Bab Enam

57 5 0
                                    


     "AYU!!!!"

Ayu yang sedang menemani Mbok di pasar, menoleh dan melihat temannya Danu menyapanya. Ayu tersenyum dan menghampiri teman sekaligus tetangganya.

"kok wong lanang neng pasar? (ngapain laki laki ada di pasar?)" tanya Ayu pada Danu.

"ngancani bojoku sing ngidam pelem enom.( nemenin istriku yang lagi ngidam mangga muda)" jawab Danu menunjuk istrinya, Shita yang sedang memilih mangga. Shita yang merasa di tatap, menoleh dan melambai pada Ayu.

"waaah.. bojomu meteng maneh? saben mbengi ngetok-ngetok terus dadi wetengku mumbul (waaah.. istrimu hamil lagi? tiap malam gempor terus sih jadi perutnya melendung)"

Shita yang baru saja datang, mencubit lengan Ayu. "kowe cah wedok tapi nek omong koyok arek lanang kumpul. (kamu tuh perempuan tapi kalau ngomong sama kayak gerombolan laki laki kalau ngumpul)"

Ayu nyengir. "piwulange bojomu, Ta. (ajaran suamimu nih, Ta)"

Danu yang dibicarakan menatap tidak setuju. "Nyatane Ayu malah luwih elek yen diomongke karo wong lanang.( justru Ayu ini kalau ngomong lebih parah daripada laki laki.)"

Ayu menepuk lengan Danu yang membuat Danu mengaduh. "weruh! energi kaya wong (lihat! tenaganya aja udah kayak laki laki)"

"Non Ayu... Ayo mulih!" ucap Mbok Iyem dengan membawa tas berisi sayuran.

"Yu, mengko arep ketemuan neng papan biasane (Yu, kita mau kumpul nanti di tempat biasa)" ucap Danu setelah Ayu pamit yang diangguki gadis cantik itu.

Setelah sampai rumah, Ayu mandi terlebih dahulu karena badannya terasa lengket setelah berjalan-jalan di pasar.

"arep menyang ngendi, Nduk? (mau ke mana kamu, Nduk?)" tanya Ibu pada Ayu yang memakai sendal.

"dolanan, Bu."

"terus muter! terus muter! Ing umur sampeyan, sampeyan kudu muter karo bocah-bocah! tinimbang dolanan, Nduk. (main terus! main terus! usia kamu itu harusnya ajak main anak! bukannya kamu yang main, Nduk)"

Ayu hanya nyengir, sebelum Ibu mengomelinya lagi, Ayu segera pergi membuat Ibu menggelengkan kepala.

Ayu tersenyum lebar pada Danu, Bena, Cipta dan Endra yang sedang mengobrol. Mereka adalah teman kecil Ayu yang rumahnya juga dekat. Meskipun para lelaki sudah menikah, namun mereka masih tetap berkumpul bersama dan tak lupa mengajak Ayu.

Orang-orang di sana sudah menganggap biasa melihat Ayu berkumpul dengan pria. Ayu memang dikenal tomboy, apalagi hingga sekarang hanya Ayu yang masih belum menikah. Sempat menjadi omongan hingga membuat keluarga Ayu merasa malu, namun Ayu mencoba cuek dan tetap bermain dengan sahabat-sahabatnya.

"bojomu ngendi? ora teka bebarengan? (mana istri kalian? enggak ikut ngumpul?)" tanya Ayu yang duduk di kursi kayu bawah pohon.

"ngurusi bocah-bocah, bojoku bakal nglumpukake ing wayah wengi (jaga anaklah, nanti istriku ngumpulnya pas malem)" jawab Cipta.

"maksude campur, opo? (nyampur maksudnya?)" tanya Ayu dengan nada meledek.

Para lelaki tertawa mendengar pertanyaan sahabat perempuan mereka. "Cangkemmu iso gawe ibumu nangis lho, Yu? (mulutmu ini bisa bikin Ibu kamu nangis tahu, Yu?)" ujar Bena.

Lintas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang