Pertolongan

102 17 11
                                    

"Kyaa...!!!"

Sebuah pekikan menggema di kamar seluas 2x2 meter itu. Terdengar tak seberapa kencang karena si pemilik suara menutup seluruh wajahnya dengan bantal tebal.

Walau sedang diliputi kebahagiaan teramat sangat, akal sehatnya masih berfungsi dan sadar kalau saat itu hari telah cukup malam. Tentunya ia tidak ingin mengganggu teman yang diajaknya berbagi indekos yang sama di kamar sebelah.

Sudah mengganti pakaian dengan piyama tidur bermotif teddy bear, Eunki kini mengangkat bantal tebal yang semula menyembunyikan wajahnya yang merah padam menyerupai udang rebus.

Dengan senyum lebar tersungging sedaritadi, ia menutup kedua matanya sesaat dan membiarkan momen manis yang baru terjadi beberapa jam lalu, bermain kembali di pikiran.

Momen saat ia menemukan Choi Seungcheol terjebak di perpustakaan yang sama dengannya. Momen saat lelaki itu membelai mahkota kepalanya, hingga mengantarnya pulang. 

"Apa tidak seharusnya tadi aku membiarkan kami terkunci saja semalaman di perpustakaan ya?" gumamnya, sebelum kembali menutup sebagian wajah dengan telapak tangannya. 

Ia merasa malu sendiri dengan pernyataannya barusan. 

"Jo Eunki, kau sudah gila!" ia mengatai dirinya sendiri sebelum kedua kakinya menendang-nendang ke udara dengan gemas. 

Eunki bahkan sudah siap menggulingkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, tatkala senyuman Choi Seungcheol terngiang di benaknya. Namun, kegiatan random tersebut terpaksa ia hentikan karena terdengar sebuah ketukan dari pintu kamarnya.

"Eunki-ya, kau ada tamu," suara perempuan familiar menggema dari arah luar. 

Ia pun langsung bangkit dari tempat tidur.

"T-Tamu?" kedua alisnya terangkat karena merasa tidak ada membuat janji dengan siapapun, terlebih sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Dia masih menunggu diluar. Cepat temui dia," suara perempuan tadi kembali terdengar, sebelum langkah kakinya menyusul menjauh dari kamar Eunki.

"Baiklah, terimakasih Soo-A unnie!" Eunki berteriak sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan di depan meja kaca. Ia pun kemudian melangkah keluar dari dalam kamarnya untuk menuju pintu utama apartemen.

Eunki sudah berencana untuk menyambut tamunya dengan sebuah senyum ramah. Tapi saat ia menemukan siapa orangnya, senyum di wajahnya mendadak luntur.

"Kau...? Mau apa kau kemari?" tanyanya dengan nada terdengar kurang bersahabat.

Sesosok pemuda tinggi kurus, berambut hitam disisir rapi, kini telah berdiri di depan pintu apartemen. Dia adalah Joshua Hong, yang muncul mengenakan sweater biru muda dan celana jeans biru tua.

"Eunki, maaf karena lancang mampir kemari selarut ini. Aku hanya mengkhawatirkanmu karena aku dengar tadi kalau kau sedang sakit," ucapnya dengan raut wajah tulus.

"Kau tidak usah khawatir- maksudku, kau tidak perlu sekhawatir ini padaku. Kita berteman pun tidak," jawab Eunki sembari memasang wajah kesal.

"Tapi tetap saja, kau adalah rekan setimku untuk tugas penelitian Pak Han. Aku harus memastikan kalau kondisimu baik-baik saja," walaupun mendapat sambutan kurang hangat, Joshua tetap menunjukkan kesungguhan perhatiannya pada Eunki.

"Jangan berlebihan deh," tuan rumah memutar bola matanya ke atas. "Ini sudah malam, pulanglah. Aku mau istirahat."

Selesai mengatakan itu, Eunki tanpa perasaan langsung menutup pintu apartemennya. Sementara Joshua tak bisa menutupi keterkejutannya karena niat baiknya malah mendapatkan balasan seperti itu.

The Mutual Feeling [Joshua | Seungcheol]Where stories live. Discover now