•Bab°°15

7.9K 899 12
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

"Sathir.."

Pemuda yang di panggil itu menoleh, dan tanpa niat membuka suara dia memandang datar teman satu kampus yang memanggil nya barusan.

"Sathir ada yang nyari Lo di belakang kampus" ucap orang itu setelah sampai di hadapan sathir atau Shakeel.

Shakeel tersenyum miring dalam hati, akhirnya kejadian ini kembali di alaminya.

Shakeel mengangguk kemudian hendak pergi, namun tangan nya di cekal orang itu.

"Jangan pergi sendirian, gue ikut ya" ucapnya masih menahan tangan sathir. hingga..

'Krak

"Akh..aaaa lepas anjir Sathir.. Ampun sakittt"

Shakeel melepas tangan orang yang diplintir nya.

"Jangan menyentuh ku!" Peringatnya kemudian pergi meninggalkan teman satu kampusnya itu.

Shakeel Sathir Alankar, setelah Kejadian kurang lebih 4 tahun lalu itu, membuat kepribadian nya kembali mendingin. Trauma nya hilang, tapi dia tetap tidak ingin di sentuh orang lain.

Bukan takut, tapi tidak suka.

Namanya juga menjadi di gabung, perpaduan antara pemberian keluarga Alankar dan Franklin.

Shakeel mengambil handphone di tengah langkah nya, dia menghubungi seseorang..

"Halo Abang, ada yang mau melenyapkan ku."

"........."

Shakeel terkekeh mendengar respon khawatir orang itu.

"Tenang saja, bukan aku tapi mereka yang akan mati."

"........"

"Hmm, Abang hanya perlu menyiapkan pengalihan untuk kematian mereka."

Tut

Shakeel kembali melanjutkan langkahnya, dengan senyuman yang terlihat menyeramkan itu.

.

.

.

"Abangggg~"

Suara rengekan itu membuat Satria mengalihkan perhatian nya dari laptop. Dia terkekeh melihat adiknya yang berjalan menghampiri nya dengan lesu.

Memang sikap Shakeel akan dingin jika di luar, berbeda saat bersama Abang nya ini. Umur 19 tahun bahkan tidak terpakai jika Shakeel bersama satria.

Sesuai sikapnya, nama panggilan nya jika di luar juga bukan Shakeel. Tapi Sathir, si pemuda dingin minim ekspresi.

"Kenapa hmm?" Satria mendudukkan dirinya di sofa kantor milik keluarga nya, Franklin crop.

Shakeel segera membaringkan tubuhnya di sofa, dengan kepalanya berbantalkan paha Satria. Satria dengan senang hati mengelus rambut adik tersayang nya.

"Capek..abis main sama 5 orang."

Satria geleng-geleng kepala mendengar itu, dia sudah mengerti maksud kata 'main' dari Shakeel.

"Shakeel suka dengan mainan kali ini?"

Shakeel mengangguk pelan

"Suka, darahnya banyak..Abang harus nyiapin berita yang hebat untuk kematian mereka oke"

Satria hanya mengangguk saja, dia akan melakukan apapun untuk adiknya itu. Karena Satria tau, Shakeel hanya akan bermain dengan orang yang juga bermain-main dengannya.

"Abang pengen susu~"

Satria terkekeh, adiknya itu semakin besar semakin seperti bayi..

"Shakeel umur berapa sih~?" Goda Satria mencolek dagu Shakeel..

"Mmmm kayanya baru 9 bulan deh"

"Awsh..ish nyubit Mulu perasaan" ringis Shakeel ketika satria mencubit pipi berisi nya. Dia bangkit dan menatap Satria kesal. Jika begini dia semakin ingin meniruskan pipinya itu.

Ya walaupun sepertinya sulit sih, karena Shakeel itu hobi makan dan tidur. Apalagi di tambah susu sekarang:)

"Abisan kamu tuh gemes banget tau gak sih dek, badan aja gede tapi muka sama kelakuan kaya bayi"

"Shakeel kan emang bayi nya Abang.." ucapnya menatap Satria memelas.

"Bayi 19 tahun nya Abang ya hahaha"

'Dukh

Shakeel menimpuk wajah menyebalkan satria dengan bantal sofa. Abang nya itu memang hobi membuat dia kesal..

"Duh ampun dek gak usah sok ngambek deh.."

Shakeel memalingkan wajahnya membuat Satria terkekeh geli, kemudian Dia bangkit dan menelepon seseorang, menggunakan telepon duduk yang ada di meja.

"Siapkan susu hangat dan bawa keruangan saya sekarang"

Mendengar itu Shakeel menatap Abang nya yang juga tengah tersenyum menatapnya.

"Aaaa sayang Abang~"

Grep

"Abang Apalagi."

Satria mengecup singkat rambut hitam lebat Shakeel. Ah dia sangat menyayangi harta paling berharga nya itu.

"Abang kapan akan ke kantor Daddy?"

"Kemungkinan besok, Abang harus mengurus perusahaan ini dulu hari ini"

Memang Satria yang saat ini mengurus perusahaan Alankar sekaligus perusahaan keluarga nya, Franklin. Kepintaran nya tidak menyulitkan dia mengurus dua perusahaan sekaligus.

Shakeel mengangguk samar, lalu matanya menatap sebuah foto di meja kerja Satria. Dia langsung berkaca-kaca..

"Shakeel kangen mereka.." lirihan itu membuat satria mengeratkan pelukannya, dia mengelus rambut Shakeel penuh kasih sayang..

"Mau mengunjungi mereka?" Ucap satria melepas pelukan nya, dan menatap Shakeel dengan senyum hangatnya.

Shakeel mengangguk semangat membuat satria mengusak rambut nya gemas.

"Baiklah ayo!"

Mereka hendak pergi, tapi suara telepon menghentikan langkah mereka. Satria mengangkat panggilan itu.

"Halo.."

"......."

"Benarkah?"

"........"

"Baik, persiapkan saja semuanya. Nanti aku menyusul"

Tut

Shakeel menatap Satria bertanya

"Kenapa?"

Satria Tersenyum penuh arti..

"Setelah mengunjungi mereka, Abang punya kejutan untuk Shakeel.."














~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
To be continued ~

Typo Tandai ~

Thankyouuuuuuuu 💕

29Mei2023

Don't touch me ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang