Bab 4

51 7 0
                                    

Cusss langsung ke karyakarsa untuk baca dengan chapter lebih banyak

ada juga paket sampai tamat dan berlaku seumur hidup!!

selamat membaca semuanya......


....

   Kia menatap piring yang berisikan nasi, tahu goreng 1 buah dam ditabur kecap di atasnya, lalu melirik sarapan Mama, Papa dan Niken lontong kari ayam lengkap dengan kerupuk. Kia menghela nafas dan mulai memakan sarapannya.

Ia harus bersyukur setidaknya Mama masih mengijinkannya untuk makan.

Di ulangtahunnya, ia harus menikmati makanan dengan sepotong tahu...

Tanpa ucapan ataupun doa.

"Kia, mau..."

"Papa makan aja! Kalau enggak, lontong karinya Mama buang." Sela Mama galak.

Papa menghela nafas dan kembali makan sarapannya, sesekali melirik putrinya yang tidak bergairah.

Entah mengapa Papa merasa khawatir.

Setelah sarapan, Kia memilih langsung berangkat ke sekolah. Tadi ia berpamitan dengan Mama, mencoba menyalami tangannya namun Mama malah memakinya lagi. Sungguh sedih rasanya.

Kia sampai di sekolah dan kondisi sekolah masih sepi. Gadis itu menyimpan tasnya di kelas dan duduk di pinggir lapangan. Ia merogoh saku, hanya ada uang 1000 rupiah. Mama belum memberinya bekal dan ia terlalu segan untuk meminta. Padahal hari ini ia harus membayar uang kas yang sudah menunggak. Kia merasa malu jika harus menunda lagi pada Heni, bendahara kelas yang kemarin sempat menagihnya dengan suara keras hingga membuat teman-teman menatapnya.

Uang yang diberikan oleh Yasa sudah ia berikan pada Mama dan Mama kembali menamparnya karena benar-benar mengira jika ia mencuri. Ia benar-benar merasa kacau. Pesimis akan hidupnya, tidak tahu harus bagaiman.

Rasanya tidak ada tempat yang benar untuknya.

Kia menundukkn kepala, badannya masih terasa sakit bahkan memarnya semakin terlihat ketika ia mandi tadi. Pipinya juga panas karena tamparan Mama yang membekas, dikarenakan cincin yang Mama kenakan melukai pipinya.

PUK!

Kia tersentak, merasakan bau di atas kepalanya. Ia menyentuh sesuatu yang basah di atas kepalanya dan melihatnya.

Bumbu kacang?

Terdengar suara tawa dan Kia menatap teman sekelasnya yang populer Putri, Karina dan Fitri yang sedang berdiri di lapangan menertawakannya.

"Gue pikir tempat sampah! Hhahaha" teriak Putri.

"Sorry, abis muka lo kumel banget kayak tong sampah." Tambah Fitri.

"Kia, lo harus cepet-cepet shampoan gih! Sumpah itu bau kacangnya kental banget lhoo... huhu maaf ya tapi jujur deh, lo tampak lebih berwarna dengan bumbu kacang yang berkilau di rambut lo."

Kia menggigit bibirnya sekuat mungkin, matanya tanpa sengaja bertemu dengan Yasa yang baru saja datang. Yasa nampak menatapnya prihatin dan itu membuat Kia semakin merasa memalukan.

Kia segera berdiri dan berlari kencang menuju toilet.

Ia menangis di bilik toilet. Bajunya kotor dan rambutnya benar-benar bau. Sudah ia bilas berkali pun tetap bau.

Lintas WaktuWhere stories live. Discover now