24.

1.1K 61 4
                                    

🍂

🍂

🍂

__Hari 05__

“Mah, Avin berangkat dulu, ya.” pamit Galvin menghampiri sang Mamah yang kini tengah menyiapkan sarapan untuk mereka. Jika boleh jujur, Galvin sangat bahagia karena keberadaan Mamahnya. Sangat jarang sang Mamah memasak makanan untuknya.

Santi menoleh, melihat anaknya yang sudah rapih mengenakan seragam. “Kamu mau sekolah?” tanya Santi heran. Bukankah semalam Galvin sakit? Lantas kenapa sekarang Galvin sekolah dan tidak istirahat saja dirumah?

“Iya, Mah. Avin sekolah.” jawab Galvin.

“Kenapa? Kan belum sembuh betul, istirahat aja dulu sehari, besok baru sekolah, lagi.” ucap Santi menyimpan nasi goreng buatannya ke meja. Santi bukan Ibu yang akan marah ketika anaknya tidak sekolah karena alasan, terkecuali jika Galvin bolos tanpa beralasan apapun. Maka siap-siap saja Santi orang pertama yang akan menjewer anaknya, itu. 

“Gak papa kok, Mah. Avin udah sehat. Kan semalam juga Mamah udah jagain Avin. Jadi Avin udah sembuh betul, kok!” seru Galvin tersenyum hangat. 

Jika boleh jujur, Galvin sekolah dan membiarkan lelah ditubuhnya tanpa dirasa memiliki alasan tersendiri. Apa lagi kalau bukan karena rindu kepada Vina? Iya, entah kenapa akhir-akhir ini dirinya selalu merindukan gadis itu. Kemana saja Galvin, dulu? Saat dimana gadis itu terus bersamanya, mengekori setiap langkahnya, dan ya, itu hanya sebuah penyesalan belaka saja.

“Alah, bilang aja kamu kangen Vina, kan? Rindu kamu sama Vina, jadinya sakit aja gak dirasa! Dasar anak muda labil!” ledek Santi tersenyum meledek ke arah sang putra.

Galvin tidak menjawab. Toh apa yang dikatakan sang Mamah memang benar adanya. Galvin hanya tersenyum menunduk malu saja.

“Sebelum pergi kamu harus sarapan dulu. Ini juga masih pagi, kok. Gak bakal telat, kan?”

Galvin mengangguk. Jika Galvin tidak menuruti perintah sang Mamah, maka urusannya akan semakin panjang kali lebar! 

10 menit Galvin sarapan, kini Galvin sudah siap berangkat dengan motor kesayangannya. Menyalami tangan Santi dengan khidmah, tidak lupa mengecup kening Santi dengan lamat. 

“Hati-hati, Nak. Jangan ngebut, ya. Awas kalau bandel disekolahnya!” ucap Santi sedikit mengancam.

“Iya Mamah cantik, siap laksanakan! Avin berangkat ya, hati-hati juga dirumah, kalau ada apa-apa hubungi Avin! Assalamu'alaikum!” seru Galvin menjalankan motornya. 

“Wa'alaikumsalam.” jawab Santi saat motor Galvin sudah tidak terlihat lagi. “Semoga apa yang kamu mau bisa kamu gapai, Galvin. Mamah sayang kamu. Cukup dulu kamu menderita, Nak. Jangan terulang lagi. Mamah akan berusaha sebisa Mamah.” lirih Santi.

🍂

🍂

🍂

“Hai,”

Vina yang tengah menyoret buku karena bosan pun mengalihkan pandangannya. Seperti biasa, Vina datang lebih awal dari teman se–kelasnya.

GALVINA (End)Where stories live. Discover now