2.

4 2 2
                                    

Pagi hari yang indah untuk berolahraga. Saat ini para murid kelas 2-B sedang mengikuti kelas olahraga di lapangan. Udara musim semi yang sejuk membuat para murid bersemangat mengikut kelas olahraga. Musim semi yang harusnya terasa manis ternyata tidak seperti itu untuk beberapa murid kelas 2-B.

Im Jinyoung berbaris menyendiri disaat teman sekelasnya sudah berbaris dengan kelompok masing-masing. Guru yang melihat menegur ketua kelas Jaesuk untuk mengajak Im Jinyoung berbaris bersama.

"Hei Im Jinyoung baris yang benar, mana kelompokmu. Jaesuk, ajak Jinyoung kebarisanmu" tegur pak guru. Jaesuk pun mengiyakan, ia menghampiri Jinyoung dan berbisik.

"Cepat masuk barisanku" Jaesuk menarik tangan Jinyoung dengan kasar. Jinyoung hanya bisa meringis kesakitan karna tangannya digenggam erat dan ditarik paksa. Tak lupa Jaesuk melirik ke arah pak guru. Kalau pak guru melihatnya ia akan melepas tarikan tangannya dari Jinyoung.

Kelas olahraga berlangsung dengan menyenangkan tapi tidak semua murid 2-B terlihat senang. Seperti biasa Im Jinyoung bahkan tetap dirundung saat kelas olahraga berlangsung.

Bugh.. bola terbang ke arah Jinyoung, bukannya ditangkap Jinyoung justru menghindari bola tersebut. Namun sayang usaha Jinyoung untuk menghindari bola justru sia-sia karna bola sudah lebih dulu mendarat dibahunya.

Bugh.. bola kedua kembali menghantam bahu Jinyoung. Bola yang digunakan adalah bola volley meski bolanya terlihat ringan namun jika menghantam bahu rasanya lumayan menyakitkan. Serangan hantaman bola berlanjut Jaesuk dan gengnya adalah pelaku penyerangan bahu Jinyoung. Pikir mereka paling hanya sakit sedikit, tak mungkin bahu Jinyoung akan patah hanya karna hantaman bola volley. Reaksi ringisan dari Jinyoung membuat mereka semakin bersemangat untuk melempar bolanya.

"Jaesuk.. Berhenti sebelum pak guru melihat" tegur Yoo Saera. Jaesuk hanya menaikan ujung bibirnya sebelah. Ia pun meminta teman-temannya berhenti melakukan hal tersebut.

"Hey pak guru nanti lihat letakkan bolanya" ucap Jaesuk pada teman-temannya. Bak menuruti bos, para komplotan perundung berhenti melemparkan bola ke Jinyoung.

Jam pelajaran olahraga pun selesai, pak guru meminta ketua kelas dan wakil ketua kelas untuk membereskan bola serta mengembalikannya ke gudang. Yubi yang merupakan wakil ketua kelas dengan berat hati membereskan bola bersama Jaesuk. Tapi bukan Jaesuk namanya kalau tak menganggu Jinyoung.

"Oy, babu pungut bolanya" Jaesuk memerintahkan Jinyoung untuk melakukan tugas yang seharusnya dilakukannya. Yubi hanya diam sembari memunguti bola yang bergelinding kesana kemari. Yubi tak ada niatan untuk menegur Jaesuk, ia juga tak ingin mendapat perlakuan serupa seperti yang diterima Jinyoung.

Para murid lain sudah lebih dulu meninggalkan lapangan. Tersisa Jinyoung, Yubi, dan Jaesuk disana. Jinyoung dan Yubi memunguti bola, sementara Jaesuk hanya duduk dipinggir lapangan sembari minum air. Tinggal tersisa sedikit bola yang perlu dimasukkan kedalam keranjang bola. Jaesuk pun menghampiri Yubi dan menawarkan minuman yang tadi telah diminumnya.

"Yubi, mau minum?" Jaesuk menyodorkan botol minuman tersebut.

"Tidak perlu" jawab Yubi singkat. Yubi tak habis pikir bagaimana orang bisa menawarkan minuman yang sudah bekas diminum. Tak ada sopan santun.

Bola telah selesai dipunguti, Jinyoung hendak mengangkat keranjang bola seorang diri. Yubi pun buru-buru menghampiri Jinyoung untuk membantunya. Namun, Jaesuk menahan mereka dan menyuruh Jinyoung pergi.

"Biar aku dan Yubi yang membawanya ke gudang. Sana pergi kau" usir Jaesuk pada Jinyoung. Yubi berharap Jinyoung tidak meninggalkan dirinya berdua saja dengan si busuk Jaesuk. Tapi bagi Jinyoung lebih baik menuruti perintah Jaesuk dari pada habis di hajar. Jinyoung pun pergi meninggalkan keduanya.

Yubi dan Jaesuk pun mengangkat keranjang bola tersebut bersama-sama. Yubi memegang sisi kanan sedangkan Jaesuk memegang sisi kiri keranjang. Mereka menuju gudang barang yang letaknya di paling ujung sekolah. Letak gudang barang sangat terpencil gudangnya terpisah dari bangunan sekolah. Di sekeliling gudang barang hanya ada tempat pembuangan sampah sekolah.

Yubi yang telah diberikan kunci gudang oleh pak guru pun membuka pintu gudang. Dengan cepat Yubi meminta Jaesuk meletakkan keranjang bola bersama-sama. Perlu tenaga dua orang untuk mengangkat keranjang bola tersebut.

"Ayo cepat kita letakkan dan kembali ke kelas" ucap Yubi. Sayangnya, Jaesuk tidak berpikir demikian. Setelah meletakan keranjang bola, ia menarik tangan Yubi. Mendorong tubuh Yubi hingga menabrak dinding. Jaesuk juga mengunci tangan Yubi, menahan tangannya didinding.

"APA-APAAN SIH KAU" teriak Yubi. Jaesuk hanya menyeringai, membuat Yubi sedikit ketakutan.

"Stt.. tak akan ada yang mendengar teriakanmu. Kau ini gak peka ya" ucap Jaesuk disertai seringaian di bibirnya. Tubuh Yubi bergetar, ia takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Yubi pun berpikir keras bagaimana cara agar ia bisa keluar dari gudang tanpa lecet sedikit pun.

"Jaesuk-ah, kalau begini kau menakutiku. Lepaskan tanganku dulu" pinta Yubi dengan lembut. Jaesuk sontak tertawa, ia pun melepaskan tangan Yubi yang ditahannya di dinding. Setelah tangannya terlepas dari jeratan Jaesuk, Yubi kembali berpikir. Hanya ada 2 pilihan, pertama lari sekencang-kencangnya, kedua mengikuti alur permainan Jaesuk.

Namun kedua pilihan itu juga memiliki resiko besar. Kalau ia lari namun tertangkap bisa-bisa Jaesuk menghajarnya. Tapi kalau ia mengikut alur permainan Jaesuk bisa-bisa ia tak bisa lepas dari jeratan permainan itu. Akhirnya pilihan Yubi jatuh pada opsi lain.

"Jaesuk-ah, kepalaku agak pusing bisa kau antar aku ke UKS. Sepertinya aku juga tak bisa mengikuti pelajaran selanjutnya" ucap Yubi berpura-pura lemas. Melihat akting yang terlihat natural itu Jaesuk menyipitkan matanya. Jaesuk pun tak langsung mempercayainya begitu saja.

"Kenapa? Tadi kau baik-baik saja" tanya Jaesuk. Yubi kembali berpura-pura, saat ia hendak berjalan ia pura-pura hampir terjatuh karna lemas. Jaesuk pun dibuat kaget karnanya. Jaesuk memegangi lengan Yubi yang hampir terjatuh.

"Hey Yubi. Kau kenapa?" hampir berhasil sedikit lagi rencana Yubi untuk keluar dari gudang hampir berhasil. Jaesuk terus memanggil nama Yubi. Yubi tidak sabar ingin segera terlepas dari Jaesuk, Yubi memilih jalan tercepat. Ia berpura-pura tidak sadarkan diri.

"YUBI.." teriak Jaesuk. Jaesuk menampar pelan pipi Yubi agar gadis itu sadar. Tapi tak ada respon dari Yubi membuat Jaesuk panik. Jaesuk pun mengendong Yubi dan membawanya keluar dari gudang. Tanpa Jaesuk sadari ada seseorang yang menunggu diluar gudang. Jaesuk pun berlari dari gudang menuju UKS, perhatian kelas lain yang sedang dalam jam pelajaran jadi tersita akibat Jaesuk.

Seseorang yang sebelumnya menunggu diluar gudang, diam tak bergerak dari tempatnya. Melihat Jaesuk menggendong Yubi yang pingsan, tetap membuatnya tak bergerak dari sana. Yoo Saera, gadis itu sempat mengintip ke dalam gudang. Wajahnya merah menahan rasa marah.

Saera yakin Yubi hanya berpura-pura pingsan. Saera mengepalkan tangannya, ia adalah saksi yang melihat kejadian diantara Yubi dan Jaesuk. Saera berniat kali ini ia tak akan melepaskan Yubi.

--

"YURI.. YURI.." teriak Go Ami.

"Ada apa teriak begitu?" tanya Yuri.

"Adikmu pingsan. Sekarang dia ada di UKS" ucap Go Ami. Yuri belum tau kabar soal adik kembarnya yang pingsan. Yuri yang terkejut pun bangkit dari kursinya hingga kursinya terjatuh kebelakang akibat gerakan Yuri yang mendadak. Yuri pun berlari meninggalkan kelasnya menuju ruang UKS.

Lee Jae yang duduk tak jauh dari Yuri mengikuti Yuri berlari keluar kelas. Diikuti teman sebangkunya Kijeong, bahkan Go Ami pun ikut mengekor. 

THE CLASS Kisah tersembunyi para murid kelas 2 SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang