▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share ya.~~~
Tiba di indekos, Uci langsung ganti baju dan menuju dapur. Di sana sudah tersedia beberapa menu masakan buatan Bu Endang yang memang disiapkan untuk merayakan kelulusan Wisnu. Beruntung sekali wanita yang memakai kaos oblong dengan jin panjang itu bisa makan gratis saat kelaparan seperti saat ini. Setelah melahap sepiring nasi dengan lauk ayam kecap, dia mengambil susu kotak siap minum di kulkas lalu membawanya ke kamar di lantai dua.
Saat melintasi ruang tengah lantai satu, keadaan begitu sunyi. Uci mengangkat bahu, mungkin acara perayaan wisuda akan berlanjut nanti malam. Atau justru dia yang melewatkan kehebohan penyambutan kedatangan Wisnu. Entahlah, yang terpenting sekarang dia butuh istirahat.
Sebelum masuk ke kamar, Uci melihat kamar nomor satu dan tiga yang tertutup rapat. Sepertinya, Lala dan Pia juga sedang beristirahat. Dia masuk ke kamar nomor sepuluh, setelah menghabiskan susu, wanita itu segera merebahkan diri di kasur.
"Mbak Uci, ditunggu di bawah. Makan-makan."
Uci menggerakkan tubuh lalu membuka mata sambil berkedip beberapa kali. Tangannya meraba nakas untuk mencari ponsel. Pukul enam lebih lima belas menit. Dia segera mendudukkan diri di kasur.
"Iya, La. Abis ini nyusul. Gue mandi dulu."
"Oke."
Bukannya turun dari kasur dan bergegas ke kamar mandi, Uci justru masih termenung. Wanita yang belum membersihkan riasan sejak siang tadi membuka Instagram di ponsel untuk melihat-lihat konten terbaru yang bisa menginspirasinya. Dia baru pergi ke kamar mandi setelah menghabiskan lima belas menit meng-scroll Instagram.
Tepat pukul tujuh malam Uci turun ke lantai untuk bergabung dengan penghuni indekos lainnya.
"Eh, ada Ayu juga. Pantesan Bang Naka nggak narik," ucapnya sambil melirik Naka yang asyik melahap makanan lalu duduk di samping Ayu, anak Bu Endang.
"Ci, mana katanya mau benerin uban Ibu. Kapan? Udah gatel ini rasanya." Uci menoleh kepada induk semangnya lalu meringis.
"Iya, Bu. Lusa, ya kita mulai perawatan. Uci besok nitip beli kunyit lagi sama teh sekalian garam, Bu. Kalo racikannya udah jadi, kita bisa mulai benerin masalah uban Ibu."
"Ya udah, kamu catet aja apa yang mau dibeli."
"Siap. Makasih, Bu Endang."
Wanita yang malam ini mengenakan kaus abu-abu dengan kardigan biru itu mulai mengambil piring dan mengisinya dengan makanan. Dia menghabiskan isi piringnya sambil mengobrol dengan Ayu dan penghuni indekos lainnya termasuk Bu Endang.
Uci melihat jam di ponsel lalu melirik Ayu yang asyik mengobrol dengan Naka dan Yoyo.
"Yu, nganggur nggak malam ini?" tanya Uci sambil menyenggol lengan Ayu.
"Ehm, nganggur, sih. Lagi nggak ada PR. Kenapa, Mbak Uci?"
"Ngonten bareng gue, yuk! Bentar, doang. Paling sejam kelar. Gimana?"
"Ngonten apaan jam segini, Mbak?"
"Gue ada peralatan meni-pedi baru. Nanti sekalian gue cat kuku lo biar cantik."

ESTÁS LEYENDO
Lima Rodi
RomanceKata orang, jadi mahasiswa semester lima itu surganya kuliah karena sudah senior di kampus. Nyatanya, Uci merasa kerja rodi. Mahasiswa Jurusan Tata Rias dan Kecantikan itu harus menyelesaikan magang tepat waktu dan memenuhi panggilan klien untuk hom...