Chapter 7 | Deeptalk

2.1K 301 25
                                    

Gelap telah menyelimuti kota sejak beberapa saat lalu. Waktunya Jeongwoo si pekerja keras pulang untuk menemui tunangan dan anak mereka yang manis, lucu, seperti takoyaki. Hari ini Jeongwoo pulang agak telat. Biasalah, dia bekerja lebih giat karena Jaehyuk sedang mempersiapkan kenaikan jabatannya walaupun hanya setingkat lebih tinggi.

Lelaki yang sayang keluarga itu mampir di sebuah tempat. Tempat menjual makanan tentunya. Sebuah martabak manis dan asin ia beli semua. Karena ia tak tahu Doyoung suka yang mana, yasudah beli semua mumpung Jeongwoo kaya.

Tak berselang lama mobil miliknya telah berhenti di basement apartemen. Setelah memarkirkan mobilnya, ia dan senyuman yang mengembang menaiki lift langsung dari lantai dasar menuju unit nya.

"Park Jeongwoo yang ganteng sekecamatan Iksan pulang. Apa kabar anakku dan babu nya?"

Kalau ini sebuah konten, sudah pasti backsound 'bombastic side eye' akan terdengar jelas dari Doyoung yang sedang menonton TV.

"Baru pulang ngajak ribut, berani Lo?"

Jeongwoo tersenyum lalu mengangkat kedua jari nya sebagai salam perdamaian.

"Damai-damai, Gue bawa martabak."

Jeongwoo kini menghampiri sang tunangan, ikut duduk di dekatnya yang sedang selonjoran beralaskan karpet. Oh, ternyata sang takoyaki kecil Jeongwoo sudah tidur. Gemas sekali.

"Tumben banget Lo bawa ginian? Nggak maksud ngerjain Gue kan?" Bagaimana tidak curiga, terakhir kali Jeongwoo memberinya mochi coklat isi strawberry. Tentu saja setelah itu Doyoung dilarikan ke rumah sakit karena alergi. Badannya penuh ruam merah dan demam.

Itu bukan lagi mengerjai. Sudah masuk tahap pembunuhan berencana.

"Nggak lah, pikiran Lo jelek banget." Jeongwoo mulai membuka satu persatu kotak yang ia bawa.

"Ini rasa coklat keju, yang ini martabak spesial pake empat telur bebek bukan telur ayam. Ada potongan daging nya. Khusus buat tunangan ku yang udah ngerawat baby takoyaki pas Ayah nya lagi kerja."

"Sekali lagi Lo manggil anak Gue takoyaki, Gue gampar kanan-kiri biar seimbang." Doyoung mulai memakan martabak manis itu hingga pipi nya menggembung.

"Kenapa sih? orang lucu." Protes Jeongwoo.

"Dari sekian nama kenapa harus makanan bulet isi gurita. Apanya yang lucu, hah?"

"Lo!"

Hah?

Jeongwoo dan Doyoung saling memandang untuk sesaat, dengan Doyoung yang baru menyuapkan sisa martabak hingga pipi nya kembali mengembung.

"Emang boleh ya selucu ini." Jeongwoo tiba-tiba mencubit pipi Doyoung yang mengembung lalu ia segera berlari menuju ke kamar dan menguncinya guna menghindari amukan maut.

"JEONGWOO!!!!"

Uekkkk.... Uekkkk

Akibat teriakan itu, Niel yang sedang terlelap sampai terkejut hingga menangis keras. Ah, bagaimana Doyoung bisa lupa kalau sekarang ia punya buntalan tako——maksudnya bayi lucu, mungil, nan menggemaskan.

"JANGAN TERIAK DOY, NTAR NIEL KEBANGUN!"

"TELATTT!"

Ah, terserah kalian saja!



***



"Udah cuci tangan?"

Jeongwoo memperlihatkan dua telapak tangannya yang sudah bersih. Doyoung kemudian mengangguk.

"Yaudah duduk yang bener." Ucapan Doyoung dipatuhi Jeongwoo. Sepertinya rencana Asahi sedikit menunjukkan perubahan yang baik. Jeongwoo dan Doyoung, keduanya mulai mengurangi kebiasaan berteriak dan melontarkan kata-kata kasar.

CONFLATE || JEONGBBY [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora