9. ISI TIGA SURAT

86 3 3
                                    

Entah sudah berapa menit aku duduk di tepi anak tangga sejak aku tiba di sekolah. Awalnya aku ingin pergi ke gedung sebelah yang khusus dihuni oleh kelas 12 untuk memastikan bahwa kak Tyaga sudah berangkat atau belum. Namun, ternyata aku tidak cukup berani untuk ke sana.

"Ekhem." Suara itu membuatku mendongak dengan cepat.

"Kak Ben," ucapku saat aku melihat siapa yang sedang berdiri di sampingku.

"Lauren. Kenapa duduk di sini? Mau kasih balasan suratkah?" tanya kak Ben menggodaku.

"Gak," aku menggeleng pelan.

"Terus?"

"A-aku ada perlu sama kak Tyaga, kira-kira orangnya udah berangkat belom?"

"Kayaknya belom, tadi di parkiran aku gak liat ada mobilnya." Kak Ben duduk di sampingku. "Aku ganggu  gak?"

"Gak," aku menggeleng.

"Aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanyain aja," kataku santai.

"Eh, kemarin kamu masih dapet surat dari temen aku?"

"Masih kok."

"Oh tidak, berarti bener," gumam kak Ben. "Ya Allah, baru tau aku dia bisa posesif banget gini, sungguh mengesankan."

"Hm?" kedua alisku terangkat. "Emangnya ada apa sih?"

"Katanya dia gak mau nitipin suratnya di aku lagi."

"Oh, pantes kemarin yang kasih beda orang. Tapi, kenapa?"

"Kamu inget waktu aku ngasih surat yang bentuknya pesawat?"

"Inget," aku mengangguk.

"Nah itu, ternyata dia ngawasin kita gak tau dari mana sampai aku dichat juga gara-gara ngelus kepala kamu," cibir kak Ben.

Aku terkekeh. "Padahal kan dia bukan siapa-siapa aku ya, kok bisa udah posesif gitu?"

"Makanya itu, heran aku mah. Perasaan dari dulu dia gak pernah gini."

"Lauren," kak Tyaga menghampiriku.

"Iya," ucapku datar saat kak Tyaga sudah berdiri di depanku.

"Kotak surat kamu ketinggalan di mobil aku," kak Tyaga menyodorkan kotak berisi surat yang aku terima kemarin.

"Oh, makasih, Kak," ucapku seraya menerima kotak tersebut dan segera memasukkan ke dalam tas.

"Sama-sama, eh sebenernya aku mau balikinnya nanti sekalian ngajakin kamu pulang bareng, tapi malah diajak ngumpul sama temen," wajahnya terlihat kecewa.

"Gak papa, Kak, kan biasanya aku emang pulang sendiri."

Kak Tyaga mengangguk.

"Pulang bareng aku mau gak?" tanya kak Ben tiba-tiba.

"Gak," tolakku mentah-mentah.

"Kenapa?" kak Ben mengernyitkan dahinya.

"Gak mau aja." Aku menjulurkan lidah sesaat.

Kak Tyaga tersenyum dan menggeleng keheranan.

"Lauren, aku duluan ya," kak Tyaga menatapku. Aku mengangguk.

Kemudian kak Tyaga menatap kak Ben dan dia mengangguk. Kini kak Tyaga sudah hilang dari pandanganku.

"Lauren, nanti pulang bareng aku ya."

"Gak mau," aku menggeleng.

"Kenapa? Kan naik mobil, ngeeeng," kak Ben memperagakan seolah sedang menyetir mobil. Kak Ben menaik turunkan kedua alisnya.

The Destroyer Effect(Slow Up)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon