15. Sebuah harapan

32 2 1
                                    


🖤🖤🖤🖤

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.

Janan terlalu berharap banyak pada manusia jika tidak ingin Kecewa, berharaplah pada Allah karena Allah tau apa yang terbaik untuk hambanya

--Rayyanza Athallah Al-bizar--

.
.
.
.
.
.
.



Ayana menghembuskan nafas panjangnya. Ia sudah tidur dikamar Rayyan selama tiga hari dengan alasan dirinya pulang. Padahal pulang yang dimaksud Ayana adalah pulang dirumah suami rahasianya

Jadi selama ini Ayana tidak berbohong, bisa jadi teman temannya hanya salah faham.

Ayana terkekeh pelan saat menatap hasil karya yang ia buat. Selain menyukai novel, Ayana juga sering membuat cerita.

Ayana juga sering mengikuti lomba membuat cerpen dengan berbagai tema. Dan sering mendapatkan juara pertama.

Satu Minggu yang lalu, Ayana juga mengikuti lomba membuat cerpen di universitas Bariq Al-jannah, ia berharap tahun ini ia yang menjadi juara pertama.

"Assalamualaikum".

"Waalaikumsallam". jawab Ayana dan langsung mencium punggung tangan rayyan.

"G-gus, besok Aya boleh kan, pergi bentar aja".

Rayyan menatap wajah istrinya yang menggemaskan dengan wajah datar, namun dalam hatinya, ia ingin memeluknya

"Nggak".

"Hah". Ayana tak percaya dengan jawaban rayyan. Akhir akhir ini rayyan memang tegas terhadap dirinya yang selalu membuat masalah.

"Bentar aja Gus".mohonnya lagi

"Jangan terlalu  berharap pada manusia jika tidak ingin kecewa, berharaplah pada Allah. Karena dia tau yang terbaik untukmu".

Ayana masih tak mengerti dengan maksud dari suaminya. Kenapa dia bicara seolah olah tau jika Ayana sedang berharap sesuatu pada manusia

Rayyan menatap serius istrinya. "Kondisi kamu belum sepenuhnya pulih ay". Ujar rayyan mengalihkan pembicaraan

"Tapi Gus, besok kan acaranya ada dilapangan pesantren ini, kan Deket banget".

STARLIGHT Where stories live. Discover now