14. For the last time

11.3K 1.2K 475
                                    

ga asik ya di buat nunggu?

.

.

.

.

.

.

"Kecelakaan maut yang terjadi di jalan xxx hampir menewaskan pengemudi dan penumpangnya. Diketahui bahwa yang mengendarai kendaraan itu adalah Direktur muda perusahaan Pax. Corp dengan mantan kekasihnya."

"Sungguh mengenaskan. Apa yang terjadi di antara mereka mungkin adalah sebuah teguran atas apa yang sudah mereka lakukan."

"Aku turut prihatin dengan pasangan sah Direktur muda itu."

.

Sakit.

Tubuhnya terasa sangat sakit.

Matanya terasa sukar untuk dibuka. Aamon merasa seperti baru saja di hantam sebuah benda berat di seluruh bagian tubuhnya. Meski kesulitan, Aamon tetap memaksakan untuk membuka matanya secara perlahan.

Mulanya penglihatannya mengabur, membuat Aamon beberapa kali mengedipkan matanya pelan. Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, pun, tidak tahu kenapa saat ini ia berada di ruangan yang di dominasi warna putih.

Apa ia sudah mati?

Ah, tidak. Belum saatnya ia mati secepat ini.

Bau obat dan bunyi alat pendeteksi detak jantung menjadi hal pertama yang dicium dan didengarnya. Aamon berusaha bergerak, namun rasa ngilu yang sebelumnya ia rasakan kembali menghampiri, membuat ia meringis seketika.

Maniknya terbuka lebar secara perlahan, menatap langit-langit ruang putih itu. Ini adalah kamar perawatan di rumah sakit.

Tunggu, kenapa dia bisa ada di sini?

Aamon melarikkan netranya, berusaha meneliti ruangan itu. Hingga sudut matanya menangkap seseorang tengah berdiri menatapnya.

"Kau sudah bangun ternyata," suara itu terdengar, mengalun melewati telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri.

Aamon dapat mengenali sosok yang berdiri itu.

Natan.

Aamon tak mampu membuka mulutnya untuk menyebutkan nama itu, lidahnya terasa kelu. Bibirnya pun terasa sakit untuk di gerakkan.

Natan terdengar menarik napas dalam sebelum akhirnya membuka mulut dan berbicara. "Kau mengalami kecelakaan."

Aah, begitu rupanya.

Natan diam, memerhatikan bagaimana Aamon menatapnya dengan begitu serius. Beta itu kembali berbicara, "Kau mengalami luka cukup serius. Kaki kananmu patah, terdapat luka di bagian kiri wajahmu," Natan berhenti untuk mengambil nafas. "Tapi, untuk yang lainnya masih baik-baik saja. Yaa, walau mungkin kau akan sering merasa pusing karena kepalamu terbentur terlalu keras."

Natan mengatakan itu semua dengan nada datar; seolah tidak ada rasa khawatir dan takut di dalamnya.

Aamon merasa tenggorokannya terasa sangat sakit dan kering, seperti belum minum selama berhari-hari. Ia beberapa kali membuka mulut, berusaha mengeluarkan kalimat yang ingin di ucapkannya.

"Apa? Kau mengkhawatirkan Floryn?" Natan bertanya. Melihat gelagat aneh Aamon membuat Natan berpikiran bahwa Alpha itu sedang memikirkan kekasih Omega-nya.

One night, One mistake | Aamon X Natan [✓]Where stories live. Discover now