Sebuah Rahasia

268 67 5
                                    

Setelah adu mulut kemarin, Jihoon pulang dengan kapal pertama dan Haruto tidak mengucap satu kalimat pun saat kepergian Jihoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah adu mulut kemarin, Jihoon pulang dengan kapal pertama dan Haruto tidak mengucap satu kalimat pun saat kepergian Jihoon. Jihoon hanya berharap Haruto bisa mengambil keputusan yang bijaksana saat waktunya ini berakhir. Sedangkan, orang yang sedang Jihoon pikirkan tengah memutuskan sebuah rencana untuk lari pagi setengah jam kemudian.

Ada setitik harapan kecil untuk ia bisa bertemu Doyoungnya. Jujur, ia rindu.

Nyatanya, tak perlu jauh melangkah ke tepi pantai. Haruto baru akan melakukan pemanasan naik turun tangga yang menjadi pemisah antar jalan setapak dan halaman rumah, itu juga yang menjadi alasan kenapa vila yang Haruto tinggali terasa sangat jauh dari pusat desa. Haruto yang tengah berdiri di tangga teratas menangkap figure seseorang.

Dia tidak akan tahu jika tidak melihat topi yang dikenakan orang itu.

Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Doyoung, yang tengah naik turun di dua tangga terakhir sambil bergumam entah apa.

Haruto pikir ada yang salah Ketika rasa lega yang memancing senyum menyeruak dalam tubuh karena itu benar-benar berbanding terbalik dengan suasana hatinya sejak kemarin. Ia tak bisa menahan diri untuk tetap mengunci bibir.

"Doyoung."

Tidak perlu bersuara keras karena tak banyak jarak memisahkan. Sedangkan yang dipanggil Namanya berbalik dan mendongak kaget.

Haruto tidak turun walau masih lanjut bicara pelan. "Kau datang."

Tanpa diduga, Doyoung justru dengan cepat melepas topi lalu naik mendekati Haruto dan mengulurkan benda tersebut. "Mengembalikan ini."

Haruto terima dan tangannya bergerak gesit Ketika mendapati Doyoung sudah berbalik untuk pergi tanpa melakukan apapun. Mau tak mau Doyoung berhenti sembari menatap pergelangan tangan yang digenggam.

"Jawabanmu. Bagaimana jawabanmu?"

Pertanyaan itu membuat Doyoung menahan nafas. Melepas kuncian jemari Haruto dengan pelan, ia menjawab. "Aku tidak tahu."

Tepat kala tangan tak lagi menyentuh kulit Doyoung, Haruto pikir rasa kecewa baru saja menghantam. "Oh, aku mengerti."

Dia tak tahu jika sejumput rasa bersalah menyelimuti hati Doyoung.

"Tidak, Haru tidak mengerti." Ada jeda sebelum Doyoung Kembali mengeluarkan kata. "Masih ingat permintaan Haru dulu?"

Haruto memiringkan kepala. "Yang mana?"

Doyoung sudah memainkan jari gugup sekalipun matanya menatap tepat manik pria tinggi itu dengan keberanian yang dipaksakan. "Haru bilang ingin berenang denganku."

"Oh." Hanya itu sebelum Haruto mengangguk. "Kau ingin melakukannya?"

Doyoung menggeleng. "Ada alasan kenapa aku mengatakan tidak."

Karena tak tahu harus merespon apa, Haruto hanya diam. Bahkan Ketika melihat Doyoung memberinya tatapan ragu.

"Haru, mau pergi ke suatu tempat denganku?"

Stolen Heart || HarubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang