First, You Should Choose Yourself (Akashi x Readers x Kagami)

29 5 0
                                    

⚠️Warning! Terdapat eksplisit konten di part ini. Harap kebijakan pembaca⚠️

=~=~=~=~=~=

Aku terbangun di sebuah tempat gelap dan sunyi. Termenung sejenak, memerhatikan sekitar. Tidak ada apapun di sini selain kegelapan.

Aku melangkah, berusaha menyusuri tempat ini untuk mencari cahaya. Aku berlari semakin cepat dan cepat, namun tidak ada satupun cahaya yang kutemukan. Di sini terlalu gelap sampai aku tidak bisa melihat apapun. Sangat sunyi dan senyap sampai kupikir aku tuli.

"Halooo?"

Aku mencoba berteriak, tapi hanya gema dari suaraku sendiri sebagai jawabannya. Ini menandakan bahwa tempat ini tertutup dan sangat luas. Aku meraba saku seragam sekolahku, namun tidak menemukan ponselku dimanapun.

Tidak ada penerangan apapun, bagaimana caranya aku bisa keluar kalau aku tidak bisa melihat?

Dari kejauhan tiba-tiba terdengar suara langkah kaki kecil. Itu jelas bukan milikku karena langkahku tidak sependek itu. Aku melangkah, mencari sumber suara. Tidak lama dari kejauhan, terlihat satu titik cahaya yang sangat redup.

Aku merasa cahaya itu akan membawaku menuju jalan keluar tempat ini, jadi aku berlari menghampirinya. Sesampainya di depan cahaya itu, barulah aku tersadar bahwa itu hanyalah seorang gadis kecil yang sedang memegang obor dari kayu yang sudah tua.

Ia menghentikan langkah saat menyadari aku berada di depannya. Ia mendongak, menatapku datar dengan mata panda yang tebal dan wajah yang lelah.

"Onee-san?"

Ia termenung sesaat sampai tiba-tiba matanya membulat kaget, "Onee-san!?" Ulangnya.

"Sudah kuduga aku tidak sendirian di sini!" Ia terkekeh pelan.

"Anu... Ada yang mau aku tanya." Ujar kami bersamaan.

Kami terdiam. "Onee-san duluan saja." Ucapnya sungkan, aku menggeleng. "Kau saja yang mulai."

"Kamu/Onee-san tahu jalan keluar dari sini?" Pada akhirnya kami bertanya bersamaan. Aku terkejut, namun dia kembali memasang wajah suramnya saat mendengar itu.

"Ternyata ... Onee-san juga gak tahu ya..?" Cicitnya putus asa.

Ia kembali melangkahkan kaki, meninggalkanku begitu saja tanpa pamit seolah aku tidak ada di sana. Refleks, aku menahan lengan kirinya dengan tangan kananku.

"Tunggu!"

Saat itu aku baru sadar, gadis kecil ini memakai 2 gelang titanium dengan corak bulat yang sama persis dengan yang kupakai. Juga kalau dilihat lebih teliti... Anak ini sangat mirip aku...

"Kenapa, onee-san?"

Aku melepaskan genggamanku dan hanya bisa menggeleng. Aku speechless.

Apakah gadis kecil ini .. adalah aku saat umur 14?

Gadis kecil itu kembali melangkah dengan aku yang terpaku menatapnya. Perlahan, ia hilang dari pandanganku. Tiba-tiba seseorang menyapaku dari belakang.

"Onee-san? Ternyata kita ketemu lagi."

Aku menoleh. Tidak salah lagi, gadis kecil ini adalah aku 7 tahun lalu!

"Kau masih belum menemukan jalan keluarnya, Nee-san?" Tanyanya. Aku menggeleng kaku.

Ia tersenyum miris, "sayang sekali ya kau harus jatuh ke sini, Nee-san."

"Kenapa?"

"Karena ketika kau sudah jatuh ke sini, maka sudah tidak ada jalan keluarnya tidak peduli sekeras apapun kau mencarinya." Senyumnya miris.

Ia terlihat lebih suram dari sebelumnya. Mata pandanya juga lebih hitam dan kondisinya lebih berantakan dari sebelumnya.

Gadis ini .. sedang depresi.

"Itu tidak mungkin. Pasti ada jalan keluarnya kok. Kita hanya perlu sedikit usaha lagi untuk mencarinya." Jawabku, berusaha meyakinkannya hal-hal positif.

Ia tertawa miris, "Kemana? Jalan ke belakang? Atau terus lurus ke depan? Semuanya sama aja. Hanya akan membuat kita melalui jalan yang sama. Satu-satunya jalan keluar dari sini hanyalah itu."

Ia menunjuk ke arah jam 9. Terdapat ruangan dengan cat merah yang mana terdapat lampu sorot yang menyorot ke arah tengah. Di sana ada satu kursi beserta tali simpul yang terikat kencang di atas. Dalam sekali lihat pun aku tau itu untuk apa.

"Jisatsu." Lanjutnya.

"Tidak! Pasti ada cara lain selain itu!!" Bantahku tidak setuju.

Ia menggeleng lemah, "tidak ada. Hanya itu satu-satunya cara untuk keluar dari sini."

Aku menggigit bibir bawahku untuk meredam emosi.

Kenapa dia bisa mengatakan hal menyayat hati begitu dengan wajah datar tanpa emosi!?

黒子のバスケ One Shot!! [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora