Pergi?

23.5K 2.6K 4.4K
                                    

Vote dulu sebelum baca:)

Yang gak VOTE GAK TAU MENGHARGAI 😤😤

Happy reading Mblo-ku:)

****

"Lo egois!" sentaknya ketika Gladis sudah berdiri di depannya.

"Gara-gara Lo, gara-gara Lo Gladis! Ria bunuh diri!"

Gladis terdiam, tatapan Daffa sungguh menusuk. Seolah dirinya adalah penjahat yang harus di hakimi.

"Kenapa aku?" Suaranya parau.

Daffa tersenyum miring. "Kalau bukan karena Lo yang hentiin gue, Ria gak bakalan mati gitu aja."

"Setidaknya gue masih bisa buat dia bertahan hidup, gue bi---"

"Dia udah gak ada aja, masih kamu peduliin dari pada aku." Gladis memotong.

Daffa terkekeh, sekarang ini, ia menyalahkan Gladis. Emang benar, kenapa ia sebodoh. Ini nyawa, Daffa benar-benar semakin merasa bersalah.

"Egois Lo!" sentaknya pada Gladis. "Lo--

"Iyya!" Nafas Gladis memburu, tangannya mengepal erat, hatinya sungguh sakit di perlakukan seperti ini. "Semua gara-gara aku!"

"Puas?! Ha?"

Gladis mendorong Daffa kuat kuat, lalu memukul dada cowok itu. "Semua salah aku!"

"Ini yang mau kamu dengar?"

Daffa mengangguk. "Andai--"

"Kamu menyesal? Pikirin keluarga kamu Daf! Kita masih muda, ada Wildan!"

Daffa menatapnya nyalang. "Dari dulu gue gak pernah harapin Lo sama Wildan, ngusik gue!"

Deg!

Gladis tak dapat berkata-kata lagi, ia cepat-cepat menghapuskan air matanya yang terus saja keluar. Daffa bajingan! Ia tidak akan pernah melupakan kata-katanya yang ini.

"Kamu---"

Ucapan Gladis kembali di potong, nafasnya tercekat sesaat. Ini Daffa? Ini beneran Daffa?

"Kenapa?"

"Aku juga cape Daf! Aku cape ngurus kamu! Ngurus anak Kamu! Ngeliat perempuan seusia aku asik ngejar mimpi kadang buat aku iri!" Gladis mencengkram kera baju yang di pakai lelaki itu, tatapannya nyalang.

"Dari dulu aku udah mati-matian nentang perjodohan ini, Daffa! Kamu tau itu!" Gladis menyentak dengan cepat, membuat Daffa terdiam.

Nafas keduanya memburu, emosi menjadi satu, menghasilkan suasana yang memanas di antara keduanya.

"Aku cape sama kamu, aku nyerah." Gladis menoleh ke arah Wildan yang menangis melihat teriakan mereka, lalu ia berjalan untuk mengambil bocah itu. "Ayo pergi sayang, tinggalin Papa kamu."

Gladis membawa Wildan masuk ke dalam kamar untuk mengatur semua bajunya. Ia akan tinggal di rumah orangtuanya saja. Untuk apa bertahan jika terus menerus di torehkan luka?

Usai memasukkan semua bajunya dan juga baju Wildan di dalam koper, Gladis keluar dari kamar dengan menggeret koper dan juga Wildan yang memegang erat jari jemarinya.

Daffa menghampirinya. "Aku gak minta kamu pergi." Suaranya tak sekeras tadi, bahkan kosakatanya tak menggunakan lo-gue lagi.

"Aku gak minta kamu pergi, Adis." Daffa menahan tangan Gladis yang memegang koper. Gladis menyentaknya kasar.

"Adis, aku gak minta kamu pergi--"

Gladis memusatkan perhatiannya kedua mata Daffa. "Cara tatapan kamu tadi, persis seperti beberapa tahun yang lalu."

Orang Yang Sama (KHD2)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin