Sampai-sampai aku terlambat masuk sekolah.
Satpam sekolah memarahiku, padahal semenjak sekolah disini baru sekali ini aku terlambat. Brengsek, pikirku. Dia menyuruhku menghadap kepala sekolah.

Langkahku sangat tidak bersemangat ketika aku menuju ke ruangan kepala sekolah.
Kuketuk pintunya. Tapi tak ada yang menjawab. Kuputuskan untuk kembali menemui satpam.

“pak.. saya ketok pintunya gak ada yang jawab…”kataku.
“ya sudah minta ijin bu Reni sana…. Saya gak mau kena masalah..” katanya.

Aku segera berjalan menuju ruangan bu Reni. Kali ini agak bersemangat, mungkin karena pembicaraan kami kemarin. Semoga saja dia tidak marah padaku karena keterlambatanku ini.

Kuketuk pintu ruanganya. Tak sampai sepuluh detik dia sudah membukakan pintunya untukku.
“kamu Vin…. Kenapa? Telat ya?” tanya Bu Reni.
Aku mengangguk. Bu Reni mempersilahkanku masuk
“maaf bu saya kesiangan, mungkin karena kecapean” kataku.
“emang kemarin permainannya lama ya..?” katanya.

“Ihh…. Ibu nanyanya ini loh to the point banget….” Kataku.
“hahaha…. Tuh kan sudah ibu duga..” katanya.
“ya maaf bu, padahal saya ngak begadang lho tadi malam.. tapi tau-tau kesiangan.” Aku menjelaskan padanya.
“sebenarnya sih ibu mau-mau saja ngasih kamu ijin masuk kelas, tapi ini sudah lewat 2 jam pelajaran… kalau kata ibu sih lebih baik kamu pulang. Nanti kamu bilang sama wali kelasmu besok kalo ibu gak kasih kamu ijin…” kata bu Reni.
“gpp nih bu…, sy takut nilai pelajaran saya di potong aja…” kataku.
“kamu bilang aja kamu kesiangan karena ngak enak badan… beres” kata bu Reni sambil mengedipkan sebelah mata padaku.

“ibu tau aja kalo sebenernya saya kepingin pulang…” kataku sambil tersenyum.
“halah… paling-paling dibenakmu bilang… dasar lulusan psikologi….. ya kan?”
Aku tertawa mendengar ucapannya. Ketahuan juga pikirku.

Saat itu aku bercerita kepadanya bahwa sekarang aku sudah berstatus pacaran dengan kakakku. Bu Reni malah mentertawakanku. Tampaknya dia sudah bisa memprediksikan apa yang akan terjadi, pikirku. Kami berbincang cukup lama diruangannya.

“hayo… pasti sebentar lagi kamu perawanin kakakmu…” katanya
“ah ibu….. jangan di omongin juga kali…. Habis kak Naya yang nawarin sih…. Kan saya serba salah” kataku.
“terus nanti kalo kakakmu hamil gimana?”

Deg…. Jantungku kurasakan seakan berhenti mendadak, walaupun kenyataanya kini sedang berdegup kencang. Kuakui bahwa aku masihlah anak bau kencur yang belum berfikir sejauh itu. Kubayangkan kini, akibat seperti apa yang akan menimpa keluarga kami seandainya semua itu terjadi.

“kok diem aja…. Khawatir ya…?” tanya bu Reni.
Aku mengangguk dan menunduk.
“apa sebaiknya jangan saya lakukan bu permintaan kakak?” aku bertanya balik tanpa memberikan jawaban pada pertanyaanya.
“hidup ini tidak sulit Vin…. Yang sulit hanyalah membuat pilihan…. Pahami resikonya dan buat pilihan yang menurutmu berhasil baik. Kalau kamu tolak permintaan kakakmu apa yang akan terjadi, kalau kamu turuti apa yang akan terjadi. Ibu percaya kamu sudah dewasa. Bisa menentukan pilihan.” Katanya.
“ya kalo nurutin nafsu sih maunya lakuin aja bu….., tapi kalau akibatnya bisa merusak keluarga, saya jadi bimbang….” Kataku.
“kalau gitu ya jangan di keluarin di dalam Vin… keluarin aja diluar. Kalau mau keluarin di dalam, ya pastikan kamu pakai alat kontrasepsi” katanya.
“kondom maksudnya bu?” tanyaku.
“hus… pake di sebut lagi……” katanya sambil menaruh jari telunjuk di bibirnya.
“ya tapi mana mungkin saya beli itu di minimarket pake seragam sekolah begini… apa kata orang nanti…”
“nih….” Katanya sambil menyodorkan plastik berisi karet berbentuk cincin.
“itu apa bu?” tanyaku polos.
“ya ini yang namanya kondom…. Kamu belum tau?”
Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum. Kusentuh plastik berisi kondom itu dengan ujung jari telunjukku seakan itu adalah benda yang aneh.

Happy FamilyWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu